Sabtu, 02 November 2013

PERUBAHAN FSIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada saat bayi, lahir terdapat berbagai macam perubahan fisiologis atau adaptasi fisiologis yang bertujuan untuk memfasilitasi peyesuaian pada kehidupan ekstrauterin (diluar uterus). Pada masa transisi dari intrauterin (dalam uterus) ke ekstrauterin (luar uterus) tersebut perlu pernafasan spontan dan perubahan kardiovaskuler berserta perunbahan lain menjadi organ degan fungsi independen (tidak lagi tergantung pada ibunya). Untuk itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik untuk dapat menangani bayi yang mengalami kesulitan masa transisi ini.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir?
2.      Bagaimana perubahan fisiologis sistem pernafasan dan peredaran darah pada bayi baru lahir
3.      Bagaimana perubahan sistem fisiologis pengaturan tubuh, metabolisme glukosa, gastrointestinal, dan kekebalan tubuh?
4.      Bagaimana perubahan-perubahan fisiologis pada sistem pencernaan, ginjal dan sistem persyarafan?
C.     Tujuan
a.       Mahasiswa mampu menjelakan perubahan fisiologis pada bayi baru lahir
b.      Mahasiswa dapat menjelakan perubahan pada sistem pernafasan, peredaran darah
c.       Mampu menjelaskan sistem pengaturan tubuh, metabolisme glukosa, gastrointestinal, dan kekebalan tubuh
d.      Mahasiswa mampu menjelaskan perubahan fisiologis pada sistem pencernaan, ginjal dan sistem persyarafan


BAB II
PEMBAHASAN
PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR
Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir merupakan suatu proses adaptasi dengan lingkungan luar atau di kenal dengan kehidupan ekstra uteri. Sebelum nya bayi cukup hanya beradaptasi dengan kehidupan intra uteri. Perubahan fisiologis bayi baru lahir, diantaranya sebagai berikut :
A.    Sistem Pernafasan
Perubahan sisitem ini di awali dari perkembangan organ paru itu sendiri dengan perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, serta alveolus yang terbentuk dalam proses kehamilan sehingga dapat menentukan proses pematangan dalam sistem pernapasan. Proses perubahan bayi baru lahir adalah dalam hal pernapasan yang dapat di pengaruhi oleh keadaan hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik ( lingkungan) yang merangsang pusat pernapasan medula oblongata di otak. Selain itu juga jadi tekanan rongga dada karena kompresi paru selama persalinan,sehingga merangsang masuknya udara ke dalam paru,kemudian timbulnya pernapasan dapat terjadi akibat interaksi sistem pernapasan itu sendiri dengan sisitem kardiovaskuler dan susunan saraf pusat. Selain itu adanya surfaktan dan upaya resfirasi dalam pernapasan dapat berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru serta mengembangkan jaringan alveolus paru agar dapat berfungsi. Surfaktan tersebut dapat mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu menstabilkan diding alveolus untuk mencegah kolaps ( Betz dan Sowden, 2002 ).
  1. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus, proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8tahun, sampain jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan nafas selama trimester dua dan trimester tiga. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hudip BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini di sebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kaviler, paru-paru yang tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
  1. Awal adanya nafas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan napas  pertama bayi adalah :
1.      Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2.      Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara, ke dalam paru-paru secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler, dan susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang di perlukan untuk kehidupan.
3.      Penimbunan karbondioksida ( CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi  gerakan nafas janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
4.      Perubahan suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernafasan.
c.       Surfaktan dan upaya resfirasi untuk bernafas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1.      Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2.      Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan ( lemak lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan di mulai pada 20 minggu kehamilan, yang jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang ( sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasaan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas.  Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Bebagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi uyang sebelumnya sudah terganggu.
d.      Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat beyi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini di peras keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang di lahirkan secara SC kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu yang lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan nafas yang pertama udara memenuhi ruangan trakhea dan brokus BBL. Sisa cairan di paru-paru di keluarkan dari paru-paru dan di serap oleh pembuluh limpe dan darah.
e.       Fungsi sistem pernafasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan akan merangsang  perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
B.     Sistem Peredaran Darah
Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada bayi baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses pengantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh, maka terdapat perubahan,yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus ateriosus anatara arteri paru dan aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah,dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi. Perubahan tekanan sistem pembuluh darah dapat terjadi saat tali pusat di potong, resistensinya akan meningkat dan tekanan atrium kanan akan menurun karena suplai darah ke atrium kanan berkurang yang dapat menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga menurun. Proses tersebut membantu darah mengalami proses oksigenasi ualng, pada saat terjadi pernafasan pertama dapat menurunkan resistensi dan meningkatkan atrium kanan. Kemudian oksigen pada pernapasan pertama dapat menimbulkan relaksi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah paru. Terjadinya peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan, dengan meningkatkan tekanan pada atrium kanan akan terjadi penurunan atrium kiri, foramen ovale akan menutup, atau dengan pernafasan kadar oksigen dalam darah akan meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami kontriksi dan menutup. Perubahan lain adalah menutupnya vena umbilikus, dutus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah tali pusat di klem dan penutupan jaringan fibrosa membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan ( Betz dan Sowden, 2002 ).
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi :
a.       Sirkulasi darah fetus
1.      Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
a)      Vena umbilikalis : membawa darah yang mengalami deoksigenasi darin plasenta ke permukaan dalam hepar.
b)      Ductus venosus : meninggalkan vena umbilikalis sebelum mencapai hepar dan mengalihkan sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c)      Foramen ovale :  merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra  ke dalam vebtriculue sinistra.
d)     Ductus arteriosus: merupakan bypass yang terbentang dari ventriculuc dexter dan aorta desendens
e)      Arteri hypogastrika: dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari vetus ke plasenta. Pada fenikulus umbilicalis, arteri ini di kenal sebagai arteri umbilikalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut di kenal sebagai arteri hypogastika.
2.      Sistem sirkulasi fetus
a)      Vena umbilikalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatika meninggalkan  hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior.
b)      Ductus venosus : adalah cabang-cabang dari vena umbilikalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c)      Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dan ekstremitas inferior  dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya  ke atrium dextrum.
d)     Foramen ovale :  memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melalui aorta asuk ke dalam cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar jantung dan cerebelum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi.
e)      Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Daerah ini bersama sisa cairan yang di bawa vena cava inferior melalui valvula tricuspidalis masuk ke dalam ventriculus.
f)       Arteria pulmonaris: mengalirkan darah campuran ke paru-paru yang non fungsional, yang hanya memerlukan nutrien sedikit .
g)      Ductus arteriosus: mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventrikulus dexter ke dalam aorta desenden untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas interior.
h)      Arteria hipogastrika: merupkan lanjutan dari arteria iliaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung lebih banyak oksigen dan nutrien yang di pasok dari peredaran darah maternal.
  1. Perubahan pada saat lahir
1.      Penghentian pasokan darah dari plasenta
2.      Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
3.      Penutupan poramen oval
4.      Fibrosis
a.       Vena umbilicalis
b.      Ductus venosus
c.       Arteriae hypogastrica
d.      Ductrus arteriosus
C.     Sistem Pengaturan tubuh, Metabolisme Glukosa, Gastrointestinal, dan Kekebalan Tubuh
1.      Sistem Pengaturan Tubuh
Ketika bayi lahir dan langsung berhubungan dunia luar ( lingkungan ) yang lebih dingin, maka dapat menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit yang dapat mendinginkan darah bayi.pada saat lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa melalui mekanisme menggigil yang merupakan cara untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya serta hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Adanya timbunan lemak tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat, sehingga terjadilah proses adaptasi. Dalam pembakaran lemak, agar menjadi panas, bayi menggunakan kadar gluksa. Selanjutnya cadangan lemak tersebut akan habis dengan adanya stres dingin dan bila bayi kedinginan akan mengalami proses hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis.
2.    Metabolisme Glukosa
Setelah tali pusat di ikat atau di klem, maka kadar glukosa akan di pertahankan oleh si bayi itu sendiri serta mengalami penurunan waktu yang cepat 1-2 jam. Guna mengetahui atau memperbaiki kondisi tersebut, maka di lakukan dengan menggunakan air susu ibu ( ASI), penggunaan cadangan glikogen ( glikogenolisis), dan pembuataan glukosa dari sumber lain khususnya lemak (glukoneogenesis). Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen dalam hati.
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat di lakukan dengan 3 cara :
a.       Melalui penggunaan ASI
b.      Melalui penggunaan cadangan glikogen
c.       Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
  1. Sistem Gastrointestinal
Proses menghisap dan menelan sebelum lahir sudah di mulai. Refleks gumoh dan batuk sudah terbentuk ketika bayi lahir.kemampuan menelan dan mencerna makananmasih terbatas, mengikat hubungan esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang dapat menyebabkan gumoh dan kapasitasnya sangat terbatas kurang lebih 30cc.
  1. Sistem Kekebalan Tubuh
Perkembangan sistem imunitas pada bayi juga mengalami proses penyesuaian dengan perlindugan oleh kulit membran mukosa, fungsi saluran nafas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat terjadinya sistem kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat laun akan terjadi kekebalan sejalan dengan perkembangan usia ( Jane Ball, 1999).
Bayi dilahirkan dengan beberapa kemampuan melawan infeksi. Lini pertama dalam pertahanan adalah: kulit dan membran mukosa yang melindungi dari invasi mikro-organisme. Lini kedua adalah elemen sel pada sistem imunologi yang menghasilkan jenis-jenis sel yang mampu menyerang fatogen seperti neurofil, monosit, ensinofil. Lini ke tiga adalah susunan spesifik dari antibodi ke antigen, proses ini membutuhkan pemaparan dari agen asing sehingga anti body dapat di hasilkan. Bayi umumnya tidak dapat mengahsilkan Ig ( ImunoGlobin) sendiri samapai usia 2 bulan. Bayi menerima dari imun ibu yang berasal dari sirkulasi plasenta dan ASI. Bila ibu memiliki anti body terhadap penyakit menular tertentu, anti body tersebut mengalir ke bayi melalui plasenta. Diantara anti bodi tersebut mungkin adalah  anti body terhadap gondok,difteri, dan campak. Imunitas pasif ini berakhir  dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan.
D.    Sistem Pencernaan
Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan metabolisme bahan makanan sudah adekuat tetapi terbatas pada fungsi-fungsi tertentu. Terdapat enzim untuk mengkatalisasi protein dan karbohidrat sederhana ( Monosakarida dan Disakarida ) tetapi untuk karbohidrat kompleks yang belum terdapat.
1.      Mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Lidah tidak boleh memanjang atau menjulur diantara bibir. Jaringan penunjang melekatkan ke sisi bawah lidah. Atap dari mulut (langit-langit keras) harus tertutup, dan harus terdapat uvula (langit-langit lunak). Kadang- kadang terdapat tonjolan putih kecil yang sepanjang langit-langit keras, yang di sebut “ Epsteins Pearls “, tempat menyatunya bagian langit-langit keras. Tonjolan tersebut akan hilang sendirinya. Beberapa kelenjar saliva berfungsi  pada saat lahir, kebanyakan belum mensekresi saliva samapi dengan umur 2-3 bulan.
2.    Lambung
Pada saat lahir, kapasitas lahir antara 30-60 ml dan meningkat dengan cepat sehingga pada hari ke tiga dan keempat, kapasitanya mencapai 90ml. Bayi membutuhkan makan yang jumlahnya sedikit tapi frekuensinya sering. Lambung bayi akan kosong dalam waktu 2-4 jam. Bayi di berikan susu formula dari botol atau dengan ASI payu dara ibunya. Pada bayi yang di beri ASI, karena di berikan ASI, maka bayi akan menghisap puting atau udara. Hal ini akan menimbulkan rasa kenyang yang palsu karena lambung penuh. Maka harus di sendawakan sehingga bayi akan minum susu elbih banyak.
3.    Usus
Usus pada bayi jika di bandingkan dengan panjang tubuh bayi terlihat sangat panjang. Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang kental/lengket yang di sebut mekonium. Yang biasanya keluar dalam 24 jam pertama. Feses ini mengandung sejumlah cairan amnion, vernix, sekresi saluran pencernaan, empedu, lanugo, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Feses transisi yang berwarna hijau kecoklatan keluar selama 2-3 hari. Feses pada bayi yang menyusu pada hari ke 4 adalah hijau kekuningan/kuning emas, berair atau encer, dan bereaksi terhadap asam. Feses dari bayi yang menyusu formula, biasanyau berwarna kuning terang/kuning pucat, berbau, berbentuk garing agak keras netral samapi sedikit alkali. Normalnya defekasi pertama  dalam waktu 24 jam.
E.     Sistem Ginjal dan Keseimbangan Cairan
Pengeluaran urine pada janin terjadi pada bulan ke empat. Sementara itu, pada saat lahir fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30% sampai 50% dari kapasitas dewasa dan belum cukup matur untuk memekatkan urin. Artinya, pada semua bayi semua struktur ginjal sudah ada tetapi kemampuan ginjal untuk mengosentrasikan urine dan mengatur kondisi cairan setra fluktuasi elektrolit belum maksimal. Namun demikian, urin terkumpul dalam kandung kemih bayi biasanya dalam waktu 24 jam pertama kelahirannya. Volume pengeluaran urine total per 24 jam pada bayi baru lahir sampai dengan akhir minggu pertama adalah sekita 200-300 ml, dengan frekunsi 2-6 kali hingga 20 kali/hari. Penting untuk mencatat saat berkemih pertama kali bila terjadi anuria harus dilaporkan, karena hal ini mungin menandakan anomali kongenital dari sistem perkemihan. Berat badan bayi biasanya turun 5%-15% pada hari ke empat sampai ke lima. Hal ini salah satu peningkatan buang air besar, pemasukan  kurang dan metabolisme meningkat. Setelah hari kelima berat badab bayi biasanya meningkat kembali.
Mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit, terjadi pada volume total pada tubuh, volume cairan ekstra sel pada masa transisi janin ke fase pasca lahir. Pada masa janin, cairan ekstraseluler lebih banyak daripada cairan intraseluler. Namun, hal ini segera berganti pada pasca natal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena pertumbuhan yang membutuhakan cairan ekstraseluler.
F.      Sistem Adaptasi Perubahan Kulit
Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk pada saat lahir, tetapi masih belum matang . epidermis dan Dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Verniks caseosa juga melapisi  epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Verniks caseosa berbentuk seperti keju yang di sekresi oleh kelenjar sebasea dan sel-sel epitel. Pada saat lahir beberapa bayi di lapisi oleh verniks caseosa yang tebal, sementara yang lainnya hanya tipis saja pada tubuhnya. Hilangnya pelindungnya yaitu verniks caseosa meningkatkan deskumasi kulit ( pengelupasan ), verniks biasanya menghilang dalam 2-3 hari. Pada bayi baru lahir seringkali terdapat bintik putih khas terlihat di hidung, dahi dan pipi bayi yang di sebut milia. Bintik ini menyumbat kelenjar sebasea yang belum berfungsi. Setelah sekitar 2 minggu, ketika kelenjar sebasea mulai bersekresi secara bertahap tersapu dan menghilang.
Rambut halus atau lanugo dapat terlihat pada wajah, bahu, dan punggung, dan biasanya cenderung menghilang selama minggu pertama kehidupan. Pelepasan kulit ( deskuamasi ) secara normal terjadi selama 2-4 minggu pertama kehidupan. Mungkin terlihat eritema toksikum ( ruam kemerahan ) pada saat lahir, yang bertahan sampai beberapa hari. Ruam ini tidak menular dan kebanyakan mengenai bayi yang sehat. Terdapat berbagai tanda lahir ( nevi ) yang bersifat sementara ( biasanya di sebabkan pada saat lahir) maupun permanen ( biasanya  karena kelainan struktur pikmen, pembuluh darah, rambut atau jaringan lainnya).
Pada kulit dan sklera mata bayi mungkin di temukan warna kekuningan yang di sebut ikteri. Ikteri di sebabkan karena billirubin bebas yang berlebihan dalam darah dan jaringan, sebagai akibatnya pada sekitar hari ek dua atau ke tiga, terjadi hampir 60% hari ke 7 biasanyamenghilang. Ikteri ini di sebabkan ikterik fisiologis atau ikterik neonatorum.
G.    Sistem Persyarafan
Sistem persyarapan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum terintegrasi secara sempurna. Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat di prediksi selama priode bayi samapi awal masa kanak-kanak. Pada akhir tahun pertama, pertumbuhan sereblum yang di mulai pada usia kehamilan pada sekitar 30 minggu, berakhir. Hal inilah yang mungkin jadi penyebab mengapa otak rentan terhadap trauma nutrisi dan trauma lain selama masa bayi. Fungsi tubuh dan respon-respon yang di berikan sebagian besar di lakukan oleh pusat yang lebih rendah dari otak dan refleks-refleks dalam midula spinalis.









BAB III
PENUTUP
Perubahan sistem fisiologis pada bayi baru lahir dapat terjadi agar bayi dapat menyesuaikan kehidupannya atau dirinya dari kehidupan intrauterin (dalam rahim) ke kehidupan ekstrauterin (diluar rahim) sehingga bayi baru lahir dapat hidup sendiri dan tidak tergantung pada ibunya. Untuk itu bayi memerlukan perubahan fisiologis atau adaptasi fisiologis pada dirinya. Untuk mencapai perubahan-perubahan tersebut bayi barulahir memerlukan masa transisi. Pada masa transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin, maka di kemukakan sebagai berikut :
1.      Kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin
  1. Periode transisi mulai dari saat lahir sampai usia 6 jam
  2. Menyangkut perubahan fisiologis banyak organ
  3. Dimuai intrautein saat bayi siap untuk dilahirkan
  4. Jam-jam pertama adalah fase stabilisasi pernafasan, kardiovaskuler dan suhu
  5. Perlu pengamatan klinis yang ketat untuk mengenal yang mengalami kesulitan transisi
2.      Janin mempersiapkan transisi sepanjang masa kehamilan dengan :
  1. Penyimpanan glikogen
  2. Pertambahan protein dan mineral
  3. Deposisi lemak coklat
  4. Kemampuan tergantung usia gestasi dan kualitas plasenta
3.      Pada saat lahir
a.       Fungsi plasenta/tali pusat selesai
b.      Janin menjadi bayi yang bernafas sendiri
Adapun perubahan-perubahan fisiologis pada bayi baru lahir meliputi :
a.      Perubahan pada sistem pernafasan, peredaran darah
b.      Sistem pengaturan tubuh, metabolisme glukosa, gastrointestinal, dan kekebalan tubuh

c.      Sistem pencernaan, ginjal dan sistem persyarafan


DAFTAR PUSTAKA

1.      Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta; Salemba Medika
2.      Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta; Trans Info Media
3.      Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti. Asuhan neonatus, bayi dan anak balita. 2010. Jakarta; Trans Info Media

4.      Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta; Salemba Medika

Tidak ada komentar: