BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada saat bayi, lahir terdapat
berbagai macam perubahan fisiologis atau adaptasi fisiologis yang bertujuan
untuk memfasilitasi peyesuaian pada kehidupan ekstrauterin (diluar uterus).
Pada masa transisi dari intrauterin (dalam uterus) ke ekstrauterin (luar
uterus) tersebut perlu pernafasan spontan dan perubahan kardiovaskuler berserta
perunbahan lain menjadi organ degan fungsi independen (tidak lagi tergantung
pada ibunya). Untuk itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik
untuk dapat menangani bayi yang mengalami kesulitan masa transisi ini.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
saja perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir?
2. Bagaimana
perubahan fisiologis sistem pernafasan dan peredaran darah pada bayi baru lahir
3. Bagaimana
perubahan sistem fisiologis pengaturan tubuh, metabolisme glukosa,
gastrointestinal, dan kekebalan tubuh?
4. Bagaimana
perubahan-perubahan fisiologis pada sistem pencernaan, ginjal dan sistem
persyarafan?
C. Tujuan
a. Mahasiswa
mampu menjelakan perubahan fisiologis pada bayi baru lahir
b. Mahasiswa
dapat menjelakan perubahan pada sistem pernafasan, peredaran darah
c.
Mampu menjelaskan sistem pengaturan tubuh,
metabolisme glukosa, gastrointestinal, dan kekebalan tubuh
d.
Mahasiswa mampu menjelaskan perubahan
fisiologis pada sistem pencernaan, ginjal dan sistem persyarafan
BAB II
PEMBAHASAN
PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR
Perubahan
fisiologis pada bayi baru lahir merupakan suatu proses adaptasi dengan
lingkungan luar atau di kenal dengan kehidupan ekstra uteri. Sebelum nya bayi
cukup hanya beradaptasi dengan kehidupan intra uteri. Perubahan fisiologis bayi
baru lahir, diantaranya sebagai berikut :
A.
Sistem Pernafasan
Perubahan
sisitem ini di awali dari perkembangan organ paru itu sendiri dengan
perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, serta alveolus yang terbentuk dalam
proses kehamilan sehingga dapat menentukan proses pematangan dalam sistem
pernapasan. Proses perubahan bayi baru lahir adalah dalam hal pernapasan yang
dapat di pengaruhi oleh keadaan hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan
fisik ( lingkungan) yang merangsang pusat pernapasan medula oblongata di otak.
Selain itu juga jadi tekanan rongga dada karena kompresi paru selama
persalinan,sehingga merangsang masuknya udara ke dalam paru,kemudian timbulnya
pernapasan dapat terjadi akibat interaksi sistem pernapasan itu sendiri dengan
sisitem kardiovaskuler dan susunan saraf pusat. Selain itu adanya surfaktan dan
upaya resfirasi dalam pernapasan dapat berfungsi untuk mengeluarkan cairan
dalam paru serta mengembangkan jaringan alveolus paru agar dapat berfungsi.
Surfaktan tersebut dapat mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu
menstabilkan diding alveolus untuk mencegah kolaps ( Betz dan Sowden, 2002 ).
- Perkembangan paru-paru
Paru-paru
berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus, proses ini terus
berlanjut sampai sekitar usia 8tahun, sampain jumlah bronkus dan alveolus akan
sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan nafas
selama trimester dua dan trimester tiga. Paru-paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hudip BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini di sebabkan
karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kaviler,
paru-paru yang tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
- Awal adanya nafas
Faktor-faktor
yang berperan pada rangsangan napas
pertama bayi adalah :
1.
Hipoksia pada akhir persalinan dan
rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2.
Tekanan terhadap rongga dada, yang
terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan, yang merangsang masuknya
udara, ke dalam paru-paru secara mekanis.
Interaksi antara
sistem pernafasan, kardiovaskuler, dan susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan
yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang di perlukan untuk
kehidupan.
3.
Penimbunan karbondioksida ( CO2)
Setelah bayi
lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.
Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan
nafas janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat
gerakan pernapasan janin.
4.
Perubahan suhu
Keadaan dingin
akan merangsang pernafasan.
c. Surfaktan
dan upaya resfirasi untuk bernafas
Upaya
pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1. Mengeluarkan
cairan dalam paru-paru
2. Mengembangkan
jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali
Agar
alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan ( lemak
lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi
surfaktan di mulai pada 20 minggu kehamilan, yang jumlahnya meningkat sampai
paru-paru matang ( sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah
untuk mengurangi tekan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasaan.
Tidak
adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan
kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Bebagai
peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi uyang sebelumnya sudah terganggu.
d. Dari
cairan menuju udara
Bayi
cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat beyi melewati jalan
lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini di peras keluar dari
paru-paru. Seorang bayi yang di lahirkan secara SC kehilangan keuntungan dari
kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu
yang lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan nafas yang pertama udara memenuhi
ruangan trakhea dan brokus BBL. Sisa cairan di paru-paru di keluarkan dari
paru-paru dan di serap oleh pembuluh limpe dan darah.
e. Fungsi
sistem pernafasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi
yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru
akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh
darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga
menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan
darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan
membantu menghilangkan cairan paru-paru dan akan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi
luar rahim.
B.
Sistem Peredaran Darah
Pada sistem
peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada bayi baru lahir, yaitu
setelah bayi itu lahir akan terjadi proses pengantaran oksigen ke seluruh
jaringan tubuh, maka terdapat perubahan,yaitu penutupan foramen ovale pada
atrium jantung dan penutupan duktus ateriosus anatara arteri paru dan aorta.
Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh
darah,dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tenaga
dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi. Perubahan tekanan sistem
pembuluh darah dapat terjadi saat tali pusat di potong, resistensinya akan
meningkat dan tekanan atrium kanan akan menurun karena suplai darah ke atrium
kanan berkurang yang dapat menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga
menurun. Proses tersebut membantu darah mengalami proses oksigenasi ualng, pada
saat terjadi pernafasan pertama dapat menurunkan resistensi dan meningkatkan
atrium kanan. Kemudian oksigen pada pernapasan pertama dapat menimbulkan
relaksi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru yang dapat menurunkan
resistensi pembuluh darah paru. Terjadinya peningkatan sirkulasi paru
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan, dengan
meningkatkan tekanan pada atrium kanan akan terjadi penurunan atrium kiri,
foramen ovale akan menutup, atau dengan pernafasan kadar oksigen dalam darah
akan meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami kontriksi dan
menutup. Perubahan lain adalah menutupnya vena umbilikus, dutus venosus, dan
arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa
menit setelah tali pusat di klem dan penutupan jaringan fibrosa membutuhkan
waktu sekitar 2-3 bulan ( Betz dan Sowden, 2002 ).
Perbedaan
sirkulasi darah fetus dan bayi :
a.
Sirkulasi darah fetus
1.
Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
a)
Vena umbilikalis : membawa darah yang
mengalami deoksigenasi darin plasenta ke permukaan dalam hepar.
b)
Ductus venosus : meninggalkan vena
umbilikalis sebelum mencapai hepar dan mengalihkan sebagian besar darah baru
yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c)
Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah
lewat atrium dextra ke dalam vebtriculue
sinistra.
d)
Ductus arteriosus: merupakan bypass yang
terbentang dari ventriculuc dexter dan aorta desendens
e)
Arteri hypogastrika: dua pembuluh darah
yang mengembalikan darah dari vetus ke plasenta. Pada fenikulus umbilicalis,
arteri ini di kenal sebagai arteri umbilikalis. Di dalam tubuh fetus arteri
tersebut di kenal sebagai arteri hypogastika.
2.
Sistem sirkulasi fetus
a)
Vena umbilikalis : membawa darah yang
kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatika
meninggalkan hepar dan mengembalikan
darah ke vena cava inferior.
b)
Ductus venosus : adalah cabang-cabang
dari vena umbilikalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami
oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c)
Vena cava inferior : telah mengalirkan
darah yang telah beredar dan ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena
hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum.
d)
Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah
yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium
sistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan
kemudian melalui aorta asuk ke dalam cabang ascendensnya untuk memasok darah
bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar jantung dan
cerebelum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi.
e)
Vena cava superior : mengembalikan darah
dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Daerah ini bersama sisa
cairan yang di bawa vena cava inferior melalui valvula tricuspidalis masuk ke
dalam ventriculus.
f)
Arteria pulmonaris: mengalirkan darah
campuran ke paru-paru yang non fungsional, yang hanya memerlukan nutrien
sedikit .
g)
Ductus arteriosus: mengalirkan sebagian
besar darah dari vena ventrikulus dexter ke dalam aorta desenden untuk memasok
darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas interior.
h)
Arteria hipogastrika: merupkan lanjutan
dari arteria iliaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan
mengandung lebih banyak oksigen dan nutrien yang di pasok dari peredaran darah
maternal.
- Perubahan pada saat lahir
1.
Penghentian pasokan darah dari plasenta
2.
Pengembangan dan pengisian udara pada
paru-paru
3.
Penutupan poramen oval
4.
Fibrosis
a.
Vena umbilicalis
b.
Ductus venosus
c.
Arteriae hypogastrica
d.
Ductrus arteriosus
C.
Sistem Pengaturan tubuh, Metabolisme
Glukosa, Gastrointestinal, dan Kekebalan Tubuh
1.
Sistem Pengaturan Tubuh
Ketika
bayi lahir dan langsung berhubungan dunia luar ( lingkungan ) yang lebih dingin,
maka dapat menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit yang dapat
mendinginkan darah bayi.pada saat lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu
tanpa melalui mekanisme menggigil yang merupakan cara untuk mendapatkan kembali
panas tubuhnya serta hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Adanya
timbunan lemak tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat, sehingga terjadilah
proses adaptasi. Dalam pembakaran lemak, agar menjadi panas, bayi menggunakan
kadar gluksa. Selanjutnya cadangan lemak tersebut akan habis dengan adanya
stres dingin dan bila bayi kedinginan akan mengalami proses hipoglikemia,
hipoksia, dan asidosis.
2.
Metabolisme Glukosa
Setelah tali
pusat di ikat atau di klem, maka kadar glukosa akan di pertahankan oleh si bayi
itu sendiri serta mengalami penurunan waktu yang cepat 1-2 jam. Guna mengetahui
atau memperbaiki kondisi tersebut, maka di lakukan dengan menggunakan air susu
ibu ( ASI), penggunaan cadangan glikogen ( glikogenolisis), dan pembuataan
glukosa dari sumber lain khususnya lemak (glukoneogenesis). Seorang bayi yang
sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen dalam hati.
Koreksi
penurunan kadar gula darah dapat di lakukan dengan 3 cara :
a.
Melalui penggunaan ASI
b.
Melalui penggunaan cadangan glikogen
c.
Melalui pembuatan glukosa dari sumber
lain terutama lemak.
- Sistem Gastrointestinal
Proses menghisap
dan menelan sebelum lahir sudah di mulai. Refleks gumoh dan batuk sudah
terbentuk ketika bayi lahir.kemampuan menelan dan mencerna makananmasih
terbatas, mengikat hubungan esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna
yang dapat menyebabkan gumoh dan kapasitasnya sangat terbatas kurang lebih
30cc.
- Sistem Kekebalan Tubuh
Perkembangan
sistem imunitas pada bayi juga mengalami proses penyesuaian dengan perlindugan
oleh kulit membran mukosa, fungsi saluran nafas, pembentukan koloni mikroba
oleh kulit dan usus, serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat
terjadinya sistem kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat laun akan
terjadi kekebalan sejalan dengan perkembangan usia ( Jane Ball, 1999).
Bayi
dilahirkan dengan beberapa kemampuan melawan infeksi. Lini pertama dalam
pertahanan adalah: kulit dan membran mukosa yang melindungi dari invasi
mikro-organisme. Lini kedua adalah elemen sel pada sistem imunologi yang
menghasilkan jenis-jenis sel yang mampu menyerang fatogen seperti neurofil,
monosit, ensinofil. Lini ke tiga adalah susunan spesifik dari antibodi ke
antigen, proses ini membutuhkan pemaparan dari agen asing sehingga anti body
dapat di hasilkan. Bayi umumnya tidak dapat mengahsilkan Ig ( ImunoGlobin)
sendiri samapai usia 2 bulan. Bayi menerima dari imun ibu yang berasal dari
sirkulasi plasenta dan ASI. Bila ibu memiliki anti body terhadap penyakit
menular tertentu, anti body tersebut mengalir ke bayi melalui plasenta.
Diantara anti bodi tersebut mungkin adalah
anti body terhadap gondok,difteri, dan campak. Imunitas pasif ini
berakhir dalam beberapa minggu sampai
beberapa bulan.
D.
Sistem Pencernaan
Kemampuan bayi
untuk mencerna, menyerap dan metabolisme bahan makanan sudah adekuat tetapi
terbatas pada fungsi-fungsi tertentu. Terdapat enzim untuk mengkatalisasi
protein dan karbohidrat sederhana ( Monosakarida dan Disakarida ) tetapi untuk
karbohidrat kompleks yang belum terdapat.
1.
Mulut
Bibir
bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Lidah
tidak boleh memanjang atau menjulur diantara bibir. Jaringan penunjang
melekatkan ke sisi bawah lidah. Atap dari mulut (langit-langit keras) harus
tertutup, dan harus terdapat uvula (langit-langit lunak). Kadang- kadang
terdapat tonjolan putih kecil yang sepanjang langit-langit keras, yang di sebut
“ Epsteins Pearls “, tempat menyatunya bagian langit-langit keras. Tonjolan
tersebut akan hilang sendirinya. Beberapa kelenjar saliva berfungsi pada saat lahir, kebanyakan belum mensekresi
saliva samapi dengan umur 2-3 bulan.
2.
Lambung
Pada
saat lahir, kapasitas lahir antara 30-60 ml dan meningkat dengan cepat sehingga
pada hari ke tiga dan keempat, kapasitanya mencapai 90ml. Bayi membutuhkan
makan yang jumlahnya sedikit tapi frekuensinya sering. Lambung bayi akan kosong
dalam waktu 2-4 jam. Bayi di berikan susu formula dari botol atau dengan ASI
payu dara ibunya. Pada bayi yang di beri ASI, karena di berikan ASI, maka bayi
akan menghisap puting atau udara. Hal ini akan menimbulkan rasa kenyang yang
palsu karena lambung penuh. Maka harus di sendawakan sehingga bayi akan minum
susu elbih banyak.
3.
Usus
Usus
pada bayi jika di bandingkan dengan panjang tubuh bayi terlihat sangat panjang.
Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang
kental/lengket yang di sebut mekonium. Yang biasanya keluar dalam 24 jam
pertama. Feses ini mengandung sejumlah cairan amnion, vernix, sekresi saluran
pencernaan, empedu, lanugo, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Feses transisi
yang berwarna hijau kecoklatan keluar selama 2-3 hari. Feses pada bayi yang
menyusu pada hari ke 4 adalah hijau kekuningan/kuning emas, berair atau encer,
dan bereaksi terhadap asam. Feses dari bayi yang menyusu formula, biasanyau
berwarna kuning terang/kuning pucat, berbau, berbentuk garing agak keras netral
samapi sedikit alkali. Normalnya defekasi pertama dalam waktu 24 jam.
E.
Sistem Ginjal dan Keseimbangan Cairan
Pengeluaran
urine pada janin terjadi pada bulan ke empat. Sementara itu, pada saat lahir
fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30% sampai 50% dari kapasitas dewasa dan
belum cukup matur untuk memekatkan urin. Artinya, pada semua bayi semua
struktur ginjal sudah ada tetapi kemampuan ginjal untuk mengosentrasikan urine
dan mengatur kondisi cairan setra fluktuasi elektrolit belum maksimal. Namun
demikian, urin terkumpul dalam kandung kemih bayi biasanya dalam waktu 24 jam
pertama kelahirannya. Volume pengeluaran urine total per 24 jam pada bayi baru
lahir sampai dengan akhir minggu pertama adalah sekita 200-300 ml, dengan
frekunsi 2-6 kali hingga 20 kali/hari. Penting untuk mencatat saat berkemih
pertama kali bila terjadi anuria harus dilaporkan, karena hal ini mungin menandakan
anomali kongenital dari sistem perkemihan. Berat badan bayi biasanya turun
5%-15% pada hari ke empat sampai ke lima. Hal ini salah satu peningkatan buang
air besar, pemasukan kurang dan
metabolisme meningkat. Setelah hari kelima berat badab bayi biasanya meningkat
kembali.
Mengenai
keseimbangan cairan dan elektrolit, terjadi pada volume total pada tubuh,
volume cairan ekstra sel pada masa transisi janin ke fase pasca lahir. Pada
masa janin, cairan ekstraseluler lebih banyak daripada cairan intraseluler.
Namun, hal ini segera berganti pada pasca natal. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh karena pertumbuhan yang membutuhakan cairan ekstraseluler.
F.
Sistem Adaptasi Perubahan Kulit
Semua
struktur kulit bayi sudah terbentuk pada saat lahir, tetapi masih belum matang
. epidermis dan Dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Verniks
caseosa juga melapisi epidermis dan
berfungsi sebagai lapisan pelindung. Verniks caseosa berbentuk seperti keju
yang di sekresi oleh kelenjar sebasea dan sel-sel epitel. Pada saat lahir
beberapa bayi di lapisi oleh verniks caseosa yang tebal, sementara yang lainnya
hanya tipis saja pada tubuhnya. Hilangnya pelindungnya yaitu verniks caseosa
meningkatkan deskumasi kulit ( pengelupasan ), verniks biasanya menghilang
dalam 2-3 hari. Pada bayi baru lahir seringkali terdapat bintik putih khas
terlihat di hidung, dahi dan pipi bayi yang di sebut milia. Bintik ini
menyumbat kelenjar sebasea yang belum berfungsi. Setelah sekitar 2 minggu,
ketika kelenjar sebasea mulai bersekresi secara bertahap tersapu dan
menghilang.
Rambut
halus atau lanugo dapat terlihat pada wajah, bahu, dan punggung, dan biasanya
cenderung menghilang selama minggu pertama kehidupan. Pelepasan kulit (
deskuamasi ) secara normal terjadi selama 2-4 minggu pertama kehidupan. Mungkin
terlihat eritema toksikum ( ruam kemerahan ) pada saat lahir, yang bertahan
sampai beberapa hari. Ruam ini tidak menular dan kebanyakan mengenai bayi yang
sehat. Terdapat berbagai tanda lahir ( nevi ) yang bersifat sementara (
biasanya di sebabkan pada saat lahir) maupun permanen ( biasanya karena kelainan struktur pikmen, pembuluh
darah, rambut atau jaringan lainnya).
Pada
kulit dan sklera mata bayi mungkin di temukan warna kekuningan yang di sebut
ikteri. Ikteri di sebabkan karena billirubin bebas yang berlebihan dalam darah
dan jaringan, sebagai akibatnya pada sekitar hari ek dua atau ke tiga, terjadi
hampir 60% hari ke 7 biasanyamenghilang. Ikteri ini di sebabkan ikterik
fisiologis atau ikterik neonatorum.
G.
Sistem Persyarafan
Sistem
persyarapan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum
terintegrasi secara sempurna. Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola
pertumbuhan cepat, yang dapat di prediksi selama priode bayi samapi awal masa
kanak-kanak. Pada akhir tahun pertama, pertumbuhan sereblum yang di mulai pada
usia kehamilan pada sekitar 30 minggu, berakhir. Hal inilah yang mungkin jadi
penyebab mengapa otak rentan terhadap trauma nutrisi dan trauma lain selama
masa bayi. Fungsi tubuh dan respon-respon yang di berikan sebagian besar di
lakukan oleh pusat yang lebih rendah dari otak dan refleks-refleks dalam midula
spinalis.
BAB III
PENUTUP
Perubahan
sistem fisiologis pada bayi baru lahir dapat terjadi agar bayi dapat
menyesuaikan kehidupannya atau dirinya dari kehidupan intrauterin (dalam rahim)
ke kehidupan ekstrauterin (diluar rahim) sehingga bayi baru lahir dapat hidup
sendiri dan tidak tergantung pada ibunya. Untuk itu bayi memerlukan perubahan
fisiologis atau adaptasi fisiologis pada dirinya. Untuk mencapai
perubahan-perubahan tersebut bayi barulahir memerlukan masa transisi. Pada masa
transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin, maka di
kemukakan sebagai berikut :
1. Kehidupan
intrauterin ke kehidupan ekstrauterin
- Periode
transisi mulai dari saat lahir sampai usia 6 jam
- Menyangkut
perubahan fisiologis banyak organ
- Dimuai
intrautein saat bayi siap untuk dilahirkan
- Jam-jam
pertama adalah fase stabilisasi pernafasan, kardiovaskuler dan suhu
- Perlu
pengamatan klinis yang ketat untuk mengenal yang mengalami kesulitan
transisi
2. Janin
mempersiapkan transisi sepanjang masa kehamilan dengan :
- Penyimpanan
glikogen
- Pertambahan
protein dan mineral
- Deposisi
lemak coklat
- Kemampuan
tergantung usia gestasi dan kualitas plasenta
3. Pada
saat lahir
a. Fungsi
plasenta/tali pusat selesai
b. Janin
menjadi bayi yang bernafas sendiri
Adapun
perubahan-perubahan fisiologis pada bayi baru lahir meliputi :
a. Perubahan
pada sistem pernafasan, peredaran darah
b. Sistem
pengaturan tubuh, metabolisme glukosa, gastrointestinal, dan kekebalan tubuh
c.
Sistem pencernaan, ginjal dan sistem
persyarafan
DAFTAR PUSTAKA
1.
Hidayat, A. Aziz
Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta; Salemba Medika
2.
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta;
Trans Info Media
3.
Rukiyah, Ai Yeyeh
& Lia Yulianti. Asuhan neonatus, bayi dan anak balita.
2010. Jakarta; Trans Info Media
4.
Dewi, Vivian
Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan
Anak Balita. Jakarta; Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar