BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Imunisasi merupakan salah satu
bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka
kematian bayi dan balita. Berbagai penyakit menular seperti penyakit difetri,
pertusis, campak, tetanus, dan polio telah terbukti menurun secara menyolok
berkat pemberian imunisasi pada bayi dan anak. Bahkan, Indonesia telah
dinyatakan bebas penyakit cacar sejak
tahun 1972.
Sejalan dengan hal tersebut di
atas, maka Indonesia telah melaksanakan Pengembangan Program Imunisasi (PPI)
sejak tahun 1977, yang tujuannya antara lain:
·
Eradikasi Polio (ERAPO)
·
Eliminasi Tetanus Neonatal (ETN) dan
maternal
·
Reduksi campak, dan lain-lain.
Indonesia
juga telah melaksankan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dengan baik, yang
merupakan pekan dimana setiap anak balita umur 0-59 bulan yang tinggal di
Indonesia pada saat tersebut mendapat 2 tetes vaksin plio oral, tanpa melihat
status imunisasi dan kewarganegaraannya. Vaksin polio diberikan 2 kali dengan
selang waktu sekitar 4minggu, yang telah dilakukan berturut-turut pada tahun
1995,1996,1997, dan 2002.
Bidan
sebagai salah seorang anggota profesi kesehatan memiliki tugas penting dalam
konseling dan pendidikan kesehatan, salah satunya adalah mengenai imunisasi
pada anak. Berikut ini dibahas mengenai berbagai hal tentang imunisasi pada
anak.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi atau pengertian dari Imunisasi?
2. Mengapa
ada Imunisasi apakah tujuan dari imunisasi?
3. Sebutkan
dan jelaskan macam-macam imunisasi!
4. Sebutkan
dan jelaskan jenis-jenis komunikasi!
5. Apa
efeksamping dari imunisasi pada bayi?
6. Bagaimana
cara penyimpanan vaksin yang benar untuk imunisasi?
C. Tujuan
1. Mahasiwa
mengetahui definisi atau pengertian dari imunisasi.
2. Agar
mahasiswa mengetahui mengapa harus ada imunisasi dan apa tujuan diadakannya imunisasi
3. Mahasiswa
mengetahuimacam-macam imunisasi
4. Mahasiswa
mengetahui jenis-jenis komunikasi
5. Mahasiswa
mengetahui efek samping dari imunisasi dan kontra indikasi dari imunisasi
6. Mahasiwa
mengetahui bagaimana cara penyimpanan yang baik bagi vaksin imunisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Imunisasi
Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang telah
berhasil menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka
kematian) penyakit infeksi pada bayi dan anak. Agar bidan dapat memberikan
asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada bayi dan balita, salah satunya
adalah memahami hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi, termasuk
pengertian-pengertian imunisasi berikut ini:
a. Imunisasi
berasal dari kata “imun” yang berati kebal atau resisten. Imunisasi terhadap
suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resisten pada penyakit itu
saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain, diperlukan imunisasi
lainnya. (Anonim, 2008).
b. Imunisasi
adalah suatu tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh
bayi dan anak.
c. Imunisasi
adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak
terjadi penyakit (Matondang CS, dkk, 2005).
d. Imunisasi
adalah pemberian imunitas (kekebalan) tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi manusia.
e. Imunisasi
adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuh kebal terhadap invasi
mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat menyebabkan inveksi sebelum
mikroorganisme tersebut memilki kecepatan untuk menyerang tubuh. Dengan
imunisasi, tubuh akan terlindung dari infeksi, begitu pula orang lain karena
tidak tertular dari seseorang. Oleh karena itu, imunisasi harus dilakukan untuk
semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir, agar pada akhirnya nanti
infeksi dapat musnah dari muka bumi.
f. Imunisasi
adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin
kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit
tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, seperti
vaksin BCG, DPT, campaka, dan melalui mulut seperti vaksin polio.
g. Imunisasi
adalah upaya untuk merangsang kekebalan tubuh dari serangan penyakit menular
tertentu melalui pemberian vaksin.
h. Istilah
imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi adalah suatu pemindahan
atau transfer antibodi secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan
sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas
(antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh 9 IGN Ranuh, 2005).
i.
Imunisasi adalah suatu cara untuk
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga
kelak bila terpajan pada antigen serupa tidak terjadi penyakit (Imunisasi di
Indonesia, 200
B. Tujuan
Imunisasi
Tujuan dalam pemberian imunisasi, antara lain:
a. Tujuan/manfaat
imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu di dunia.
b. Tujuan
dan kegunaan imunisasi adalah untuk melindungi dan mencegah penyaki-penyakit
menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.
c. Tujuan
diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
d. Tujuan
atau manfaat imunisasi adalah untuk menurunkan mobiditas, mortalitas, dan cacat
serta bila mungkin didapat eradikasi suatu penykit dari suatu daerah atau
negri.
e. Tujuan
dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka
penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dihindarkan
dnegan imunisasi yaitu seperti campak, polio, difetri, tetanus, batuk rejan,
hepatitis B, gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya.
f. Tujuan
imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang,
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau
bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar.
C. Macam-macam
Imunisasi
Imunitas atau kekebalan, berdasarkan asal muasalnya
dibagi dalam dua hal, yaitu aktif dan pasif. Aktif adalah bila tubuh anak ikut
menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan pasif adalah bila tubuh anak
tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya menerima saja.
Maka berdasarkan hal tersebut diatas, maka imunisasi
dibagi menjadi dua macam, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
a. Imunisasi
Aktif
1. Pengertian
Imunisasi Aktif:
a.
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman
atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk
merangsang tubuh memproduksi anti bodi sendiri. Contohnya: imunisasi polio atau
campak.
b.
Imunisasi aktif adalah zat anti yang
dibentuk tubuh itu sendiri dan akan bertahan selama bertahun-tahun
c.
Imunisasi aktif adalah pemberian zat
sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan
sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan
respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila
benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon
d.
Imunisasi aktif diberikan untuk
pencegahan penyakit yang dilakukan dengan memberikan vaksin terhadap beberapa
penyakit infeksi.
2. Imunisasi
aktif ini dilakukan dengan vaksin yang mengandung:
a.
Kuman-kuman mati (misalnya: vaksin cholera-typhoid/thypus
abdominalis – paratyphus ABC, vaksin pertusis batuk rejan).
b.
Kuman-kuman hidup diperlemah (misalnya:
vaksin BCG terhadap tuberkulosis)
c.
Virus-virus hidup diperlemah (misalnya:
bibit cacar, vaksin poliomyelitis).
d.
Toxoid ( = toksin = racun daripada kuman
yang dinetralisasi: toxoid difteri, toxoid tetanus).
3. Vaksin
diberikan dengan cara disuntikan atau peroral atau melalui mulut. Terhadap
pemeberian vaksin tersebut, maka tubuh membuat zat-zat anti terhadap penyakit
bersangkutan (oleh karena itu dinamakan imunisasi aktif, kadar zat-zat dapat
diukur drngan pemeriksaan dalam) dan oleh sebab itu menjadi imun (kebal)
terhadap penyakit tersebut.
4. Pemberian
vaksin dengan caran menyuntikan kuman atau antigen murni akan menyebabakan
benar-benar menjadi sakit. Oleh karena itu, dibutuhkan dalam bentuk vaksin,
yaitu kuman ynag telah dilemahkan. Pemberian vaksin akan merangsang tubuh untuk
membentuk antibodi
5. Untuk
itu, dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan yang terdapat dalam
setiap vaksinnya, antara lain:
a.
Antigen merupakan bagian dari vaksin
yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan,
yang dapat berupa polisakarida, toxoid, atau virus yang dilemahkan, atau
bakteri yang dimatikan.
b.
Pelarut dapat berupa air steril atau
berupa cairan kultur jaringan.
c.
Preservatif, stabiliser, dan antibiotika
yang berguna untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk
stabilisasi antigen.
d.
Adjuvan yang terdiri garam almunium yang
berpungsi untuk meningkatkan imunnogenitas antigen
6. Untuk
keperluan imunisasi aktif tersedia, antara lain:
a.
Vaksin BCG (bacillus calmette-guerin
untuk tuberkulosis)
b.
Vaksin DPT (difteri,pertusis,tetanus)
c.
Vaksin poliomielitis
d.
Vaksin campak
e.
Vaksin typa (types abdominalis)
f.
Toxoid tetanus
g.
Dan lain-lain
7. Namun,pemerintah
tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi tersebut harus dilakukan semua. Hanya
5 (lima) jenis imunisasi pada anak di bawah 5 tahun yang harus dilakukan,yaitu:
a.
BCG (bacillus calmette-guerin)
b.
DPT(difteri,pertusis,tetanus)
c.
Polio
d.
Campak
e.
Hepatitis B
b. Imunisasi
pasif
1. Pengertian
a.
Imunisasi pasif adalah zat anti yang di
dapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntikan bahan ataun serum yang
mengandung zat anti atau zat anti dari ibunya selam dalam kandungan. Kekebalan
yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak bertahan lama .
b.
Imunisasi pasif adlah pemberian zat
(imunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi
yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk
mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
c.
Imunisassi pasif adalah penyuntikan
sejumlah anti bodi, sehingga kadar anti bodi dalam tubuh meningkat.
d.
Imunisasi pasif adalh pemberian anti
bodi dengan tujuan untuk memberikan pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi.
Transfer imun yang bersifat sementara selama anti bodi masih aktif. Transfer
imun juga dapat terjadi pada bayi baru lahir, misalnya imunoglobulin G yang
disalurkan dari ibu ke bayi secara transplasental.
2. Imunisasi
pasif terdiri dari dua macam, yaitu:
a.
Imunisasi Pasif Bawaan
Imunisasi pasif bawaan merupakan
imunisasi pasif dimana zat antinya berasal dari ibunya selama dalam kandungan.
Misalnya terdapat pada neonatus (bayi baru lahir) sampai bayi berumur 5 (lima)
bulan. Neonatus mendapatkan imunitas tersebut dari ibu sewaktu dalam kandungan,
yaitu berupa zat anti (anti bodi) yang melalui jalan darah menembus plasenta.
Zat anti tersebut berubah menjadi
globulin gama yang mengandung imunitas, seperti yang juga dimiliki oleh ibu.
Namun, zat anti tersebut lambat laun akan menghilang/lenyap dari ibu bayi.
Dengan demikian, sampai umur 5 bulan, bayi dapat terhindar dari beberapa
penyakit infeksi seperti campak, difetri, dan lain-lain.
b.
Imunisasi Pasif Didapat
Imunisasi pasif merupakan dimana
zat antinya didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau serum
yang mengandung zat anti. Zat anti ini didapat oleh anaka dari luar dan hanya
berlangsung pendek, yaitu 2-3 minggu karena zat anti seperti akan dikeluarkan
kembali oleh tubuh anak. Misalnya pemberian serum anti tetanus. Dengan mendapat
luka terutama yang dalam dan kotor, atau karena jatuh di tanah atau tertusuk
oleh bambu atau paku yang berkarat yang sudah lama berada di tanah dan
sebagainya. Maka untuk mencegah terjadinya tetanus, dapat diberikan propilaksis
dengan serum anti tetenus. Serum anti tetanus ini biasanya dibuat dari darah
seekor kuda yang lebih dulu di imunitas terhadap tetanus dan oleh karena itu
mengandung zat-zat anti terhadapa tetanus. Dengan penyuntikan serum anti
tetanus, maka anak menerima zat-zat anti secara pasif untuk mengahadapi penyakit tetanus. Tubuhnya
tidak mebuat zat-zat anti tersebut seperti dalam hal penyuntikan toxoid
tetanus.
Berlainan dengan imunisasi aktif
yang menghasilkan kekebalan untuk waktu lama, maka imunisasi pasif melindungi
anak selam 2-3 minggu. Selain daripada itu, oleh karena serum anti tetanus kuda
merupakan protein asing bagi manusia, maka sebelum penyuntikan perlu dilakukan
tes kulit (skin tes) terlebih dahulu untuk mengetahui anak cocok atau tidak
terhadap serum kuda untuk menghindari reaksi-reaksi anafilaktik.
D. Jenis-jenis
Imunisasi
11. Imunisasi
dasar
Imunisasi dasar adalah
imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang, terutama bayi dan anak
sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit berbahaya. Lima
jenis imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap
tujuh penyakit, yaitu TBC, difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan),
poliomyelitis, campak dan hepatitis B.
Kelima jenis imunisasi
dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun tersebut adalah :
a. Imunisasi
BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan
b. Imunisasi
DPT, yang diberikan 3 kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4
minggu
c. Imunisasi
polio, yang diberikan 4 kai pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal 4
minggu
d. Imunisasi
campak, yang diberikan 1 kali pada bayi usia 9-11 bulan
e. Imunisasi
hepatitis B, yang diberikan 3 kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval
minima 4 minggu.
a. Imunisasi
BCG
1) Pengertian
·
Imunisasi BCG adalah imunisasi yang
diberikan untuk mi=enimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkuosis
(TBC), yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular.
·
Imunisasi BCG adaah imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat
terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk
TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC milier (pada seluruh lapangan
paru) atau TBC tulang
·
Imunisasi BCg adalah pemberian vaksin
yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.
2) Pemberian
Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali
dan tidak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup
sehingga antibody yang dihasikannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi
kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.
3) Usia
Pemberian Imunisasi
Sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumnya
dibawa dua bula. Jika diberikan setelah usia 2 buan disarankan diakukan Mantoux
(tuberkuin) terebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah kemasukan Mycrobacterium tuberculosis atau belum.
Vaksinasi diakukan bila hasil testnya negative. Jika ada penderita TBC yang
tinggal serumah atau sering bertandaang kerumah, segera setelah lahir bayi di
imunisasi BCG.
4) Cara
Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi BCg adaah melalui intra
dermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO)
atau penyuntikan pada paha.
5) Tanda
Keberhasilan
Timbul indurasi (benjolan kecil) dan eritema
(merah) didaerah bekas suntikan setelah
satu atau dua minggu kemudian, yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah
menjadi ulkus (luka). Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas (demam).
Luka ini akan sembuh sendiri dan meninggalkan tanda parut. Jika pun indurasi
(benjolan) tidak timbul, hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Karena kemungkinan
cara penyuntikan yang salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian
khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit. Jadi, meskipun benjolan tidak
timbul, antibody tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunisasi
tidak perlu diulang, karena di daerah endemic TBC, infeksi alamiah akan selalu
ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah.
b. Imunisasi
DPT
1) Pengertian
·
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus.
·
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang
diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit berikut
ini :
Í Penyakit
difteri, yaitu radang tenggorokan yang sangat berbahaya karena menimbulkan
tenggorokan tersumbat dan kerusakan jantung yang menyebabkan kematian dalam
beberapa hari saja.
Í Penyakit
pertusis, yaitu radang paru (pernapasan), yang disebut juga batuk rejan atau
batuk seratus hari karena sakitnya bisa mencapai seratus hari atau tiga bulan
lebih. Gejala penyakit ini sangat khas, yaitu batuk yang bertahap, panjang dan
lama disertai bunyi “whoop”/ berbunyi
dan diakhiri dengan muntah, mata dapat bengkak atau penderita dapat meninggal
karena kesulitan nafas.
Í Penyakit
tetanus, yaitu penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut
terkunci/terkancing sehingga mulut tidak bisa membuka atau dibuka.
·
Imunisasi DPT merupakan imunisasi dengan
memberikan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan
sifat racunnya akan masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toxoid).
2) Pemberian
Imunisasi dan Usia Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering
dilakukan), yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Namun, bisa juga
ditambahkan dua kali lagi, yaitu satu kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia
5 tahun. Selanjutnya diusia 12 tahun, di berikan imunisasi TT.
3) Cara
Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi melalui suntikan intra
muskuler (i.m).
c. Imunisasi
Polio
1) Pengertian
Imunisasi polio
adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit
poliomielitis, yaitu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat
mengakibatkan lumpuh kaki.
Imuninasi polio adalah
imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya poliomielitis yang dapat
menyebabkan kelumpuhan pada anak (kandungan vaksin polio adalah virus yang
dilemahkan).
2) Pemberian
Imunisasi
Pemberian imunisasi bisa lebih dari jadwal yang
telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio masal atau pekan imunisasi
nasional. Tetapi jumlah dosis yang berlebihan tidak akan berdampak buruk,
karena tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi.
3) Usia
Pemberian Imunisasi
Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0-11
bulan atau saat lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan
6 bulan. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi oleh
vaksin DPT.
4) Cara
Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi polio melalui oral atau
mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Diluar negeri, cara pemberian imunisasi
polio ada yang melaui suntikan (disebut Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV).
d. Imunisasi
Campak
1) Pengertian
·
Imunisasi campak adalah imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak akrena penyakit
ini sangat menular.
·
Imunisasi campak adalah imunisasi yang
diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak
(morbili/measles) (kandungan vaksin campak ini adalah virus yang dilemahkan).
Sebenarnya, bayi
sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya
usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan
lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular dan ank
yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang
disebabkan virus morbili ini. Namun, untungnya campak hanya diderita sekali
seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tidak akan
terkena lagi.
2) Pemberian
Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu
kali
3) Usia
Pemberian Imunisasi
Imunisasi campak diberikan satu kali pada usia 9
bulan, dan dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari
ibu sudah menurun di usia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak
usia balita. Jika sampai usia 12 bulan anak belum mendapatkan imunisasi campak,
maka pada usia 12 bulan anak ini harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
4) Cara
Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi camapk adalah melalui
subkutan.
e. Imunisasi
Hepatitis B
1) Pengertian
Imunisasi
Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit
infeksi yang dapat merusak hati.
Imunisasi
Hepatitis B adalah imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepatitis, yang kandungannya adalah HbsAg dalam
bentuk cair.
2) Pemberian
Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi Hepatitis B adalah
tiga kali.
3) Usia
Pemberian Imunisasi
Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir. Dengan
syarat kondisi bayi dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan pada paru-paru dan
jantung. Kemudian dilanjutkan pada saat bayi berusia 1 bulan, dan usia antara
3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap Hepatitis B, selain
imunisasi yang diberikan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan
imunisasi tambahan dengan imunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu sebelum
usia 24 jam.
4) Cara
Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi Hepatitis B adalah dengan
cara intra muskuler (I.M) di lengan deltoid atau paha anterolateral bayi
(antero= otot-otot di bagian depan; lateral= otot bagian luar). Penyuntikan di
bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
22. Imunisasi
Booster
Imunisasi booster adalh
imunisasi ulangan (revaksinasi) dari imunisasi dasar yang diberikan pada
waktu-waktu tertentu dan juga diberikan bila terdapat suatu wabah yang
berjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan. Imunisasi
ulangan dapat meninggikan secara cepat kadar zat-zat anti dalam tubuh.
33. Imunisasi
Yang Tidak Diwajibkan, tetapi Dianjurkan
a. Imunisasi
MMR (Measles, Mumps, dan rubela)
Imunisasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubela) adalah
imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit campak (measles),
parotis epidemika (mumps, gondongan), campak Jerman (Rubela).
1) Penyakit
Campak
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan
oleh virus campak, yang penyebaran infeksinya terjadi dengan perantara droplet,
dengan masa inkubasi 10-14 hari, ditandai dengan ruam campak, demam, batuk
2) Parotis
epidemika (mumps, gondongan)
Penyakit parotis atau gondongan adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi paramyovirus dan
penyebarannya melalui droplet, dengan masa inkubasi 12-25 hari, dengan gejala
tidak khas seperti anoreksia, mialgia, malaise, nyeri kepala, dan demam ringan,
yang kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis unilateral atau bilateral.
Penyakit ini terutama terjadi pada anak usia 5-9 tahun.
3) Rubela
(Campak Jerman)
Penyakit rubela merupakan penyakit infeksi yang
ringan, dengan penyebaran infeksi melalui udara atau droplet, dengan gejala
klinis yang mencolok adalah timbulnya ruam makulopapular bersifat sementara,
limfadenopati kelenjar, kadang disertai artritis dan arthralgia.
b. Imunisasi
Typhoid
Imunisasi typhoid adalah imunisasi yang diberikan
untuk mencegah terjadinya penyakit typhoid atau tifus abdominalis.
Penyakit typhoid (demam Tifoid) adalah penyakit yang
disebabkan oeh Salmonella typhi, yang
menyebabkan infeksi dan ditandai dengan demam, toksemia, nyeri perut,
konstipasi atau diare, dengan masa inkubasi biasanya 7-14 hari. Penyakit ini
sering dijumpai di negara berkembang terutama Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
c. Imunisasi
HiB (Meningitis)
Imunisasi HiB (Haemophilus Influenzae Tipe B) adalah
imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit influenazae tipe B,
penyakit radang selapu otak atau meningitis.
d. Imunisasi
hepatitis A
Imunisasi Hepatitis A adalah imunisasi yang
diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit Hepatitis A.
e. Imunisasi
Variscella
Imunisasi Variscella (Cacar air) adalah imunisasi
yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit varicella (cacar air).
E. Efek
Samping dan Kontra Indikasi Imunisasi
a. Imunisasi
BCG
1) Efek
Samping Imunisasi BCG
Umumnya tidak ada efek samping dari imunisasi BCG
namun, pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah beningdi ketiak
atau leher pada bagian bawah (atau diselangkangan bila penyuntikan dilakukan di
paha).
2) Kontra
Indikasi Imunisasi BCG
Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang
berpenyakit TBC atau menunjukkan uji mantoux positif atau pada anak yang
mempunyai penyakit kulit yang berat.
b. Imunisasi
DPT
1) Efek
Samping Imunisasi DPT
Biasanya, hanya gejala-gejala ringan, seperti
sedikit demam saja dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak
nyeri atau pegal-pegal pada tempat suntikan, yang akan hilang sendiri dalam
beberapa hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurun panas bayi.
Atau bisa juga dengan memberikan minum cairan lebih banyak dan tidak memakai
pakaian terlalu banyak.
2) Kontra
Indikasi Imunisasi DPT
Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak yang
mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bukan,
seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis
dirawat karena infeksi otak, anak-anak yang sedang demam atau sakit keras dan
yang mudah mendapat kejang dan mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau asma.
c. Imunisasi
Polio
d. Efek
Samping Imunisasi Polio
Hampir tidak ada efek samping hanya sebagian kecil
saja yang mengalami pusing, diare ringan dan sakit otot. Kasusnya pun sangat
jarang.
e. Kontra
Indikasi Imunisasi Polio
Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang
sedang sakit parah, seperti demam tinggi (diatas 380 C)
ditangguhkan. Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak
diberikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan penyakit HIV / AIDS,
penyakit kanker atau keganasan sedang menjalani pengobatan steroid dan
pengobatan radiasi umum untuk tidak diberikan imunisasi polio.
f. Imunisasi
Campak
a. Efek
Samping Imunisasi Campak
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi.
Mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek samping kemerahan atau bercak
merah pada pipi dibawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan.
Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan.
b. Kontra
Indikasi Imunisasi Campak
Kontra indikasi imunisasi campak adalah
1. Anak
dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam
2. Anak
dengan penyakit gangguan kekebalan
3. Anak
dengan penyakit TBC tanpa pengobatan
4. Anak
dengan kekurangan gizi berat
5. Anak
dengan penyakit keganasan
6. Anak
dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin, dan eritrimisin
(antibiotik)
c. Imunisasi
hepatitis B
d. Efek
Samping Imunisasi Hepatitis B
Umumnya tidak terjadi efek samping. Jika-pu terjadi
(namun sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada tempat suntikan, yang disusul
demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua
hari.
e. Kontra
Indikasi Imunisasi Hepatitis B
Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit
berat.
F. Penyimpanan
Vaksin
Vaksin adalah suatu bentuk biologis
yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan
atau dimatikan yang berguna untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang. Bila
vaksin diberikan kepada seseorang, akan meninmbulkan kekebalan spesifik secara
aktif terhadap penyakit tertentu. Setiap produk biologis, vaksin memiliki
karakteristik tertentu dan memerlukan penanganan yang khusus sejak diproduksi
dipabrik hingga dipakai di unit pelayanan. Suhu yang baik untuk semua jenis
vaksin adalah + 20 C sampai dengan +80 C.
Agar kualitas vaksinasi sesuai
dengan standar yang ditetapkan guna menumbuhkan imunisasi yang optimal bagi
sasaran imunisasi maka dibutuhkan suatu cara penyimpanan vaksin yang baik, yang
disebut rantai dingin (cold chain). Rantai dingin adalah cara menjaga agar
vaksin dapat digunakan dalam keadaan baik atau tidak rusak sehingga mempunyai
kemampuan atau efek kekebalan pada penerimanya, akan tetapi apabila vaksin
diluar temperatur yang dianjurkan maka akan mengurangi potensi kekebalannya.
Penyimpanan vaksin yang tidak baik
atau meyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, dapat mengakibatkan
kerusakan vaksin sehingga menurunkan atau menghilangkan potensinya. Bahkan bila
diberikan kepada sasaran dapat menimbulkan kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI) yang tidak diinginkan. Kerusakan vaksin dapat mengakibatkan kerusakan
sumber daya yang tidak sedikit, baik dalam bentuk biaya vaksin maupun
biaya-biaya lain yang terpaksa dikeluarkan untuk menanggulangi masalah kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi atau kejadain luar biasa.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa
suhu yang baik untuk semua jenis vaksin adalah 2-8 0 C, maka semua
vaksin akan rusak bila terkena panas atau terkena sinar matahari langsung.
Tetapi beberapa vaksin juga tidak tahan terhadap pembekuan, bahkan dapat rusak
secara permanen dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan bila vaksin
terpapar panas. Jadi, anggapan bahwa bila sudah ada pendingin (kulkas) maka
vaksin sudah aman atau makin dingin penyimpanan, vaksin makin baik merupakan
anggapan yang tidak tepat dan perlu diluruskan.
Potensi vaksin dalam temperatur :
Vaksin
|
0-8oC
|
35-37oC
|
DPT
|
3-7 tahun
|
6 minggu
|
Pertusis
|
18-24 bulan
|
Dibawah 50% dalam 1 minggu
|
BCG
-
Kristal
-
Cair
|
1 tahun
Dipakai dala satu kali kerja
|
Dibawah 20% dalam 3-14 hari
Dipakai dalam satu kali kerja
|
Campak
-
Kristal
-
Cair
|
2 tahun
Dipakai dalam satu kali kerja
|
1 minggu
Dipakai dalam satu kali kerja
|
Polio
|
6-12 bulan
|
1-3 hari
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada
bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksudn dengan
vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anyi yang
dimasukan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan
campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). Tujuan imunisasi adalah
diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka
mordibitas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang
dapat dicegah dengn imunisasi.
B. Saran
Imunisasi sangat penting bagi bayi dan balita di
Indonesia karena untuk mencegah dari suatu penyakit tertentu oleh karena itu
disarankan bagi ibu-ibu di indonesia yang mempunyai bayi dan balita agar
mengimunisasi bayinya supaya terhindar dari suatu penyakit tertentu dan agar
mencegah morbiditas dan mortalitas bayi dan balita di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayat, A. Aziz
Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta; Salemba Mesika.
2.
Maryunani, Anik. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta;
Trans Info Media.
4.
Anonim. Imunisasi Pada Bayi. http://infoimunisasi.com/ (13 September 2013 pukul 14.15 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar