BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Dalam bidang imunologi kuman atau
racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.Secara khusus antigen tersebut
merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk
pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan
membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut
antibodi.Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan.Berhasil tidaknya
tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang
dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas.Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas.Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi
pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin
terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat.Tubuh belum mempunyai “pengalaman”
untuk mengatasinya.Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh
anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi
antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan
antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap
penyakit tersebut.
Dari
uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar
dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa
konsep dasar imunisasi?
2. Apa
saja imunisasi yang dianjurkan?
3. Bagaimana
cara penyimpanan Vaksin yang baik untuk imunisasi?
4. Apa
saja kejadian ikutan pasca imunisasi
1.3.Tujuan
1. Mahasisiwa
mampu menjelaskan dan mengetahui konsep dasar imunisasi
2. Mahasiswa
mengetahui apa saja imunisasi yang dianjurkan
3. Mahasiswa
mengetahui bagaimana cara penyimpanan vaksin yang baik untuk imunisasi
4. Mahasiswa
mengetahui kejadian ikutan apa saja yang terjadi pasca imunisasi
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
KONSEP
DASAR IMUNISASI
A. Pengertian
Imunisasi
Imunisasi
adalah upaya pencegahan yang telah berhasil menurunkan angka morbiditas (angka
kesakitan) dan angka mortalitas (angka kematia) penyakit infeksi pada bayi
mamupun anak. Agar bidan dapat memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif
pada bayi dan balita, salah satunya adalah memahami hal-hal yang berkaitan
dengan imunisasi, termasuk pengertian-pengertian imunisasi berikut ini:
1. Imunisasi
berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap
suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi terhadap
penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya. ( anonym, 2008 )
2. Imunisasi
adalah suatu tindakan untuk memberikan perlindungan ( kekebalan ) di dalam
tubuh bayi dan anak.
3. Imunisasi
adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena terpapar pada antigen yang
serupa, maka tidak akan terjadi penyakit ( matondang CS, dkk, 2005 ).
4. Imunisai
adalah pemberian imunitas ( kekebalan ) tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi manusia.
5. Imunisasi
adalah suatu proses untuk membuat system pertahanan tubuh kebal terhadap invasi
mikroorganisme ( bakteri dan virus ) yang dapat menyebabkan infeksi sebelum
mikroorganisme tersebut memiliki kecepatan untuk menyerang tubuh. Dengan
imunisasi tubuh akan terlindung dari infeksi, begitu pula orang lain karena
tidak tertular dari seseorang. Oleh karena itu, imunisasi harus dilakukan oleh
semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir, agar pada akhirnya nanti
infeksi dapat musnah dari muka bumi.
6. Imunisasi
adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke
dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit
tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang di pakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang di masukan kedalam tubuh melalui suntikan, seperti
vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio.
7. Imunisasi
adalah upaya untuk merangsang kekebalan tubuh dari serangan penyakit menular
tertentu melalui ppemberian vaksin.
8. Istilah
vaksinasi dan imunisasi seringkali diartikan sama. Imunisasi adalah suatu
pemindahan atau transfer antibody secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi
dimaksudkan sebagai pembarian vaksin ( antigen ) yang dapat merangsang
pembentukan imunitas ( antibody ) dari system imun dalam tubuh. ( IGN ranuh,
2005 ).
9. Imunisasi
adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga kelak bila ia terpajan pada antigen serupa tidak
terjadi penyakit ( imunisasi di Indonesia, 2001 )
B. Tujuan
Imunisasi
Imunisasi
mempunyai tujuan, manfaat, dan kegunaan tersendiri bagi bayi dan anak, antara
lain sebagai berikut:
1. Tujuan
dan manfaat imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di dunia.
2. Tujuan
dan kegunaan imunisasi adalah untuk melindungi dan mencegah penyakit – penyakit
menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.
3. Tujuan
memberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbilitas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan atau penyakit tertentu.
4. Tujuan
atau manfaat imunisasi adalah untuk enurunkan morbilitas, mortalitas, dan cacat
serta bila mungkin di dapat eradikasi sesuatu penyakit dari sesuatu daerah atau
negeri.
5. Tujuan
dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka
penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari
dengan imunisasi yaitu seperti : campak, polio, difteri, tetanus, batu rejan,
hepatitis B, gondongan, cacar air, TBC, dll.
6. Tujuan
imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat ( populasi ) atau
bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti imunisasi cacar.
C. Macam-macam
Imunisasi
Imunisasi
atau kekebalan berdasarkan asalnya dibagi menjdi dua hal, yaitu imunisasi aktif
dan imunisasi pasif. Imunisasi dikatakan aktif ialah apabila tubuh anak ikut
menyelenggarakan terbentuknya immunitas, sedangkan imunisasi dapat dikatakan
pasif apabila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya
menerimanya. Tetapi baik pasif maupun aktif dapat berlangsung alami, biasanya
bawaan ( congenital ) atau didapat (acquired).
1. Imunisasi
Aktif
a. Imunisasi
aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau
dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibody sendiri.
Contohnya imunisasi polio dan campak.
b. Imunisasi
aktif adalah zat anti yang dibentuk tubuh itu sendiri dan akan bertahan selama
bertahun-tahun.
c. Imunisasi
aktif adalah pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu
proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologik spesifik yang
akan menghasilkan respon selular dan humoral serta dihasilkan sel memori,
sehingga apabila benar – benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat
merespon.
d. Imunisasi
aktif dibentuk untuk pencegahan penyakit dilakukan dengan memberikan vaksin
terhadap beberapa penyakit infeksi.
Imunisasi
aktif dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Didapat
secara alami ( Naturally Acquired )
Contohnya adalah
difteria di negeri yang sedang berkembang tanpa imunisasi yang teratur dan
menyeluruh.Anak – anak secara alami sampai umur belasan tahun mendapat infeksi
berbentuk silent abortive yang
menyebabkan sebagian anak mendapatkan sakit yang ringan kemudian sembuh dengan
sendirinya dan imun.Hanya anak yang dalam keadaan tertentu menjadi sakit berat.silent abortive infection ini dapat
dibuktikan dengan uji schick yang frekuensi hasil negatifnya menjadi lebih
besar pada umur lebih tua. Contoh lain adalah poliomyelitis, dimana 98% anak
berumur 7 tahun telah mempunyai zat anti terhadap penyakit ini, sehingga
dinegara yang sedang berkembang poliomyelitis terutama menyerang anak berumur kurang
dari 7 tahun. Imunitas alami merupakan imunitas yang terkuat, tetapi perlu
diperhitungkan beberapa anak yang oleh infeksi alami itu meninggal atau sembuh
dengan cacat seumur hidup. Oleh karena itu, imunisasi secara sengaja ( Artificially Induced ) perlu
dilaksanakan sebanyak – banyaknya, mencakup semua anak.
b. Sengaja
dibuat ( Artificially Induced )
Cara pemberian imunitas
terdiri dari 3 macam antigen, yaitu:
a)
Live
Attenuated Bacteria Or Virus
Yang dipakai ialah
kuman yang masih hidup namun telah dijinakan (attenuated), sehingga tidak dapat menyebabkan penyakit, melainkan
masih dapat mengakibatkan imunitas, misalnya Smallpox, Barcillus Calmette Guerin (BCG), polio sabin, campak, dan
pada waktu ini diluar negeri juga telah ada vaksin untuk ensevalitis, trakoma,
dll.
b)
Killed
Bacteria Or Virus
Misalnya kolera, tifus
abdominalis, paratipus, polio salk.
c)
Toksoid
Yang dipakai ialah
toksin yang telah diolah sedemikian rupa. Misalnya dengan formol dan kemudian
diabsorpsi dengan alumunium sehingga biasanya dinamakan formol toxoid alum precipitated. Arti absorpsi dengan alumunium
ialah agar dapat merupakan depot dijaringan tubuh sehingga pengeluaran dari
depot berlangsung sedikit demisedikit dalam jangka waktu lama.Oleh karena itu,
lebih efektif dan menghasilkan kuantitas zat anti yang lebih besar.
Reaksi tubuh terhadap
antigen lambat sehingga waktu untuk mendapatkan zat anti akan lama pula. Cara
yang lazim dipakai sekarang ialah dengan melaksanakan terlebih dahulu imunisasi
dasar yang terdiri dari tiga imunisasi berturut – turut dengan jarak antara 4 –
8 minggu. Yang menyimpang dari cara diatas ialah imunisasi cacar (smallpox) dan BCG yang hanya dikerjakan
sekali namun imunisasi ulangan ( booster)
harus dilakukan pula.
Imunisasi aktif ini
dilakukan dengan vaksin yang mengandung :
1.
Kuman – kuman mati ( misalnya : vaksin
cholera – typhoid / typus abdominalis – paratyphus ABC, vaksinpertusis batuk
rejan )
2.
Kuman – kuman hidup di perlemah (
misalnya : vaksin BCG terhadap tuberculosis )
3.
Virus – virus hidup di perlemah ( misalnya
: bibit cacar, vaksin poliomyelitis )
4.
Toxoid ( toksin = racun dari pada kuman
yang dinetralisasi : toxoid difetri, toxoid tetanus )
Vaksin
diberikan dengan cara disuntikan atau per-oral / melalui mulut terhadap
pemberian vaksin tersebut, maka tubuh membuat zat – zat anti terhadap penyakit
bersangkutan ( oleh karena itu, dinamakan imunisasi aktif, kadar zat – zat
dapat diukur dengan pemeriksaan darah ) dan oleh sebab itu menjadi imuns (
kebal ) terhadap penyakit tersebut.Pemberian vaksin dengan cara menyuntikan
kuman atau antigen murni akan menyebabkan benar – benar menjadi sakit. Oleh
karena itu, dibutuhkan dalam bentukvaksin, yaitu kuman telah dilemahkan.
Pemberian vaksin akan merangsang bentuk untuk membentuk antibody.
Untuk itu dalam imunisasi aktif terdapat
4 macam kandungan yang terdapat dalam setiap vaksinnya antara lain :
1.
Antigen merupakan bagian dari vaksin
yang berfungsi semacam zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan,
yang dapat berupa polisakarida, toxoid, atau virus yang dilemahkan atau bakteri
yang dimatikan.
2.
Pelarut dapat berupa air steril atau
berupa cairan kultur jaringan
3.
Preservative, stabilizer, dan
antidiotica yang berguna untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus
untuk stabilisasi anti gen.
4.
Adjuvant yang terdiri dari garam
alumunium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas anti gen.
Sementara
untuk keperluan aktif tersedia antara lain :
1.
Vaksin BCG ( bacillus calmette – Guerin
untuk tuberculosis )
2.
Vaksin DPT ( Dipteri Pertusis Tetanus )
3.
Vaksin polimielitis
4.
Vaksin campak
5.
Vaksin typa ( typus abdominalis )
6.
Toxoid tetanus
Namun,
pemerintah tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi tersebut harus dilakukan
semua. Hanya ada 5 jenis imunisasi pada anak dibawah 5 tahun yang harus
dilakukan antara lain :
1.
BCG bacillus calmette – Guerin )
2.
DPT ( difteri Pertusis Tetanus )
3.
Polio
4.
Campak
5.
Hepatitis B
2. Imunisasi
Pasif
a. Imunisasi
pasif adalah zat anti yang didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntikan
bahan atau serum yang mengandung zat anti atau zat anti dari ibunya selama
dalam kandungan. Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak bertahan
lama.
b. Imunisasi
pasif adalah pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan
melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang
yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi.
c. Imunisasi
pasif adalah penyuntikan sejumlah antibody sehingga kadar antibody dalam tubuh
meningkat.
d. Pemberian
antibody dengan tujuan untuk memberikan pencegahan atau pengobatan terhadap
infeksi. Transfer imun yang dibentuk bersifat sementara selama antibody masih
aktif. Transfer imun juga dapat terjadi pada BBL, misalnya imunoglobin G yang
disalurkan dari ibu ke bayi secara transplasental.
Macam-macam imunisasi
pasif:
1. Imunisasi
pasif bawaan
Imunisasi pasif bawaan
merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya berasal dari ibunya selama dalam
kandungan.Misalnya terdapat pada bayi baru lahir (neonatus) sampai bayi berumur
5 bulan.Neonates mendapatkan imunisasi tersebut dari ibu sewaktu dalam
kandungan, yaitu berupa zat antibody yang melalui jalan darah menembus
plasenta. Zat anti tersebut berupa globulingama yang mengandung imunitas,
seperti yang juga dimiliki oleh ibu. Dengan demikian, sampai umur 5 bulan bayi
dapat terhindar dari beberapa penyakit infeksi seperti campak ( measles), difteri, dsb.
Imunitas terhadap
difteria dapat dibuktikan dengan uji schick, yaitu dengan menyuntikan toksin
difteri intrakutan (IC). Bila bayi masih mempunyai zat anti difteri maka hasil
reaksi akan negative.
Terhadap campak bayi
masih dapat dikatakan mempunyai kekebalan pasif bawaan sampai umur 7
bulan.Kekebalan seperti ini juga ada terhadap tetanus, pertussis, kokus, dan
tifus abdominalis.Namun, sedikit sekali sehingga bayi tidak dapat terhindar
dari infeksi – infeksi tersebut.
2. Imunisasi
pasif didapat
Imunisasi pasif didapat
merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya berasal dari luar tubuh.Misalnya
dengan suntik bahan atau serum yang mengandung zat anti.Zat anti ini didapat
oleh anak dari luar dan hanya berlangsung pendek, yaitu 2 – 3 minggu karena zat
anti seperti ini akan dikeluarkan kembali dari tubuh anak. Bahan zat anti
demikian dapat berupa globulin gama murni yang didapat dari darah orang yang
pernah mendapat penyakit, misalnya campak. Sebenarnya tidak hanya globulin gama
murni yang dapat digunakan tetapi darah atau serumnya dapat pula dipakai untuk
disuntikan (Intramuscular), tetapi tentunya dalam hal yang
terakhir ini di perlukan jumlah yang lebih banyak. Contoh lain adalah serum
pemberian anti tetanus terhadap penyakit tetanus. Dengan mendapat luka terutama
yang dalam dan kotor, atau karena jatuh ditanah atau tertusuk oleh bambu atau
paku yang berkarat yang sudah lama berada di tanah, dsb.Maka untuk mencegah
terjadinya tetanus, dapat diberikan profilaksis dengan serum anti tetanus.Serum
tetanus ini biasanya di dapat dari darah seekor kuda yang lebih dulu di
imunisasi terhadap tetanus dan oleh karena itu mengandung zat – zat anti
terhadap tetanus.Dengan penyuntikan serum anti tetanus, maka anak menerima zat
– zat anti secara pasif untuk menghadapi penyakit tetanus.Tubuhnya tidak
membuat zat – zat anti tersebut seperti dalam hal penyuntikan toxoid tetanus.
Berlainan dengan
imunisasi aktif yang menghasilkan kekebalan untuk waktu lama, maka imunisasi
pasif melindungi anak selama 2 – 3 minggu. Selain dari pada itu, oleh karena
serum anti tetanus kuda merupakan protein asing bagi manusia, maka sebelum
penyuntikan perlu dilakukan test kulit ( skin test ) terlebih dahulu untuk
mengetahui anak cocok atau tidak terhadap serum kuda untuk menghindarkan dari
reaksi – reaksi anafilatik.
2.2
IMUNISASI
YANG DIANJURKAN
Disamping
lima imunisasi dasar yang wajib ( BCG, DPT, hepatitis B, polio dan campak ) diperoleh
bayi sebelum usia setahun maka berikut ini terdapat beberapa jenis imunisasi
yang tidak wajib akan tetapi di anjurkan, antara lain sebagai berikut:
1. Imunisasi
MMR ( Measles, Mumps, Dan Rubella )
Imunisasi
MMR (Measles, Mumps, Dan Rubella)
adalah imunisasi yamg diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit campak (Measles), parotis epidemika (Mumps atauGondongan) dan campak jerman (Rubella).
Waktu pemberian: Usia
15 bulan, dan diulang saat anak berusia 6 tahun.
Catatan khusus: Bisa
diberikan pada umur 12 bulan, jika belum mendapat campak di usia 9 bulan.
a. Penyakit
Campak
Campak adalah penyakit
virus akut yang disebabkan oleh virus campak yang penyebaran infeksinya terjadi
dengan perantara droplet dengan masa inkubasi 10 – 14 hari, ditandai dengan
ruam campak, demam, batuk.Komplikasi berat akibat akibat campak umumnya terjadi
pada masyarakat golongan social ekonomi lemah atau rendah yang tidak mampu
memanfaatkan pelayanan rumah sakit.Ada hubungan yang erat antara campak dengan
kwashiorkor, marasmus dan xeroftalmia. Hampir tiap anak yang telah melalui usia
satu tahun pernah menderita penyakit ini. Kematian diakibatkan berkisar antara
3 – 5% tetapi kadang – kadang dalam keadaan epidemi dapat mencapai 10 – 15%.
Efektifitas vaksin dapat dilihat dari angka konfersi serum, yaitu kira – kira
85% pada usia 8 – 12 bulan, lebih dari 90% pada usia 12 – 15 bulan dan 100%
pada usia diatas 15 bulan. Daya perlindungan pada waktu terjadinya wabah ialah
95,5% pada anak yang diimunisasi pada usia 12 bulan dan 74,5% pada anak yang
diimunisasi kurang dari 11 bulan.
b. Parotis
Epidemika (Mums atau gondongan)
Penyakit parotis atau
gondongan adalah penyakit yang di sebabkan oleh infeksi paramixovirus dan
penyebarannya melalui droplet, dengan masa inkubasi 12 – 25 hari, dengan gejala
tidak khas seperti anoreksia, myalgia, malaise, nyeri kepala, dan demam ringan
yang kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis unilateral atau bilateral.
Penyakit ini terutama terjadi pada anak usia 5 – 9 tahun.
c. Rubella
(campak jerman)
Penyakit rubella
merupakan penyakit infeksi yang ringan dengan penyebaran infeksi melalui udara
atau droplet, dengan gejala klinis yang mencolok adalah timbulnya ruam
makulopapular yang bersifat sementara, limfadenopati kelenjar, kadang disertai
atritis dan arthralgia.
2. Imunisasi
Typhoid (Tifus Abdominalis) Dan Paratifus A, B, C
Imunisasi
typhoid adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit typhoid atau
tifus abdominalis.Penyakit demam typhoid adalah penyakit yang disebabkan oleh
salmonella typhi, yang menyebabkan infeksi dan ditandai dengan demam, toksemia,
nyeri perut, konstipasi atau diare, dengan masa inkubasi biasanya 7 – 14
hari.Bakteri dapat masuk ke dalam tubuh manusia karena manusia tersebut memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut.Transmisinya
melalui fecal oral (diperantarai makanan dan feses yang terkontaminasi).Bakteri
ini termasuk gram negative dan dapat bergerak lincah dan mempunyai flagella
atau cambuk di tumbuhnya.
Untuk
mencegah penyakit ini digunakan vaksin yang setiap militernya mengandung 1 milyar
kuman S. thypi, ½ milyar kuman S. parathypi A, ½ milyar kuman S. parathypi B, ½
milyar kuman S. parathypi C yang masing – masing telah dibunuh. Imunisasi dasar
cukup dibelikan 3 kali, masing – masing 0,25 ml untuk anak usia 5 tahun. Jarak
antara tiap suntikan 12 minggu (3 bulan). Untuk memperkuat imunisasi dasar
tersebut, perlu dilakukan imunisasi ulangan pada usia 5 tahun – masuk sekolah
dasar dan pada usia 10 tahun – tamat sekolah dasar, atau bila diperkirakan
terjadi kontak dengan penyakit ini, Vaksin diberikan melalui suntikan subkutan
(SC). Tetapi tidak ada satupun vaksin yang membri proteksi 100% pada penyakit
typhoid ini.
Namun
demikian seandainya anak sudah diimunisasi typhoid infeksinya tidak akan
seberat anak yang diimunisasi. Dipihak lain, tidak sedikit anak yang dianggap
sakit biasa dan kemudian diberi antibiotika yang kuat untuk beberapa hari.
Padahal kita baru menyadari terjadinya typhoid jika anak terlihat sakit berat
dan kesadaran sudah mulai menurundan demam berlangsung lebih dari 5 hari.
Tetapi itupun harus dibuktikan oleh pemeriksaan darah, khususnya kultur /
biakan empedudan bukan pemeriksaan widal.
Penyakit
ini sering dijumpai di Negara berkembang terutama di Asia, Afrika, Dan Amerika
Latin. Bahkan diindonesia merupakan daerah yang endemis typhoid artinya cukup
tinggi angka kesakitan akibat infeksi ini.Manfaat secara besar – besaran
terbukti di Yugoslavia pada tahun 1954 – 1958, dimana dari 11.503 orang yang
mendapat imunisasi pada tahun 1954 hanya 13 orang yang terkena penyakit ini. Pada
tahun 1958, sedangkan dari 11.998 orang sebagai control terdapat 50 orang yang
terkena penyakit ini.
Alasan Anak Diberi
Imunisasi Typhoid
Kuman
typhoid atau tifus, yakni salmonella typhosa,masuk ke tubuh melalui makanan dan
minuman yang tercemar. Itu sebabnya kenapa penyakit tifus menyerang anak usia
sekolah dasar ( SD ) karena mereka sudah sering terpapar makanan yang terpapar
homemade.bayi dan batita jarang tifus karena relative belum terpapar makanan
jenis itu. Namun, diusia 2 tahun anak sudah mulai bersekolah dan ruang lingkup
semakin berkembang.
Anak
tidak boleh diimunisasi typhoid saat dia mengalami sakit berat.Tetapi kondisi
ringan harian bukanhalangan untuk imunisasi, seperti batuk pilek, demam ringan,
atau diare ringan.
3. Imunisasi
HIB ( Haemophilus Influenza Tipe B )
Imunisasi
HiB adalah imunisasi yang diberikan untuk melindungi tubuh dari Haemophilus Influenza Tipe B yang dapat
menyebabkan pneumonia, penyakit radang selaput otak atau meningitis, dan
epiglottitis (infeksi pada katup pitasuara dan tabung suara.Waktu pemberian
pada umur 2, 4, 6, 15 bulan.Sementara untuk cacatan khusus bisa secara terpisah
atau kombinasi.
4. Imunisasi
Hepatitis A
Imunisasi
hepatitis A adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit
hepatitis A,yang menyebabkan penyakit hati.
Waktu pemberian: Pada
umur di atas 2 tahun, dua kali dengan interval 6 - 12 bulan.
5. Imunisasi
Varicella (Cacar Air)
Imunisasi
varicella yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit
varisella (cacar air).Sebelum perang dunia ke II timbul epidemic cacar di
Indonesia, yaitu pada tahun 1924. Sejak itu itu,berkat pencacaran yang baik dan
teratur menurut system Terburhg, endemic pun tidak pernah terjadi. Pada setiap
kecamatan disediakan mantra cacar untuk yang bertugas melakukan pencacaran pada
semua anak dan orang dewasa yang secara primer dalam 6 bulan pertama, kemudian
pencacaran ulang bagi penduduk yang harus mendapatkannya.Di Indonesia telah
dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun 1978 sehingga selanjutnya
vaksinasi terhadap penyakit ini tidak dianjurkan lagi. Oleh WHO, dunia juga
telah dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun 1981.
Waktu pemberian: Pada umur di atas 5 tahun.
Efek Samping
1.
Vaksin generalisata, yaitu timbul erupsi
yang menyeluruh sehingga anak dapat meninggal. Kelainan ini jarang sekali
terjadi dan pada tahun-tahun terakhir ini terbukti bahwa pada kasus tersebut
terdapat kelainan dasar berupa hipogamaglobulinemia.
2.
Vaksin tambahan, yaitu timbul erupsi
ditempat lain karena anak dengan jarinya memindahkan virus ketempat lain.
3.
Ekzema vaksinotum yaitu akibat virus
dipindahkan oleh jari anak ketempat yang mengalami ekzema. Oleh karena itu,
kulit yang tidak bersih seluruhnya merupakan kontra pencacaran.
4.
Ensepalitis pasca vaksinasi. Tidak terdapat
di indonesia, tetapi dilaporkan terjadi dinegeri barat, yaitu bila pencacaran
lebih dari 1 tahun. Sebabnya belum diketahui benar.
6. HPV
(Humanpapilloma Virus)
Manfaat: Melindungi tubuh dari
Humanpapilloma Virus yang menyebabkan kanker mulut rahim.
Waktu pemberian: Pada anak umur di atas
10 tahun, diberikan 3 kali dengan jadwal 0, 1-2 bulan kemudian, serta 6 bulan
kemudian
7. Rotavirus
Rotavirus merupakan
imunisasi terbaru untukmencegah diare yang disebabkan oleh rotavirus. Di
Australia, pemberian vaksin rotavirus merupakan imunisasi wajib. Vaksin ini
diberikan tiga kali saat bayi dengan pemberian oral drop.
8. Pneumokokus
(PCV)
Manfaat: Melindungi tubuh dari bakteri
pnemukokus yang bisa menyebabkan meningitis, pneumonia, dan infeksi telinga.
Waktu pemberian: Umur 2, 4, 6 bulan,
serta antara 12 - 15 bulan.
Catatan khusus: Kalau mama belum
memberikannya hingga usia anak di atas 1 tahun, PCV hanya diberikan dua kali
dengan interval 2 bulan. Jika usia anak sudah 2 - 5 tahun, PCV hanya diberikan
1 kali.
9. Influenza
Manfaat: Melindungi tubuh dari beberapa
jenis virus influenza.
Waktu pemberian: Setahun sekali sejak
usia 6 bulan. Bisa terus diberikan hingga dewasa.
Catatan khusus: Untuk usia di atas 2
tahun, vaksin bisa diberikan dalam bentuk semprotan pada saluran pernapasan.
2.3
PENYIMPANAN
VAKSIN
Vaksin
adalah suatu produk biologis yang terbuat kuman, komponen kuman atau racun
kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang
timbulnya kekebalan tubuh seseorang. Bila vaksin diberikan pada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu sebagai
produk biologis, vaksin memiliki karakteristik tertentu dan memerlukan
penanganan yang khusus sejak diproduksi di pabrik hingga dipakai di unit
pelayanan. Suhu yang baik untuk semua jenis vaksin adalah +20C
sampai dengan +80C.
Agar
kualitas vaksinasi sesuai dengan standar yang di tetapkan guna menumbuhkan
imunitas yang optimal bagi sasaran imunisasi maka dibutuhkan suatu cara
penyimpanan vaksin yang baik, yang disebut rantai dingin ( Cold Chain ). Rantai
dingin adalah suatu prosedur dan peralatan yang digunakan dalam penyampaian
vaksin dari pabrik pembuat vaksin sampai dilakukan penyempitan. Rantai dingin
adalahcara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam keadaan baik atau tidak
rusak sehingga mempunyai kemampuan atau efek kekebalan terhadap penerimanya,
akan tetapi apabila vaksin diluar temperature yang dianjurkan maka akan
mengurangi potensi kekebalannya. Tujuan rantai dingin adalah untuk memperkecil
kesalahan selama pelayanan terhadap vaksin dan dapat diyakinkan bahwa vaksin
yang digunakan masih mempunyai potensi yang menimbulkan kekebalan. Vaksin yang
tidak potensi lagi bila tetap digunakan / diberikan akan mengakibatkan kerugian
antara lain :
a.
Hilangnya kepercayaan masyarakat
b.
Harga vaksin yang mahal tidak dapat
mencapai sasarannya
c.
Biaya operasional yang besar
Unsur
– Unsur Rantai Dingin
a.
Kamar dingin ( cold room / storage )
b.
Lemari es ( absorbsi dan kompresi )
c.
Cold box yang berisi cold pack
d.
Termos es
Penyimpanan vaksin yang tidak baik atau
menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, dapat mengakibatkan kerusakan
vaksin sehinggamenurunkan atau menghilangkan potensinya. Bahkan bila deberikan
kepada sasaran dapat menimbulkan Kejadian Ikutan Pasca Imuniasasi ( KIPI ) yang
tidak diinginkan. Kerusakan vaksin dapat mengakibatkan kerusakan sumber daya
yang tidak sedikit, baik dalam bentuk biaya vaksin maupun biaya – biaya lain
yang terpaksa dikeluarkan untuk menanggulangani masalah Kejadian Ikutan Pasca
Imuniasasi ( KIPI ) atau Kejadian Luar Biasa ( KLB ).
Telah disebutkan sebelumnya bahwa suhu
yang baik untuk semua jenis vaksin adalah +20C sampai dengan +80C.
Maka semua vaksin akan rusak bila terpapar panas atau terkena sinar matahari
langsung. Tetapi beberapa vaksin juga tidak tahan terhadap pembekuan, bahkan
dapat rusak secara permanen dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan bila
vaksin terpapar panas. Jadi, anggapan bahwa bila sudah ada pendingin(kulkas)
maka vaksin baik merupakan anggapan yang tidak tepat dan perlu diluruskan
campak.
Maka bidan terutama yang bertugas dalam
pemberian imunisasi perlu mengetahui penggplongan vaksin berdasarkan
sensitivitas terhadap suhu berikut ini agar dapat melakukan penyimpanan vaksin
dengan tepat. Penggolongan vaksin berdasarkan sensitivitas terhadap suhu
sebagai berikut:
1.
Vaksin sensitif beku(freeze
sensitive/FS)
a. Merupakan
golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dibawa 00C (beku)
b. Vaksin
tersebut adalah vaksin Hepatitis B, DPT, DPT-HB, DT, TT.
2.
Vaksin sensitive panas ( Heart sensitive
/ HS )
a. Merupakan
golongan vaksin yang akan rusak terhadap paparan panas yang berlebihan.
b. Vaksinnya
yaitu: vaksin BCG, POLIO, dan campak.
Ditingkat puskesmas semua vaksin
disimpan dalam suhu lebih dari 2oC sampai dengan 8oC,
sedangkan freeze hanya diperuntukan bagi pembuatan cold pack(es batu). Untuk
pendistribusian vaksin kelapangan seperti ke posyandu,sebaiknya menggunakan
cold pack, karena tempat yang panas atau yang jauh,sebaiknya vaksin diatur
sesuai sensitivitasnya terhadap suhu dan diberi pelapis atau jenis vaksin yang
berbeda.
2.4
KEJADIAN
IKUTAN PASCA IMUNISASI
Jenis Imunisasi
|
Efek Samping
|
Penangaan
|
HiB ( Haemophilus Influenza tipe B )
|
Reaksi luka ringan seperti eritema, nyeri, dan demam ringan.
|
|
Measles ( campak )
|
Anoreksia, malaise, ruam dan demam sampai 10 hari
|
|
Mumps
|
Secara essensial tidak ada efek samping
|
|
Rubella
|
Demam, limfadenopati, ruam ringan, ( berakhir 1 – 2 hari setelah
imunisasi ), artalgia, artritis, serta parestesia tangan dan jari
|
|
Varicella
|
Nyeri tekan, kemerahan, dan makopopular.
|
|
Typhoid
|
|
|
Hepatitis A
|
|
|
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Imunisasi
bertujuan untuk merangsang system imunologi tubuh untuk membentuk antibody
spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit.
(Supartini,2004). Walaupun cakupan imunisasi tidak sama dengan 100% tetapi
sudah mencapai 70% maka anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi pun akan
terlindungi oleh adanya suatu “herd immunity”.
Vaksin
sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek samping yang tidak
diperkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama reaksinya antara penerima yang
satu dengan penerima lainnya. Efek samping imunisasi yang dikenal sebagai
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following Immunization
(AEFI) adalah suatu kejadian sakit yang terjadi setelah menerima imunisasi yang
diduga berhubungan dengan imunisasi.Penyebab kejadian ikutan pasca imunisasi
terbagi atas empat macam, yaitu kesalahan program/tehnik pelaksanaan imunisasi,
induksi vaksin, faktor kebetulan dan penyebab tidak diketahui.Gejala klinis
KIPI dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala lokal dan sistemik.Gejala lokal
seperti nyeri, kemerahan, nodelle/ pembengkakan dan indurasi pada lokasi
suntikan. Gejala sistemik antara lain panas, gejala gangguan pencernaan, lemas,
rewel dan menangis yang berkepanjangan.
3.2. Saran
1.
Tingkat pendidikan ibu tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
2.
Jarak rumah ke Puskesamas tidak
mempunyai pengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
3.
Pengetahuan ibu mempunyai pengaruh
positip terhadap kelengkapan imunisasi dasar, yang berarti bahwa semakin baik
pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi akan berpengaruh meningkatkan
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
4.
Motivasi ibu mempunyai pengaruh positip
terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Yang berarti bahwa semakin baik motivasi
ibu akan berpengaruh meningkatkan kelengkapanimunisasi dasar pada
bayi.
5.
Tenaga Kesehatan Berupaya
untuk meningkatan pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi dasar bagi bayi
sehingga ibu yang mempunyai bayi berusaha meningkatkan kelengkapan imunisasi
bayi melalui penyuluhanpenyuluhan di masyarakat.
6.
Berupaya untuk meningkatan motivasi ibu
dengan memberikan informasi tentang imunisasi dengan tujuan untuk meningkatkan
kesehatan bayi dan meningkatkan kelengkapan imunisasi bayi.
7.
Ibu yang mempunyai bayi Agar lebih
meningkatkan pengetahuan tentang manfaat imunisasi bagi anaknya. Agar mempunyai
motivasi yang besar dalam meningkatkan kesehatan bayi dan keluarganya
8.
Peneliti selanjutnya Diharapkan dapat
menambah jumlah responden, lebih mespesifikkan jenis imunisasi, meneliti dengan
variabel bebas yang baru, dsb.
9.
Diharapkan peneliti selanjutnya agar
meneliti dengan menggunakan metode eksperimen dalam bentuk penyuluhan
kesehatan.
10. Dapat
menjadi informasi dan data sekunder dalam pengembangan penelitian selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Staf
pengajar ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran universitas Indonesia.1985. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta
: Infomedika Jakarta.
Lia
Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonates
Bayi Dan Anak Balita.Jakarta : Salemba Medika.
Alimul
Hidayat, A.Aziz. 2008. Ilmu Kesehatan
Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Gufte,
S. 2004. Panduan Perawata Anak. Jakarta
: Pustaka Popular Obor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar