BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Masa nifas (puerpurium) adalah waktu
yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan
tetapi seluruh alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil)dalam waktu
kurang lebih 3 bulan. di mulai dengan kehamilan, persalinan dan di
lanjutkan dengan masa nifas merupakan masa yang kritis bagi ibu dan
bayinya. Kemungkinan timbul masalah dan penyulit selama masa nifas. Apabila
tidak segera ditangani secara efektif akan membahayakan kesehatan, bahkan bisa
menyebabkan kematian dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
untuk itu pemberian asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa nifas
sangat perlu dilakukan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan
bayi, melaksanakan deteksi dini adanya komplikasi dan infeksi, memberikan
pendidikan pada ibu serta memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi.
Selama masa nifas ibu akan mengalami
berbagai perubahan. Pelayanan atau asuhan merupakan cara penting
untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu nifas normal dan mengetahui
secara dini bila ada penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu dapat
melalui masa nifasnya dengan selamat dan bayi sehat.
Menurut Varney (1997), penatalaksanaan
menajemen kebidanan sebagai proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode mengorganisasikan fikiran dan tindakan melibatkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
saja pengkajian data fisik dan psikososial yang harus diamati bidan pada ibu
nifas?
2. Bagaimana
cara mendeteksi kelainan yang terjadi pada ibu nifas?
3. Bagaimana
apabila ibu nifas mengalami gangguan kesehatannya?
C. Tujuan
1. Agar
mahasiswa mampu melakukan pengkajian data fisik dan psikososial pada ibu nifas yang
datang ke tempat pelayanan kesehatan.
2. Agar
mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan yang komfrehensif dan sesuai asuhan yang
harus di berikan pada ibu nifas.
3. Agar
mahasiswa dapat mendeteksi kelainan secara dini yang terjadi pada ibu nifas.
4. Agar mahasiswa dapat melaksanakan
skriningg yang komprehensif mendekati masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun pada bayinya.
5. Agar dapat mendeteksi adanya
penyimpangan dari kondisi yang normal
6. Adar dapat dilakukan segera pada
masa immediate postpartum, seperti: observasi tanda vital, keseimbangan cairan,
pencegahan kehilangan darah yang abnormal dan eliminai urin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Data Fisik dan Psikososial Masa Nifas
1. Pengkajian
Data Fisik Ibu nifas
Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang
bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam
keadaan stabil. Untuk memperoleh data, dapat dilakukan melalui anamnesa.
Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui
pengajuan pertanyaan-pertanyaan.
Anamnesa dapat dilakukan dengan melalui dua cara, antara lain :
Anamnesa dapat dilakukan dengan melalui dua cara, antara lain :
a. Auto
Anamnesa
Auto anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan
kepada pasien secara langsung. Jadi, data yang diperoleh adalah data primer
karena langsung dari sumbernya.
b. Allo
Anamnesa
Allo anamnesa adalah anamnesa yang dilakukan kepada
kelluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada
keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data
yang akurat.
Bagian-bagian dari
anamnesa, antara lain :
a) Data
Subjektif
I.
Biodata
Istri Suami
Nama
:........................ Nama :........................
Usia
:........................ Usia :........................
Agama :........................ Agama :........................
Pendidikan :........................ Pendidikan :........................
Pekerjaan :........................ Pekerjaan :........................
Suku :........................ Suku :........................
Alamat :........................ Alamat :........................
II.
Riwayat Pasien
a. Keluhan
Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan
pasien datang ke pasilitas pelayanan kesehatan. Misalnya, ibi post partum normal ingin memeriksakan
kesehatannya setelah persalinan. Contoh lain, ibu post partum patologis dengan keluhan demam, keluar darah segar dan
banyak, nyeri dan infeksi luka jahitan, dan lain-lain.
b. Riwayat
Kebidanan
1) Menstruasi
a) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami
menstruasi. Wania indonesia pada umumnya mengalami menarche sekitar 12 sampai
16 tahun.
b) Siklus
Siklus menstruasi
adalah jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi
berikutnya, dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.
c) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah
menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk mendapatkan data
yang valid. Sebagai acuan biasanya kita gunakan kriteria banyak, sedang dan
sedikit. Jawaban yang diberiakan oleh pasien biasanya bersifat subjektif, namun
kita dapat kaji lebih kali menganti pembalut dalam sehari.
d) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan
ketika mengalami menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit kepala sampai pingsan,
atau jumlah darah yang banyak. Ada beberapa keluhan yang disampaikan oleh
pasien dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.
2) Gangguan
kesehatan alat reproduksi
3) Riwayat
kehamilan, persalinan ,nifas,dan KB yang lalu
Anak ke
|
Kehamilan
|
Persalinan
|
Nifas
|
KB
|
||||||
Lama
|
Penyulit
|
Penolong
|
Tempat
|
BB
Bayi
|
Penyulit
|
Vit.
A
|
Tab
FE
|
Alat
kontrasepsi
|
Lama
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4) Riwayat
persalinan sekarang
Penolong
|
Tempat
|
Lama
Kala I
|
Lama
Kala II
|
Lama
Kala III
|
Perdarahan Kala
IV
|
BB
Bayi
|
Jenis
Kelamin
|
Apgar Score
|
Ket.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
c. Riwayat
Kesehatan
Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan
sebagai’ penanda” (warning) akan adanya penyulit masa nifas. Adanya perubahan
fisik dan fisiologis pada masa nifas yang melibatkan seluruh sistem dalam tubuh
akan mempengaruhi organ yang mengalami gangguan. Beberapa data penting tentang
riwayat kesehatan pasien yang perlu kita ketahui adalah apakah pasien
pernah atau sedang menderita penyakit, seperti jantung, diabetes
melitus,ginjal,hipertensi/hipotensi dan hepatitis.
d. Status
Perkawinan
Ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita
akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan. Beberapa
pertanyaan yang dapat ajukan antara lain sebagai berikut.
1) Berapa
tahun usia ibu ketika menikah pertama kali?
2) Status
pernikahan(sah/tidak)?
3) Lama
pernikahan?
4) Ini
adalah suami yang ke?
e. Pola
Makan
Ini penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan
gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya selama hamil. Kita bisa
menggali dari pasien tentang makanan yang disukai dan yang tidak disukai,
seberapa banyak dan sering ia mengonsumsinya, sehingga jika kita peroleh data
yang tidak sesuai dengan standar pemenuhan , maka kita dapat memberi
klarifikasi dalam pemberian pendidikam kesehatan mengenai post partum. Beberapa hal yang perlu kita tanyakan pada pasien
berkaitan dengan pola makan adalah sebagai berikut :
1) Menu
Ini dikaitkan dengan pola diet seimbang bagi ibu post partum. Jika pengaturan menu makan
yang dilakukan oleh pasien kurang seimbang
sehingga ada kemungkinan beberapa komponen gizi tidak akan terpenuhi,
maka bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyusunan menu
seimbang bagi ibu. Kita dapat menanyakan
pada pasien tentang apa saja yang ia
makan dalam sehari (nasi,sayur,lauk,buah,makanan selingan,dan lain –lain)
2) Frekuensi
Data ini akan memberi petunjuk bagi kita tentang
seberapa banyak asupan makanan yang dikonsumsi ibu.
3) Jumlah
perhari
Data ini memberiakan volume atau seberapa banyak
makananyang ibu makan dalam waktu satu kali makan. Untuk mendapatkan gambaran
total makanan yang ibu makan bidan dapat mengalikan dengan frekuensi makan
dalam sehari.
4) Pantangan
Ini juga penting untuk kita kaji karena ada
kemungkinan pasien berpantang makanan justru pada makanan yang sangat
mendukungan pemulihan fisiknya, misalnya daging, ikan atau telur.
f. Pola
Minum
Kita juga harus dapat memperoleh data dari kebiasaan
pasien dalam memenuhi kebutuhan cairannya. Apalagi dalam masa nifas in
take, asupan cairan yang cukup sanagat
dibutuhkan. Hal-hal yang perlu kita tanyakan kepada pasien tentang pola minum
adalah sebagai berikut.
1) Frekuensi
Kita dapat tanyakan pada pasien berapa kali ia minum
dalam sehari, dan dalam sekali minum menghabiskan berapa gelas.
2) Jumlah
per hari
Frekuensi minum dikaliakan seberapa banyak ibu minum
dalam sekali waktu minum akan didapatkan jumlah asupan cairan dalam sehari.
3) Jenis
minuman
Kadang pasien mengonsumsi minuman yang sebenarnya
kurang baik untuk kesehatannya.
g. Pola
Istirahat
Istirahat sangat diperlukan oleh ibu post partum. Oleh karena itu, bidan
perlu menggali informasi mengenai kebiasaan pada ibu supaya bidan mengetahui
hambatan yang mungkin muncul jika bidan mendapatkan data yang senjang tentang
pemenuhan kebutuhan istirahat. Bidan dapat menanyakan tentang berapa lama ibu
tidur disiang dan dimalam hari. Pada kanyataannya, tidak semua wanita mempunyai
kebiasaan tidur siang, padahal tidur siang sangat penting untuk membantu
mempercepat pemulihan kondisi fisiknya setelah melahirkan. Untuk instirahat
malam, rata-rata waktu yang diperlukan adalah 6-8 jam.
h. Aktivitas
sehari-hari
Bidan perlu mengkaji aktivitas sehari-hari pasien
karena data ini memberikan gambaran kepada bidan tentang seberapa berat
aktivitas yang biasa dilakukan pasien dirumah. Jika kegiatan pasien terlalu
berat dikhawatirkan dapat menimbulkan kesulitan post partum maka bidan akan memberikan peringatan seawal mungkin
pada pasien untuk membatasi dahulu kegiatannya sampai ia sehat dan pulih
kembali. Aktivitas yang terlalu berat dapat menyebabkan perdarahan per vagina.
i.
Personal Hygine
Data ini perlu kita kaji karna bagaimanapun juga hal
ini akan mempengaruhi kesehatan pasien dan bayinya. Jika pasien mempunyai
kebiasaan yang kurang baik dalam perawatan kebersihan dirinya, maka bidan harus
dapat memberikan bimbingan mengenai cara perawatan kebersihan diri dan bayinya
sedini mungkin. Beberapa kebiasaan yang di lakukan dalam perawatan kebersihan
diri dan bayinya sedini mungkin. Beberapa kebiasaan yang di lakuakn dalam
perawatan kebersihan diri di antaranya dalah sebagai berikut :
1) Mandi
Kita dapat menanyakan kepada pasien berapa kali ia
mandi dalam sehari dan kapan waktunya (jam berapa mandi pagi dan sore)
2) Keramas
Pada beberapa wanita ada yang kurang peduli dengan
kebersiahan rambutnya karna mereka beranggapan keramas tidak begitu berpengaruh
terhadap kesehatan. Jika kita menemukan pasien yang seperti ini, maka kita
memberikan pengertiaan kepadanya bahwa keramas harus selalu di lakukan ketika
rambut kotor karna bagian kepala yang kotor merupakan tempat yang mudah menjadi
sumber infeksi. Kepala akan terasa gatal, yang secara sepontan tangan akan
menggaruk-garuk kepalanya yang gatal, padahal saat itu ia juga harus selalu
menyentuh kulit bayinya jika menyusui atau mengganti popoknya. Kulit bayi yang
masih sensitif akan mudah iritasi dan infeksi akan mudah tertular dari tangan
ibunya yang tidak bersih.
3) Ganti
baju dan celana dalam
Ganti baju minimal sekali dalam sehari sedangkan
celana dalam minimal dua kali. Namun jika sewaktu-waktu baju dan celana dalam
sudah kotor, sebaiknya segera di ganti tanpa harus menunggu waktu untuk ganti
berikutnya.
4) Kebersihan
kuku
Kuku ibu post partum harus selalu dalam keadaan
pendek dan bersih, kuku selain sebagi tempat yang mudah untuk bersarangnya
kuman sumber infeksi, juga dapat menyebabkan trouma pada kulit bayi jika
terlalu panjang. Kita dapat menanyakan
kepada pasien, setiap berapa hari ia memotong kukunya, atau apakah ia selalu
memanjangkan kukunya supaya terlihat menarik.
j.
Aktivitas Seksual
Walupun ini adalah hal yang cukup privasi bagi
pasien bidan harus menggali data dari kebiasaan ini, karna terjadi beberapa
kasus keluhan dan aktifitas sexual yang cukup menggangu pasien namun ia tidak
tahu kemana harus berkonsultasi. Dengan teknik komunikasi yang senyaman mungkin
bagi pasien, bidan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan aktifitas sexual,
melalui pertanyaan berikut ini :
1) Frekuensi
Kita tanyakan berapa kali melakukan hubungan seksual
dalam seminggu.
2) Gangguan
Kita tanyakan apakah pasien mengalami gangguan
ketika melakukan hubungan sexual, misalnya nyeri saat berhubungan, adanya
ketidak puasan dengan suami, kurangnya keinginan untuk melakukan hubungan dan
lain sebagainya. Jika kita mendapatkan data-data tersebut di atas maka
sebaiknya kita membantu pasien untuk mengatasi permasalahannya dengan konseling
lebih intensif mengenai hal ini.
k. Keadaan
Lingkungan
Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi status
kesehatan kelurga. Beberapa data yang bisa kita gali untuk memastikan keadaan
kesehatan keluarga antara lain sebagai berikut :
1) Fasilitas
mandi, cuci, dan kakus (MCK)
Kita dapat menanyakan pada pasien tentang
kebiasaannya membuang air besar dan kecil sehari-hari. Jika keluarga tidak
mempunyai fasilitas MCK pribadi, apakah di sekitar tempat tinggal mereka ada
fasilitas MCK umum, atau mungkin mereka biasa buang air besar dan kecil di
sungai.
2) Letak
tempat tinggal dekat dengan kandang ternak atau tidak
Kandang ternak yang dekat dengan tempat tinggal
sangat memungkinkan menjadi sumber penularan berbagai macam penyakit. Terlebih
jika kotoran hewan ternak tidak secara rutin di bersihkan. Kita harus waspada
akan bahaya penyakit infeksi yang awal penularannya melalu feses hewan. Kita
juga harus mengkaji jika keluarga pasien memelihara ternak, pastika bahwa debu
sisa pakan ternak dan kotorannya tidak akan menggangu pernapasan bayi.
3) Polusi
udara
Kita kaji apakah tempat tinggal pasien berada di
pemukiman yang tingkat polusi udaranyah tinggi. Untuk mengurangi tingkat polusi
kita dapat menganjurkan pasien untuk menanam pohon di depan rumahnhya, meskipun
hanya memakai pot jika lahannya terbatas.
4) Keadaan
kamar
Kamar yang sehat adalah kamar yang sirkulasi
udaranya lancar dengan ventilasi udara yang memungkinkan cahaya matahari masuk
ke dalam kamar. Kamar yang lembab kurang baik untuk kesehatan bayi.
l.
Respons Keluarga terhadap Kelahiran Bayi
Bagaimanapun juga hal ini sangat penting untuk
kenyamanan psikologis ibu. Adanya respon yang positif dari keluarga terhadap
kehamilan akan mempercepat proses adaptasi ibu dalam menerima perannya. Dalam
mengkaji data ini kita dapat menanyakan langsung kepada pasien dan
keluarga. Ekpresi wajah yang mereka
tampilkan juga dapat memberikan petunjuk kepada kita tentang bagaiman respon
mereka terhadap kelahiran ini. Pada beberapa kasus sering kita jumpai tidak adanya
respon yang positif dari keluarga dan lingkungan pasien karena adanya
permasalahan yang mungkin tidak mereka ceritakan kepada kita. Jika hal itu
terjadi, bidan sebisa mungkin dapat berperan dalam mencari beberapa alternatif
solusi.
m. Respons
Ibu terhadap Kelahiran Bayinya
Dalam mengkaji data ini kita dapat menanyakan
langsung kepada pasien mengenai bagaiman perasaannya terhadap kelahiran
bayinya. Pertanyaan yang dapat kita ajukan misalnya, “bagaimana mbak
perasaannya dengan kelahiran anaknya ini?”
n. Respons
Ayah Terhadap Bayi
Untuk mengetahui bagaimana respons ayah terhadap
kehamilan ini kita dapat menanyakan langsung kepada suami pasien atau dapat
juga kepada pasien sendiri. Data mengenai respons ayah ini sangat penting karna
dapat kita jadikan sebagai salah satu acuan mengenai bagaimana pola kita dalam
meberikan asuhan kepada pasien dan bayinya. Jika suami pasien memberikan respon
yang positif terhadap istri dan anaknya maka akan memberikan kemudahan bagi
kita untuk melibatkannya dalam memberika perawatan.
o. Pengetahuan
Ibu Terhadap Perawatan Bayi
Data ini dapat kita peroleh dari beberapa pertanyaan
yang kita ajukan kepada pasien mengenai perawatan bayi. Pengalaman atau riwayat
kehamilannya yang lalu dapat pula kita jadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyimpulkan sejauh mana pasien mengtahui
tentang perawatan kehamilan ini dan perawatan bayi. Biasanya, dalam
pengkajian ini pasien akan langsung mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang
diajukan oleh pasien akan idan jadikan sebagai acuan dalam memberikan pendidikan
kesehatan.
p. Perencanaan
KB
Meskipun pemakaian alat kontrasepsi masih lama,
namun tidak ada slahnya jika bidan mengkaji lebih awal agar pasien mendapatkan
informasi sebanyak mungkin mengenai pilihan beberapa alat kontrasepsi. Bidan
juga dapat memberikan penjelasan menganai alat kontrasepsi tertentu yang sesuai
dengan kondisi dan keinginan pasien.
q. Pengetahuan
Ibu Tentang Keadaannya dan perawatannya
Penting untuk di ketahui pasien mengenai keadaannya
dan perjalanan perawatannya. Hal ini dimaksudkan agar pasien dapat kooperatif
dalam menjalankan program perawatan.
r.
Adat Istiadat yang Berkaitan Dengan Masa
Nifas
Untuk mendapatkan data ini, bidan sangat perlu untuk
melakukan pedekatan terhadap keluarga pasien, terutama orang tua. Hal penting
yang biasanya meraka anut kaitannya dengan masa nifas adalah menu makanan untuk
ibu nifas, misalnya ibu nifas harus pantang makanan yang berasal dari daging,
ikan, telur, dan goreng-gorengan karena dipercaya akan menghambat penyembuhan
luka persalinan dan makanan ini akan membuat ASI menjadi lebih amis.
Adat ini akan sangat merugikan pasien karena justru
pemulihan kesehatannya akan terhambat. Dengan banyaknya jenis makanan yang
harus ia pantang maka akan mengurangi juga nafsu makannya sehingga asupan
makanan yang seharusnya lebih banyak dari biasanya malah semakin berkurang.
Produksi ASI juga akan berkurang karena volume ASI sangat dipengaruhi oleh
asupan nutrisi yang kualitas dan kuantitasnya cukup.
b) Data
Objektif
Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa,
bidan harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi yang bidan lakukan secara berurutan.
Langkah-langkah pemeriksaannya yaitu sebagai
berikut :
a. Keadaan
Umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan
kriteria :
i.
Baik
Pasien dimasukan dalam kriteria ini jika pasien
memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta
secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.
ii.
Lemah
Pasien dimasukan dalam kriteria ini jika ia kurang
atau tidak memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain.,
serta pasien sudah tidak mampu untuk berjalan sendiri.
b. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan
composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma (pasien tidak dalam
keadaan sadar).
c. Tanda-tanda
vital
i.
Tekanan Darah
Tekanan
darah normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari
pra persalinan pada 1-3 hari pos partum..Setelah persalinan sebagian besar
wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara waktu.Keadaan ini akan
kembali normal selama beberapa hari.Bila tekanan darah menjadi rendah
menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah
tinggi,merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada
masa nifas.Namun hal ini seperti itu jarang terjadi.
ii.
Nadi
Nadi berkisar antara 60 – 80 x / menit. Denyut nadi
di atas 100 x / menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu
infeksi , hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit
atau karena kehilangan darah yang berlebihan . Jika takikardi tidak disertai
panas kemungkinan disebabkan karena adanya vitium kordis. Beberapa
ibu postpartum kadang – kadang mengalami bradikardi puerperal , yang denyut
nadinya mencapai serendah – rendahnya 40 sampai 50 x / menit , beberapa alasan
telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin , tetapi belum ada
penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu kelainan .
iii.
Pernapasan
Pernafasan
normal yaitu 20-30 x/menit.Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan
normal.Mengapa demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan
atau dalam kondisi istirahat.Bila ada respirasi cepat pospartum (> 30
x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
iv.
Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai 37,5ºC pada 24
jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi ,yang
disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan , selain itu bisa juga
disebabkan karena isirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan .
Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. Pada hari ke 4 setelah persalinan
biasanya suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas
payudara.Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua sampai
hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
d. Payudara
Pada payudara terjadi proses laktasi. Dalam hal melakukan
pengkajian data fisik lakukan perabaan payudara apakah terdapat benjolan,
pembesaran kelenjar atau abses, serta bagaimana keadaan putting susu ibu apakah menonjol atau
tidak,apakah payudara ibu ada bernanah atau tidak
e. Uterus
i.
Periksa
tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri atau tidak
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu
proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60
gram. Perubahan ini dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba TFU atau Tinggi Fundus Uteri,
yaitu sebagai berikut :
1. Pada saat bayi lahir, fundus uteri
setinggi pusat dengan berat 1000 gram
2. Pada akhir kala III, TFU teraba 2
jari dibawah pusat
3. Pada 1 minggu post partum, TFU
teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat 500 gr
4. Pada 2 minggu post partum, TFU
teraba di atas simpisis dengan berat 350 gram
5. Pada 6 minggu atau 40 hari post
partum, fundus uteri mengecil (tidak teraba) dengan berat 50 gram.
ii.
Apakah
kontraksi uterus baik atau tidak
iii.
Apakah
konsistensinya lunak atau keras
iv.
Apabila
uterus awalnya berkontraksi dengan baik maka pada saat palpasi tidak akan
tampak peningkatan aliran pengeluaran lochea.Bila sebelumnya kontraksi uterus
tidak baik dan konsistensinya lunak,palpasi akan menyebabkan kontraksi
yang akan mengeluarkan bekuan darah yang terakumulasi,aliran ini pada
keadaan yang normal akan berkurang dan uterus menjadi keras
Tabel berikut ini menggambarkan perubahan – perubahan yang normal
di dalam uterus selama masa nifas
Bobot Uterus
|
Diameter Uterus
|
Palpasi Serviks
|
|
Pada akhir Persalinan
|
900 gram
|
12,5 cm
|
Lembut / Lunak
|
Pada akhir minggu ke 1
|
450 gram
|
7,5 cm
|
2 cm
|
Pada Akhir minggu ke 2
|
200 gram
|
5,0 cm
|
1 cm
|
Sesudah Akhir 6 minggu
|
60 gram
|
2,5 cm
|
Menyempit
|
f. Kandung
kemih
Jika
kandung kemih ibu penuh,maka bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan
anjurkan ibu agar tidak menahan apabila terasa BAK.Jika ibu tidak dapat
berkemih dalam 6 jam post partum,bantu ibu dengan cara menyiramkan air hangat
dan bersih ke vulva dan perineum ibu.Bila berbagai cara telah dilakukan namun
ibu tetap tidak bisa berkemih,maka mungkin perlu dilakukan pemasangan
kateterisasi.Setelah kandung kemih dikosongkan,maka lakukan massase pada fundus
agar uterus berkontraksi dengan baik.
g. Ekremitas
Bawah
Pada
pemeriksaan kaki apakah ada:Varises,oedema,Reflek patella,nyeri tekan
atau panas pada beti.Adanya tanda Homan,caranya dengan meletakkan 1 tangan pada
lutut ibu dan di lakukan tekanan ringan agar lutut tetap lurus.Bila ibu
merasakan nyeri pada betis dengan tindakan tersebut,tanda Homan (+).
h. Genetalia
i.
Periksa
pengeluaran lochea,warna,bau dan jumlahnya
ii.
Hematom
vulva (gumpalan darah)
iii.
Lihat
kebersihan pada genitalia ibu
iv.
Ibu
harus selalu menjaga kebersihan pada alat genitalianya karna pada maa nifas ini
ibu sangat mudah sekali untuk terkena infeksi
i.
Perineum
Pada
pemeriksaan perineum sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua tungkai
dilebarkan.saat melakukan pemeriksaan perineum periksalah jahitan laserasinya.
Sebelum melakukan pemeriksaan jahitan laserasinya,terlebih dahulu bersihkan
pada bagian jahitan laserasi dengan kasa yang dikasih betadine supaya jahitan
terlihat tampak lebih jelas dan kemudian lihatlah :
i.
Oedema
atau tidak
ii.
Hemoroid
pada anus
iii.
Hematoma
(Pembengkakan jaringan yang isinya darah)
j.
Lokhea
Lochia mengalami perubahan karena proses involusi
yaitu Lochia Rubra , serosa dan alba
1. Lochia rubra
Lochia ini muncul pada hari pertama sampai keempat
masa post partum , warnanya merah dan mengandung darah dari perobekan / luka
pada bekas implantasi placenta dan serabut dari desidua dan chorion
2. Lochia serosa
Lochia ini warnanya kecoklatan dan muncul pada hari
kelima sampai hari kesembilan , mengandung lebih sedikit
darah , dan lebih banyak serum , juga terdiri dari leukosit dan robekan atau
laserasi placenta
3. Lochia Alba
Muncul pada hari kesepuluh dan berkurang dalam
minggu berikutnya , warnanya lebih pucat , putih kekuningan dan
mengandung leukosit , selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati
2. Pengkajian
data psikososial
Respons ibu dan suami terhadap
kelahiran bayi Pola hubungan ibu, suami dan keluarga Kehidupan
spiritual dan ekonomi keluarga Kepercayaan dan adat istiadat. Adaptasi
psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan, apakah ibu
pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan dengan suami,
hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga lain, dukungan sosial
dan pola komunikasi termasuk potensi keluarga untuk memberikan perawatan kepada
klien. Adakah masalah perkawinan, ketidak mampuan merawat bayi baru lahir,
krisis keluarga.
Blues :
Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah menangis.
Depresi : Konsentrasi, minat,
perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya emosi yang
positif, perasaan tidak berguna, kecemasan yang berlebihan pada dirinya atau bayinya,
sering cemas saat hamil, bayi rewel, perkawinan yang tidak bahagia, suasana
hati yang tidak bahagia, kehilangan kontrol, perasaan bersalah, merenungkan
tentang kematian, kesedihan yang berlebihan, kehilangan nafsu makan, insomnia,
sulit berkonsentrasi.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan
ritual yang berhubungan dengan budaya pada perawatan post partum, makanan atau
minuman, menyendiri bila menyusui, pola seksual, kepercayaan dan keyakinan,
harapan dan cita-cita.
B. Riwayat
kesehatan Ibu
1. Riwayat kesehatan yang lalu
Kaji apakah ibu pernah atau sedang menderita penyakit yang
dianggap berpengaruh pada kondisi kesehatan saat ini. Misalnya
penyakit-penyakit degeneratif (jantung DM, dll), infeksi saluran kencing.
2. Riwayat penyakit keturunan dalam
keluarga
Kaji apakah didalam silsilah keluarga Ibu mempunyai penyakit
keturunan. Misalnya penyakit ashma, Diabetes Melitus dan penyakit keturunan lainnya.
3. Riwayat penyakit menular dalam
keluarga
Kaji apakah keluarga ibu mempunyai riwayat penyakit menular.
Misalnya TBC, hepatitis dan HIV/AIDS.
4. Riwayat KB dan Perencanaan Keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi,
jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang
atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
5. Kebiasaan Sehari-Hari
a. Pola nutrisi : pola menu makanan
yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi
serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum,
jumlah, dan frekuensi.
b. Pola istirahat dan tidur : Lamanya,
kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan
selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan
suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
c. Pola eliminasi : Apakah terjadi
diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya infolunter
pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau
tidak atau retensi urine karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu
bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
d. Personal Hygiene : Pola mandi,
kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola
berpakaian, tatarias rambut dan wajah.
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi
beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat diri dan melakukan
eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau
tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses manajemen kebidanan adalah proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian atau
tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien
(Varney. 1997)
Manajemen kebidanan terdiri dari
tujuh langkah varney yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data
sampai dengan evaluasi. Proses ini bersifat siklik atau dapat berulang, dengan
tahap evaluasi sebagai data awal pada siklus berikutnya.
Manajemen kebidanan pada masa nifas
merupakan salah satu asuhan yang diberikan oleh bidan kepada ibu nifas yang
bertujuan untuk memonitor atau untuk melihat perkembangan yang terjadi pada ibu
pasca persalinan atau ibu post partum agar
apabila ada suatu permasalahan yang tejadi pada ibu dapat segera tertangani.
Dan biasanya kebanyakan ibu pasca melahirkan atau post partum mengalami masa post
partum blues dimana bidan harus memberikan asuhan agar ibu dapat mengatasi
masalahnya tersebut.
B. Saran
Pada manajemen kebidanan tersusun dengan menggunakan
tujuh langkah varney dimana dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi,
dimana bidan dituntut untuk mengeluarkan keterampilan pendekatannya kepada ibu
agar ibu dapat memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya dan agar
ibu dapat diberikan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan ibu. Bidan harus
melakukan pengkajian secara benar dan dapat memberikan asuhan yang di butuhkan
oleh ibu nifas karena masa nifas adalah masa yang sangat penting, jadi tenaga
kesehatan harus mampu melakukan pemantauan dan memberikan asuhan yang
diperlukan oleh ibu masa nifas, karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar