BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah
utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia (kompas
2006). Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak
sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat di kembangkan
dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah
kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan
bangsa (kompas 2006).
Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia,
terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan antara lain angka kematian
bayi, angka kesakitan bayi, status gizi, dan angka harapan hidup waktu lahir.
Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam
menentukan derajat kesehatan anak (WHO, 2002) karena merupakan cerminan dari
status kesehatan anak saat ini. Angka kematian bayi dan balita di Indonesia
adalah tertinggi di negara ASEAN. Sedangkan angka kesakitan bayi menjadi
indikator ke dua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai
kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak
balita.
2. Rumusan
Masalah
A. Apa
itu angka kesakitan dan kematian bayi serta berapa angka kesakitan dan kematian
bayi di Indonesia?
B. Apa
itu angka kesakitan dan kematian balita serta berapa angka kesakitan dan
kematian balita di Indonesia?
C. Apa
penyebab Kematian dan Kesakitan bayi dan balita di Indonesia?
D. Sebutkan
10 Penyakit terbesar yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian bayi dan
balita di Indonesia!
E. Sebutkan
dan Jelaskan bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi atau menurunkan angka
ksakitan dan angka kematian bayi dan balita di Indonesia!
3. Tujuan
A. Mahasiswa
mampu menjelaskan pengertian angka kematian dan angka kesakitan bayi di
Indonesia serta juga mampu menyebutkan berapa angka kematian dan kesakitan bayi
di Indonesia.
B. Mahasiswa
mampu menjelaskan pengertian angka kematian dan angka kesakitan balita di
Indonesia serta juga mampu menyebutkan berapa angka kematian dan kesakitan
balita di Indonesia.
C. Mahasiswa
mampu menyebutkan dan menjelaskan penyebab apa saja yang mengakibatkan angka
kematian dan kesakitan bayi dan balita di Indonesia.
D. Mahasiswa
dapat menyebutkan 10 penyakit terbesar yang menyebabkan angka kesakitan dan
kematian bayi dan balita di indonesia
E. Mahasiswa
dapat menyebutkan dan menjelaskan upaya-upaya pemerintah dalam mengatasi
masalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Angka Kesakitan dan Kematian Bayi
1. Angka
Kesakitan Bayi
Angka kesakitan bayi (Morbiditas) adalah perbandingan antara
jumlah penduduk karena penyakit tertentu dengan jumlah penduduk pada
pertengahan tahun, dan dinyatakan dalam per 1000 penduduk. Kegunaan dari
mengetahui angka kesakitan ini
adalah sebagai indikator yang digunakan untuk menggambarkan pola penyakit
tertentu yang terjadi di masyarakat. Angka kesakitan bayi adalah perbandingan
antara jumlah penyakit tertentu yang ditemukan di suatu wilayah tertentu pada
kurun waktu satu tahun dengan jumlah kasus penyakit bayi tertentu yang ditemukan
di suatu wilayah pada kurun waktu yang sama dikali seratus persen.
2. Angka
Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian
(Mortalitas) digunakan untuk menggambarkan pola penyakit yang terjadi di
masyarakat. Kegunaan dari mengetahui angka kematian ini adalah sebagai indikator
yang digunakan sebagai ukuran derajat kesehatan untuk melihat status kesehatann
penduduk dan keberhasilan pelayanan kesehatan dan upaya pengobatan yang
dilakukan. Sementara itu, yang dimaksud dengan angka kematian bayi adalah
kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia
tepat satu tahun. Jadi, Angka Kematian
Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia di bawah satu tahun per
1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Secara garis besar, adapula yang
membagi kematian bayi menjadi dua, berdasarkan penyebabnya yaitu :
i.
Kematian Neonatal atau disebut juga
kematian bayi endogen adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama
setelah dilahirkan. Kematian bayi neonatal atau bayi baru lahir ini umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari
orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
ii.
Kematian post-natal atau disebut dengan
kematian bayi endogen adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan
sampai menjelang usia 1 tshun ysng disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan
dengan pengaruh lingkungan.
Angka
kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR) di Indonesia masih
cukup tinggi jika dibandingkan dengan banyak Negara lain. Tercatat pada tahun
1994 IMR di Indonesia yang mencapai 57 kematian per 1.000 kelahiran hidup turun
menjadi 46 kematian per 1.000 kelahiran hidup di tahun 1997, dan kemudian turun
lagi menjadi 35 kematian per 1.000 kelahiran di tahun 2002. Data tahun 2007,
dari 1.000 kelahiran hidup, 34 bayi meninggal sebelum usia 1 tahun.
Departemen Kesehatan
(Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401 bayi baru lahir di
Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 tahun. Data bersumber dari
survei terakhir pemerintah, yaitu dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia
2007 (SDKI). Selaras dengan target pencapaian Millenium Development Goals
(MDGs), Depkes telah mematok target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata
36 meninggal per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup
pada 2015. Berdasarkan SDKI telah terjadi penurunan AKB secara signifikan
selama 4 tahun survei dari 66 per 100 kelahiran hidup pada tahun 1994 menjadi
39 per 100 kelahiran hidup pada tahun 2007. Provinsi Jawa Barat tercatat
sebagai daerah paling tinggi angka kematian bayi dan balita setelah NTT (Nusa
Tenggara Timur) dan Papua.
Di bawah merupakan
tabel survey menurt SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia)
Provinsi
|
1994
|
1997
|
2002-2003
|
2007
|
DKI Jakarta
|
30
|
26
|
35
|
28
|
Jawa Barat
|
89
|
61
|
44
|
39
|
Jawa Tengah
|
51
|
45
|
36
|
26
|
D.I Yogyakarta
|
30
|
23
|
20
|
19
|
Jawa Timur
|
62
|
36
|
43
|
35
|
Banten
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
36
|
46
|
B.
Angka Kesakitan dan Kematian Balita
1. Angka
Kesakitan Balita
Angka kesakitan balita
berkaitan dengan kesakitan oleh karena adanya penyakit akut, penyakit kronik,
atau kecacatan pada masa balita. Angka kesakitan balita adalah perbandingan
antara jumlah kasus penyakit balita tertentu yang ditemukan di suatu wilayah pada
kurun waktu 1 tahun dengan jumlah kasus penyakit tertentu yang ditemukan di
suatu wilayah pada kurun waktu yang sama dikalikan seratus persen.
2. Angka
Kematian Balita
Angka kematian balita
atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang
berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada
umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun. Jadi, Angka Kematian Balita (AKABA)
adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama 1 tahun tertentu per 1000
anak pada umur yang sama pada pertengahan tahun tersebut (termasuk kematian
bayi).
C.
Penyebab
Morbiditas dan Mortalitas Pada Bayi dan Balita
Angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah
tertinggi di negara ASEAN. Tiap tahun 12,9 juta anak meninggal, 28% kematian di
sebabkan karna pneumania, 23% karna penyakit diarre, dan 16% karna penyakit
tidak memeperoleh vaksinasi. Penyebab angka kesakitan dan kematian anak
terbanyak saat ini masih diakibatkan oleh pneumonia dan diarre. Pencegahan
sederhana dan dapat di peroleh seperti vaksin, antibiotik, terapi rehidrasi
oral, kontrasepsi, dapat mencegah 25-90% kematian karna penyebab spesifik.
Secara keseluruhan 65% kematian anak bisa di cegah dengan biaya murah.
D.
Faktor-Faktor
yang menyebabkan Morbiditas dan Mortalitas Pada Bayi dan
Balita
1. Faktor
kesehatan
Faktor kesehatan ini
merupakan faktor utama yang dapat menentukan status kesehtan anak secara umum.
Faktor inin ditentukan olehb status kesehatan anak itu sendiri, status gizi dan
kondisi sanitasi.
2. Faktor
Sosial Ekonomi
Pengaruh sosial ekonomi sangat terasa bagi
masyarakat Indonesia, karena tingkat kemiskinan di Indonesia masih tinggi,
sehingga pemberian gizi atau makanan yang layak kepada bayi dan balita masih
dianggap kurang di Indonesia.
3. Faktor
kebudayaan
Pengaruh kebudayaan
juga sangat menentukan status kesehatan anak, dimana terdapat keterkaitan
secara langsung antara budaya dan pengetahuan.budaya di masyarakat dapat
menimbulakan penurunan kesehatan anak, misalnya terdapat beberapa budaya di
masyarakat yang dianggap baik oelh masyarakat padahal budaya tersebut justru
menurunkan kesehtan anak. Sebagai contoh, anak badannta panas akan di bawa ke
dukun dengan kenyakinan terjadi kesurupan, anak paska oprasi dilarang memakan
daging sysm karena daging ayam menambah nyeri pada luka. Berbagai contoh budaya
yang ada di masyarakat tersebut sangat besar mempengaruhi kesehatan anak,
mengingat anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang tentunya
membutuhkan perbaikan gizi atau nutrisi yang cukup.
4. Faktor
keluarga
Faktor keluarga dapat
menentukan keberhasilan perbaikan status kesehatan anak pengaruh keluarga pada
masa pertumbuhan dan perkembangan anak sangat besar melalui pola hubungan anak
dan keluarga serta nilai-nilai yang di tanamkan peningkatan status kesehatan anak
juga berkaitan langsung dengan peran dan fungsi keluarga terhadap anaknya serta
membesarkan anak,memberikan dan menyediakan makanan melindungi kesehatan
mempersiapkan pendidikan anak,dll.
E.
10 Penyakit Terbesar yang
Menyebabkan Morbiditas dan Mortalitas Pada Bayi dan Balita di Indonesia
1. ISPA
dan Pneumonia
ISPA yang merupakan singkatan dari
Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah suatu kelompok penyakit yang menyerang
saluran pernafasan. Secara anatomis, ISPA dibagi menjadi dua bagian yaitu :
i.
ISPA Atas (Acute Upper Respiratory
Infections)
ISPA Atas yang perlu diwaspadai adalah radang
saluran tenggorokan atau pharingitis dan radang telinga tengah atau otitis.
Pharingitis yang disebabkan kuman tertentu (streptococcus hemolyticus) dapat
berkomplikasi dengan penyakit jantung (endokarditis). Sedangkan radang telinga
tengah yang tidak diobati dapat berakibat terjadinya ketulian.
ii.
ISPA Bawah (Acute Lower Respiratory
Infections)
Salah satu ISPA Bawah yang berbahaya adalah
Pneumonia.
Pneumonia adalah penyakit yang menyerang
paru-paru dan ditandai dengan batuk dan kesukaran benafas. Balita yang
terserang pneumonia dan tidak segera diobati dengan tepat sangat mudah
meninggal.
Di Indonesia, angka kejadian
pneumonia pada balita adalah sekitar 10-20% per tahun. Angka kematian pneumonia
pada balita di Indonesia adalah 6 per 1000 balita. Ini berarti dari setiap 1000
balita setiap tahun ada 6 orang diantaranya yang meninggal akibat pneumonia.
Jika dihitung, jumlah balita yang meninggal akibat pneumonia di indonesia dapat
mencapai 150.000 orang per tahun, 12.500 per bulan, 416 per hari, 17 orang per
jam atau 1 orang balita tiap menit. Usia yang rawan adalah usia bayi (dibawah 1
tahun), karena sekitar 60-80% kematian pneumonia terjadi pada bayi.
Secara umum, ada 3 faktor resiko
ISPA, yaitu keadaan sosial ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak,
keadaan gizi dan cara pemberian makan, serta kebiasaan merokok dan pencemaran
udara. Pencegahan ISPA dan Pneumonia yaitu dengan cara pemberian imunisasi
campak dan pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak yang efektif, sekitar 11%
kematian pneumonia balita dapat dicegah dan dengan imunisasi DPT, 6% kematian
pneumonia dapat dicegah. Secara umum dapat dikatakan bahwa pencegahan ISPA
adalah dengan hidup sehat, cukup gizi, menghindari polusi udara dan pemberian
imunisasi lengkap.
2. Diare
Diare adalah defekasi encer lebih
dari tiga kali sehari, kadang-kadang disertai oleh darah atau lendir.
Diare merupakan salah satu masalah
kesehatan utama di negara berkembang, termasuk indonesia. Di Indonesia,
penyakit diare adalah salah satu penyebab kematian utama setelah infeksi
saluran pernafasan. Angka kematian akibat diare di Indonesia masih sekitar
7,4%. Sedangkan angka kematian akibat diare persisten lebih tinggi yaitu 45%
(solaiman, EJ, 2001). Sementara itu, pada survey morbiditas yang dilakukan oleh
depkes tahun 2001, menemukan angka kejadian diare di indonesia adalah berkisar
200-374 per 1000 penduduk. Sedangkan menurut SKRT 2004, angka kematian akibat
diare 23 per 100 ribu penduduk dan angka kematian akibat diare pada balita
adalah 75 per 100.000 balita.
Insiden penyakit diare yang
berkisar antara 200-374 dalam 1000 penduduk, dimana 60-70% diantaranya
anak-anak usia dibawah 5 tahun. Penyakit diare ini adalah penyakit yang multi
faktoral, dimana dapat muncul karena akibat tingkat pendidikan dan sosial
ekonomi yang kurang serta akibat kebiasaan atau budaya masyarakat yang salah.
Oleh karena itu, keberhasilan menurunkan serangan diare sangat tergantung dari
sikap setiap anggota masyarakat, terutama membudayakan pemakaian larutan oralit
dan cairan rumah tanggapada anak yang menderita diare.
Saat ini sedang digalakkan dan
dikembangkan pada masyarakat luas untuk menanggulangi diare dengan upaya
rehidrasi oral (oralit) dan ternyata dapat menurunkan angka kematian dan
kesakitan karena diare.
3. Berat
Badan Rendah (BBLR) sebesar 29%
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram)
merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal
dan neonatal. BBLR dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena premature dan
BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup
bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR karena
IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemi, malaria dan menderita penyakit menular seksual(PMS) sebelum konsepsi atau saat
kehamilan.
4. Afiksia
(Kesulitan Bernafas saat Lahir) sebesar 27%
Afiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak
dapat segera bernafas secara sepontan dan teratur setelah lahir. Hal ini
disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi
lahir. Pernafasan spotan BBL terganntung pada kondisi janin pada masa kehamilan
dan persalinan. Bila terdapat gangguan dan pertukaran gas tau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan
akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi
sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian.
5. Masalah
nutrisi dan infeksi sebesar 10%
Infeksi neonatus sering dijumpai sebagai gangguan
neonatus dimana di Indonesia merupakan masalah yang gawat. Infeksi neonatus
adalah penyakit pada bayi baru lahir dengan umur kurang dari 1 bulan, bayi-bayi
yang terkena infeksi menunjukan dengan kriteria-kriteria diagnosis. Infeksi
neonatus merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi-bayi baru
lahir. Infeksi pada neonatus merupakan salah satu penyebab tertinggi terhadap
terjadinya morbiditas dan mortalitas
selama periode ini. Lebh kurang 2% janin dapat terinfeksi in utero dan 10% bayi
baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan pertama kehidupan.
6. DHF
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang termasuk golongan Arbovirus melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Gejala klinis DHF (dengue hemoragic fever)
dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu derajat I ditandai adanya panas 2-7 hari
dengan gejala umumnya tidak khas, tetapi uji tourniquet positif; derajat II
sama seperti derajat I, tetapi sudah ada tanda-tanda perdarahan spontan,
seperti petekie, ekimosa, epitaksis, hematemesis, melena, perdarahan gusi,
telinga, dan lain-lain; derajat III ditandai adanya kegagalan dalam peredaran
darah, seperti adanya nadi lemah dan cepat serta tekanan darah menurun; dan
derajat IV ditandai adanya nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur,
akral dingin, berkeringat, dan adanya sianosis. Kadang-kadang dijumpai gejala
seperti pembesaran hati, adanya nyeri, asites, dan tanda-taanda ensefalopati,
seperti kejang, gelisah, sopor, dan koma.
7. Bronkitis
Bronkitis adalah infeksi pada bronkus yang berasal
dari hidung dan tenggorokan. Bronkus merupakan suatu pipa sempit yang berawal
pada trakea, yang menghubungkan saluran pernafasan atas, hidung, tenggorokan,
dan sinus ke paru. Gejala bronkitis umumnya diawali dengan batuk pilek, akan
tetapi jika infeksi ini telah menyebar ke bronkus, maka batuknya akan bertambah
parah dan bertambah sifatnya.
8. Kejang
demam
Mmerupakan bangkitan kejang yang dapat terjadi
karena peningkatan suhu akibat proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antara
usia 6 bulan – 4 tahun, lamanya kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan
dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam. Pada kejang demam, wajah anak
akan menjadi biru, matanya berputar-putar, dan anggota badannya akan brgetar
dengan hebat.
Kejang demam sering terjadi pada anak di bawah usia
satu tahun samai awal kelompok usia dua sampai lima tahun, karena pada usia ini
otak anak sangat rentan terhadap peningkatan mendadak suhu badan. Sekita
sepuluh persen anak mengalami sekurang-kurangnya 1 kali kejang. P[ada usia lima
tahun, sebagian besar anak telah dapat mengatasi kerentanannya terhadap kejang
demam
9. Hiperbilirubinemia
Merupakan suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar
bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai
dengan ikterus, yang dikenal dengan ikterus neonatorum patologis.
Hiperbilirubinemia yang merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskular, sehingga konjungtiva, kulit, dan mukosa akan
berwarna kuning. Keadaan tersebut juga berpotensi besar terjadi ikterus, yaitu
kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Bayi yang
mengalami bilirubinemia memiliki ciri sebagai berikut: adanya ikterus tejadi
pada 24 jam pertama, peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10 mg% atau lebih
setiap 24 jam, konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonatus yang cukup
bulan dan 12,5 mg% pada neonatus yang kurang bulan, ikterus disertai dengan
proses hemolisis kemudian ikterus yang disertai dengan keadaan berat badan
lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia,
hipoksia, sindrom gangguan pernapasan dan lain-lain.
10. Tetanus
neonatorum
Merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat
disebabkan oleh adanya infeksi melalui tali pusat. Penyakit ini disebabkan oleh
Clostridium tetani yang bersifat anaerob, dimana kuman tersebut berkembang pada
keadaan tanpa oksigen. Tetanus pada bayi dapat disebabkan karena tindakan
pemotongan tali pusat yang kurang steril. Masa inkubasi penyakit ini antara
5-14 hari.
F.
Upaya Pemerintah Dalam Menurunkan
Angka Kematian dan Kesakitan Bayi dan Balita
Pemerintah telah membuat berbagai kebijakan untuk
mengatasi persoalan kesehatan anak, khususnya untuk menurunkan angka kematian
anak, diantaranya sebagai berikut:
1.
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
dan pemerintah pelayanan kesehatan.
Untuk meningkatkan mutu
pelayanan serta pemerintahan pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat telah
di lakukan berbagai upaya, salah satunya adalah dengan meletakkan dasar
pelayanan kesehatan pada sektor pelayanan dasar. Pelayanan dasar dapat
dilakukan di perpustakaaan induk,
perpustakaan pembantu,posyandu,serta unit-unit yang berkaitan di masyarakat.
Bentuk pelayanan tersebut dilakukan ndalam rangka jangkauan pemerataan
pelayanan kesehatan. Upaya pemerataan tersebut dapat dilakukan dengan
penyabaran bidan desa, perawat komuniksi,fasilitas balai kesehatan,pos
kesehatan, desa, dan puskesmas keliling.
2.
Meningkatkan status gizi masyarakat
Peningkatkan status
gizi masyarakat merupakan merupakan bagian dari upaya untik mendorong
terciptanya perbaikan status kesehatan. Dengan pemerintah gizi yang baik
diharapkan pertumbuhan dan perkembangan anak akan baik pula, disamping dapat
memperbaiki status kesehatan anak. Upaya tersebut dapat dilakukan malalui
berbagai kegiatan,di antaranya upaya perbaikan gizi keluarga atau dikenal
dengan nama UPKG. Kegiatan UPKG tersebut didorong dan diarahkan pada
peningkatan status gizi, khususnya pada masyarakat yang rawan atau memiliki
resiko tinggi terhadap kematian atau kesakitan. Kelompok resiko tinggi terdiri
anak balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia yang golongan ekonominya
rendah. Melalui upaya tersebut. Peningkatan kesehatan akan tercakup pada semua
lapisan masyarakat khususnya pada kelompok resiko tinggi.
3.
Meningkatkan peran serta masyarakat
Peningktan oeran serta
masyarakat dalam membantu ststus kesehatan
inin penting, sebab upaya pemerintah dalam rangka menurunkan kematian
bayi dan anak tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah, melainkan peran
serta masyarakat dengan keterlibatan atau partisipasi secara langsung. Upaya
masyarakat tersebut sangat menentukan keberhasilan proram pemerintah sehingga
mampu mangatasi berbagai masalah
kesehatan. Melalui peran serta masyarakat diharapkan mampu pula nbersifat
efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan. Upaya atau program kesehtan
antara lain pelayanan imunisasi, penyedian air bersih, sanitasi lingkungan,
perbaikan gizi dan lain-lain. Upaya tersebut akan memudahkan pelaksanaan
program kesehatan yang tepat pada sasaran yang ada.
4.
Meningkatkan manajemen kesehatan
Upaya meningkatan
program pelayanan keshatan anak dapat berjalan dan berhasil dengan baik bila
didukung dengan perbaikan dalam pengelolaan pelayanan kesahatan. Dalam hal ini
adalah meningkatan manajemen pelayanan malalui pendayagunaan tenaga kesehatan
profesonal yang mampu secara langsung mengatasi masalah kesehatan anak. Tenaga
kesehatan yang dimaksud antara lain tenaga perawat, bidan,dokter yang berada
diperpustakaan yuang secara langsung berperan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Derajat kesehatan anak mencerminkan
derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki
kemampuan yang dapat di kembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa.
Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam
perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (kompas 2006). Angka kematian bayi
di Indonesia masih sangat tinggi jika di bandingkan dengan negara lain di
ASEAN.
Penyakit terbesar yang mengakibatkan
angka kematian dan kesakitan bayi dan balita di Indonesia cukup tinggi adalah
penyakit diare, ISPA dan pneumonia, bayi dengan berat badan lahir rendah,
afiksia, dan infeksi. Salah satu faktor penyebab itu terjadi adalah status
sosial ekonomi, budaya, kurangnya perhatian dari masyarakat ataupun dari
pemerintah, faktor kesehatan. Akan tetapi pemerintah juga mempunyai upaya-upaya
dalam mengatasi masalah ini yaitu dengan cara meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dan pemerintah pelayanan kesehatan, meningkatkan status gizi
masyarakat, meningkatkan peran serta masyarakat, Meningkatkan manajemen
kesehatan.
2. Saran
Di Indonesia masih banyak bayi yang mengalami
kesakitan dan kematian karena salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah
sosial ekonomi dan di indonesia masih banyak orang indonesia yang menderita
kemiskinan apalagi yang terletak di bagian terpencil, oleh karena itu untuk
mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pada bayi dan balita seharusnya
dilakukan penambahan lapangan kerja sehingga masyarakat di indonesia mudah
dalam mencari lapangan pekerjaan, dan apabila lapangan pekerjaan sudah dapat
maka status ekonomi mereka pun akan naik sehingga jumlah kemiskinan yang ada di
Indonesia akan berkurang. Dengan demikian mereka akan mampu membiayai kehidupan
mereka dan mereka akan mampu memberi gizi yang baik kepada anggota keluarga
mereka atau pada bayi dan balita sehingga bayi dan balita di Indonesia yang
mengalami morbiditas dan mortalitas akan berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta; Salemba Mesika. Hal : 2-5
2.
Maryunani, Anik. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan.
Jakarta; Trans Info Media. Hal : 1-33
3.
Anonim. Kesehatan Bayi dan balita di Indonesia. http://scribd.com (29 Agustus 2013 pukul 21.00 WIB)
4.
Anonim. Info Penduduk Kematian Bayi. http://bps.go.id (29 Agustus 2013 pukul 20.30 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar