Sabtu, 02 November 2013

IMUNISASI PADA BAYI DAN BALITA DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Berbagai penyakit menular seperti penyakit difetri, pertusis, campak, tetanus, dan polio telah terbukti menurun secara menyolok berkat pemberian imunisasi pada bayi dan anak. Bahkan, Indonesia telah dinyatakan bebas penyakit cacar sejak  tahun 1972.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka Indonesia telah melaksanakan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) sejak tahun 1977, yang tujuannya antara lain:
·         Eradikasi Polio (ERAPO)
·         Eliminasi Tetanus Neonatal (ETN) dan maternal
·         Reduksi campak, dan lain-lain.
Indonesia juga telah melaksankan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dengan baik, yang merupakan pekan dimana setiap anak balita umur 0-59 bulan yang tinggal di Indonesia pada saat tersebut mendapat 2 tetes vaksin plio oral, tanpa melihat status imunisasi dan kewarganegaraannya. Vaksin polio diberikan 2 kali dengan selang waktu sekitar 4minggu, yang telah dilakukan berturut-turut pada tahun 1995,1996,1997, dan 2002.
Bidan sebagai salah seorang anggota profesi kesehatan memiliki tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, salah satunya adalah mengenai imunisasi pada anak. Berikut ini dibahas mengenai berbagai hal tentang imunisasi pada anak.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi atau pengertian dari Imunisasi?
2.      Mengapa ada Imunisasi apakah tujuan dari imunisasi?
3.      Sebutkan dan jelaskan macam-macam imunisasi!
4.      Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis komunikasi!
5.      Apa efeksamping dari imunisasi pada bayi?
6.      Bagaimana cara penyimpanan vaksin yang benar untuk imunisasi?
C.     Tujuan
1.      Mahasiwa mengetahui definisi atau pengertian dari imunisasi.
2.      Agar mahasiswa mengetahui mengapa harus ada imunisasi dan apa tujuan diadakannya imunisasi
3.      Mahasiswa mengetahuimacam-macam imunisasi
4.      Mahasiswa mengetahui jenis-jenis komunikasi
5.      Mahasiswa mengetahui efek samping dari imunisasi dan kontra indikasi dari imunisasi
6.      Mahasiwa mengetahui bagaimana cara penyimpanan yang baik bagi vaksin imunisasi.


                                                                          
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang telah berhasil menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada bayi dan anak. Agar bidan dapat memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada bayi dan balita, salah satunya adalah memahami hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi, termasuk pengertian-pengertian imunisasi berikut ini:
a.       Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berati kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resisten pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain, diperlukan imunisasi lainnya. (Anonim, 2008).
b.      Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh bayi dan anak.
c.       Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Matondang CS, dkk, 2005).
d.      Imunisasi adalah pemberian imunitas (kekebalan) tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi manusia.
e.       Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat menyebabkan inveksi sebelum mikroorganisme tersebut memilki kecepatan untuk menyerang tubuh. Dengan imunisasi, tubuh akan terlindung dari infeksi, begitu pula orang lain karena tidak tertular dari seseorang. Oleh karena itu, imunisasi harus dilakukan untuk semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir, agar pada akhirnya nanti infeksi dapat musnah dari muka bumi.
f.       Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin BCG, DPT, campaka, dan melalui mulut seperti vaksin polio.
g.      Imunisasi adalah upaya untuk merangsang kekebalan tubuh dari serangan penyakit menular tertentu melalui pemberian vaksin.
h.      Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh 9 IGN Ranuh, 2005).
i.        Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga kelak bila terpajan pada antigen serupa tidak terjadi penyakit (Imunisasi di Indonesia, 200
B.     Tujuan Imunisasi
Tujuan dalam pemberian imunisasi, antara lain:
a.       Tujuan/manfaat imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di dunia.
b.      Tujuan dan kegunaan imunisasi adalah untuk melindungi dan mencegah penyaki-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.
c.       Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
d.      Tujuan atau manfaat imunisasi adalah untuk menurunkan mobiditas, mortalitas, dan cacat serta bila mungkin didapat eradikasi suatu penykit dari suatu daerah atau negri.
e.       Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dihindarkan dnegan imunisasi yaitu seperti campak, polio, difetri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya.
f.       Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar.
C.     Macam-macam Imunisasi
Imunitas atau kekebalan, berdasarkan asal muasalnya dibagi dalam dua hal, yaitu aktif dan pasif. Aktif adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan pasif adalah bila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya menerima saja.
Maka berdasarkan hal tersebut diatas, maka imunisasi dibagi menjadi dua macam, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
a.       Imunisasi Aktif
1.    Pengertian Imunisasi Aktif:
a.         Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi anti bodi sendiri. Contohnya: imunisasi polio atau campak.
b.        Imunisasi aktif adalah zat anti yang dibentuk tubuh itu sendiri dan akan bertahan selama bertahun-tahun
c.         Imunisasi aktif adalah pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon
d.        Imunisasi aktif diberikan untuk pencegahan penyakit yang dilakukan dengan memberikan vaksin terhadap beberapa penyakit infeksi.
2.    Imunisasi aktif ini dilakukan dengan vaksin yang mengandung:
a.         Kuman-kuman mati (misalnya: vaksin cholera-typhoid/thypus abdominalis – paratyphus ABC, vaksin pertusis batuk rejan).
b.        Kuman-kuman hidup diperlemah (misalnya: vaksin BCG terhadap tuberkulosis)
c.         Virus-virus hidup diperlemah (misalnya: bibit cacar, vaksin poliomyelitis).
d.        Toxoid ( = toksin = racun daripada kuman yang dinetralisasi: toxoid difteri, toxoid tetanus).
3.    Vaksin diberikan dengan cara disuntikan atau peroral atau melalui mulut. Terhadap pemeberian vaksin tersebut, maka tubuh membuat zat-zat anti terhadap penyakit bersangkutan (oleh karena itu dinamakan imunisasi aktif, kadar zat-zat dapat diukur drngan pemeriksaan dalam) dan oleh sebab itu menjadi imun (kebal) terhadap penyakit tersebut.
4.    Pemberian vaksin dengan caran menyuntikan kuman atau antigen murni akan menyebabakan benar-benar menjadi sakit. Oleh karena itu, dibutuhkan dalam bentuk vaksin, yaitu kuman ynag telah dilemahkan. Pemberian vaksin akan merangsang tubuh untuk membentuk antibodi
5.    Untuk itu, dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan yang terdapat dalam setiap vaksinnya, antara lain:
a.         Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan, yang dapat berupa polisakarida, toxoid, atau virus yang dilemahkan, atau bakteri yang dimatikan.
b.        Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.
c.         Preservatif, stabiliser, dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
d.        Adjuvan yang terdiri garam almunium yang berpungsi untuk meningkatkan imunnogenitas antigen
6.    Untuk keperluan imunisasi aktif tersedia, antara lain:
a.         Vaksin BCG (bacillus calmette-guerin untuk tuberkulosis)
b.        Vaksin DPT (difteri,pertusis,tetanus)
c.         Vaksin poliomielitis
d.        Vaksin campak
e.         Vaksin typa (types abdominalis)
f.         Toxoid tetanus
g.        Dan lain-lain
7.    Namun,pemerintah tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi tersebut harus dilakukan semua. Hanya 5 (lima) jenis imunisasi pada anak di bawah 5 tahun yang harus dilakukan,yaitu:
a.         BCG (bacillus calmette-guerin)
b.        DPT(difteri,pertusis,tetanus)
c.         Polio
d.        Campak
e.         Hepatitis B
b.    Imunisasi pasif
1.    Pengertian
a.         Imunisasi pasif adalah zat anti yang di dapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntikan bahan ataun serum yang mengandung zat anti atau zat anti dari ibunya selam dalam kandungan. Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak bertahan lama .
b.        Imunisasi pasif adlah pemberian zat (imunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
c.         Imunisassi pasif adalah penyuntikan sejumlah anti bodi, sehingga kadar anti bodi dalam tubuh meningkat.
d.        Imunisasi pasif adalh pemberian anti bodi dengan tujuan untuk memberikan pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi. Transfer imun yang bersifat sementara selama anti bodi masih aktif. Transfer imun juga dapat terjadi pada bayi baru lahir, misalnya imunoglobulin G yang disalurkan dari ibu ke bayi secara transplasental.
2.    Imunisasi pasif terdiri dari dua macam, yaitu:
a.         Imunisasi Pasif Bawaan
Imunisasi pasif bawaan merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya berasal dari ibunya selama dalam kandungan. Misalnya terdapat pada neonatus (bayi baru lahir) sampai bayi berumur 5 (lima) bulan. Neonatus mendapatkan imunitas tersebut dari ibu sewaktu dalam kandungan, yaitu berupa zat anti (anti bodi) yang melalui jalan darah menembus plasenta.
Zat anti tersebut berubah menjadi globulin gama yang mengandung imunitas, seperti yang juga dimiliki oleh ibu. Namun, zat anti tersebut lambat laun akan menghilang/lenyap dari ibu bayi. Dengan demikian, sampai umur 5 bulan, bayi dapat terhindar dari beberapa penyakit infeksi seperti campak, difetri, dan lain-lain.
b.        Imunisasi Pasif Didapat
Imunisasi pasif merupakan dimana zat antinya didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau serum yang mengandung zat anti. Zat anti ini didapat oleh anaka dari luar dan hanya berlangsung pendek, yaitu 2-3 minggu karena zat anti seperti akan dikeluarkan kembali oleh tubuh anak. Misalnya pemberian serum anti tetanus. Dengan mendapat luka terutama yang dalam dan kotor, atau karena jatuh di tanah atau tertusuk oleh bambu atau paku yang berkarat yang sudah lama berada di tanah dan sebagainya. Maka untuk mencegah terjadinya tetanus, dapat diberikan propilaksis dengan serum anti tetenus. Serum anti tetanus ini biasanya dibuat dari darah seekor kuda yang lebih dulu di imunitas terhadap tetanus dan oleh karena itu mengandung zat-zat anti terhadapa tetanus. Dengan penyuntikan serum anti tetanus, maka anak menerima zat-zat anti secara pasif  untuk mengahadapi penyakit tetanus. Tubuhnya tidak mebuat zat-zat anti tersebut seperti dalam hal penyuntikan toxoid tetanus.
Berlainan dengan imunisasi aktif yang menghasilkan kekebalan untuk waktu lama, maka imunisasi pasif melindungi anak selam 2-3 minggu. Selain daripada itu, oleh karena serum anti tetanus kuda merupakan protein asing bagi manusia, maka sebelum penyuntikan perlu dilakukan tes kulit (skin tes) terlebih dahulu untuk mengetahui anak cocok atau tidak terhadap serum kuda untuk menghindari reaksi-reaksi anafilaktik.
D.    Jenis-jenis Imunisasi
11. Imunisasi dasar
Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit berbahaya. Lima jenis imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu TBC, difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), poliomyelitis, campak dan hepatitis B.
Kelima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun tersebut adalah :
a.       Imunisasi BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan
b.      Imunisasi DPT, yang diberikan 3 kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu
c.       Imunisasi polio, yang diberikan 4 kai pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu
d.      Imunisasi campak, yang diberikan 1 kali pada bayi usia 9-11 bulan
e.       Imunisasi hepatitis B, yang diberikan 3 kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minima 4 minggu.
a.       Imunisasi BCG
1)      Pengertian
·         Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk mi=enimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkuosis (TBC), yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular.
·         Imunisasi BCG adaah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC milier (pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang
·         Imunisasi BCg adalah pemberian vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.
2)      Pemberian Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan tidak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibody yang dihasikannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.
3)      Usia Pemberian Imunisasi
Sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumnya dibawa dua bula. Jika diberikan setelah usia 2 buan disarankan diakukan Mantoux (tuberkuin) terebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah kemasukan Mycrobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi diakukan bila hasil testnya negative. Jika ada penderita TBC yang tinggal serumah atau sering bertandaang kerumah, segera setelah lahir bayi di imunisasi BCG.
4)      Cara Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi BCg adaah melalui intra dermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) atau penyuntikan pada paha.
5)      Tanda Keberhasilan
Timbul indurasi (benjolan kecil) dan eritema (merah)  didaerah bekas suntikan setelah satu atau dua minggu kemudian, yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi ulkus (luka). Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas (demam). Luka ini akan sembuh sendiri dan meninggalkan tanda parut. Jika pun indurasi (benjolan) tidak timbul, hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Karena kemungkinan cara penyuntikan yang salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit. Jadi, meskipun benjolan tidak timbul, antibody tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunisasi tidak perlu diulang, karena di daerah endemic TBC, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah.
b.      Imunisasi DPT
1)      Pengertian
·         Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus.
·         Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit berikut ini :
Í Penyakit difteri, yaitu radang tenggorokan yang sangat berbahaya karena menimbulkan tenggorokan tersumbat dan kerusakan jantung yang menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja.
Í Penyakit pertusis, yaitu radang paru (pernapasan), yang disebut juga batuk rejan atau batuk seratus hari karena sakitnya bisa mencapai seratus hari atau tiga bulan lebih. Gejala penyakit ini sangat khas, yaitu batuk yang bertahap, panjang dan lama disertai bunyi “whoop”/ berbunyi dan diakhiri dengan muntah, mata dapat bengkak atau penderita dapat meninggal karena kesulitan nafas.
Í Penyakit tetanus, yaitu penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkunci/terkancing sehingga mulut tidak bisa membuka atau dibuka.
·         Imunisasi DPT merupakan imunisasi dengan memberikan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toxoid).
2)      Pemberian Imunisasi dan Usia Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Namun, bisa juga ditambahkan dua kali lagi, yaitu satu kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya diusia 12 tahun, di berikan imunisasi TT.
3)      Cara Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi melalui suntikan intra muskuler (i.m).
c.       Imunisasi Polio
1)      Pengertian
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomielitis, yaitu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki.
Imuninasi polio adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya poliomielitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak (kandungan vaksin polio adalah virus yang dilemahkan).
2)      Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio masal atau pekan imunisasi nasional. Tetapi jumlah dosis yang berlebihan tidak akan berdampak buruk, karena tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi.
3)      Usia Pemberian Imunisasi
Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi oleh vaksin DPT.
4)      Cara Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi polio melalui oral atau mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Diluar negeri, cara pemberian imunisasi polio ada yang melaui suntikan (disebut Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV).
d.      Imunisasi Campak
1)      Pengertian
·         Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak akrena penyakit ini sangat menular.
·         Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (morbili/measles) (kandungan vaksin campak ini adalah virus yang dilemahkan).
Sebenarnya, bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular dan ank yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus morbili ini. Namun, untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tidak akan terkena lagi.
2)      Pemberian Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali
3)      Usia Pemberian Imunisasi
Imunisasi campak diberikan satu kali pada usia 9 bulan, dan dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai usia 12 bulan anak belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan anak ini harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
4)      Cara Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi camapk adalah melalui subkutan.
e.       Imunisasi Hepatitis B
1)      Pengertian
Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak hati.
Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis, yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair.
2)      Pemberian Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi Hepatitis B adalah tiga kali.
3)      Usia Pemberian Imunisasi
Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir. Dengan syarat kondisi bayi dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Kemudian dilanjutkan pada saat bayi berusia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap Hepatitis B, selain imunisasi yang diberikan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam.
4)      Cara Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi Hepatitis B adalah dengan cara intra muskuler (I.M) di lengan deltoid atau paha anterolateral bayi (antero= otot-otot di bagian depan; lateral= otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.



22.  Imunisasi Booster
Imunisasi booster adalh imunisasi ulangan (revaksinasi) dari imunisasi dasar yang diberikan pada waktu-waktu tertentu dan juga diberikan bila terdapat suatu wabah yang berjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan. Imunisasi ulangan dapat meninggikan secara cepat kadar zat-zat anti dalam tubuh.
33.  Imunisasi Yang Tidak Diwajibkan, tetapi Dianjurkan
a.       Imunisasi MMR (Measles, Mumps, dan rubela)
Imunisasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubela) adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit campak (measles), parotis epidemika (mumps, gondongan), campak Jerman (Rubela).
1)      Penyakit Campak
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak, yang penyebaran infeksinya terjadi dengan perantara droplet, dengan masa inkubasi 10-14 hari, ditandai dengan ruam campak, demam, batuk
2)      Parotis epidemika (mumps, gondongan)
Penyakit parotis atau gondongan adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi paramyovirus dan penyebarannya melalui droplet, dengan masa inkubasi 12-25 hari, dengan gejala tidak khas seperti anoreksia, mialgia, malaise, nyeri kepala, dan demam ringan, yang kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis unilateral atau bilateral. Penyakit ini terutama terjadi pada anak usia 5-9 tahun.
3)      Rubela (Campak Jerman)
Penyakit rubela merupakan penyakit infeksi yang ringan, dengan penyebaran infeksi melalui udara atau droplet, dengan gejala klinis yang mencolok adalah timbulnya ruam makulopapular bersifat sementara, limfadenopati kelenjar, kadang disertai artritis dan arthralgia.
b.      Imunisasi Typhoid
Imunisasi typhoid adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit typhoid atau tifus abdominalis.
Penyakit typhoid (demam Tifoid) adalah penyakit yang disebabkan oeh Salmonella typhi, yang menyebabkan infeksi dan ditandai dengan demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi atau diare, dengan masa inkubasi biasanya 7-14 hari. Penyakit ini sering dijumpai di negara berkembang terutama Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
c.       Imunisasi HiB (Meningitis)
Imunisasi HiB (Haemophilus Influenzae Tipe B) adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit influenazae tipe B, penyakit radang selapu otak atau meningitis.
d.      Imunisasi hepatitis A
Imunisasi Hepatitis A adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit Hepatitis A.
e.       Imunisasi Variscella
Imunisasi Variscella (Cacar air) adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit varicella (cacar air).
E.     Efek Samping dan Kontra Indikasi Imunisasi
a.       Imunisasi BCG
1)      Efek Samping Imunisasi BCG
Umumnya tidak ada efek samping dari imunisasi BCG namun, pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah beningdi ketiak atau leher pada bagian bawah (atau diselangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha).
2)      Kontra Indikasi Imunisasi BCG
Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TBC atau menunjukkan uji mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang berat.
b.      Imunisasi DPT
1)      Efek Samping Imunisasi DPT
Biasanya, hanya gejala-gejala ringan, seperti sedikit demam saja dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat suntikan, yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurun panas bayi. Atau bisa juga dengan memberikan minum cairan lebih banyak dan tidak memakai pakaian terlalu banyak.
2)      Kontra Indikasi Imunisasi DPT
Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak yang mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bukan, seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, anak-anak yang sedang demam atau sakit keras dan yang mudah mendapat kejang dan mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau asma.
c.       Imunisasi Polio
d.      Efek Samping Imunisasi Polio
Hampir tidak ada efek samping hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.
e.       Kontra Indikasi Imunisasi Polio
Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti demam tinggi (diatas 380 C) ditangguhkan. Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan penyakit HIV / AIDS, penyakit kanker atau keganasan sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum untuk tidak diberikan imunisasi polio. 
f.       Imunisasi Campak
a.       Efek Samping Imunisasi Campak
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek samping kemerahan atau bercak merah pada pipi dibawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan. Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan.
b.      Kontra Indikasi Imunisasi Campak
Kontra indikasi imunisasi campak adalah
1.      Anak dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam
2.      Anak dengan penyakit gangguan kekebalan
3.      Anak dengan penyakit TBC tanpa pengobatan
4.      Anak dengan kekurangan gizi berat
5.      Anak dengan penyakit keganasan
6.      Anak dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin, dan eritrimisin (antibiotik)
c.       Imunisasi hepatitis B
d.      Efek Samping Imunisasi Hepatitis B
Umumnya tidak terjadi efek samping. Jika-pu terjadi (namun sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada tempat suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.
e.       Kontra Indikasi Imunisasi Hepatitis B
Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.
F.      Penyimpanan Vaksin
Vaksin adalah suatu bentuk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang. Bila vaksin diberikan kepada seseorang, akan meninmbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. Setiap produk biologis, vaksin memiliki karakteristik tertentu dan memerlukan penanganan yang khusus sejak diproduksi dipabrik hingga dipakai di unit pelayanan. Suhu yang baik untuk semua jenis vaksin adalah + 20 C sampai dengan +80 C.
Agar kualitas vaksinasi sesuai dengan standar yang ditetapkan guna menumbuhkan imunisasi yang optimal bagi sasaran imunisasi maka dibutuhkan suatu cara penyimpanan vaksin yang baik, yang disebut rantai dingin (cold chain). Rantai dingin adalah cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam keadaan baik atau tidak rusak sehingga mempunyai kemampuan atau efek kekebalan pada penerimanya, akan tetapi apabila vaksin diluar temperatur yang dianjurkan maka akan mengurangi potensi kekebalannya.
Penyimpanan vaksin yang tidak baik atau meyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, dapat mengakibatkan kerusakan vaksin sehingga menurunkan atau menghilangkan potensinya. Bahkan bila diberikan kepada sasaran dapat menimbulkan kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan. Kerusakan vaksin dapat mengakibatkan kerusakan sumber daya yang tidak sedikit, baik dalam bentuk biaya vaksin maupun biaya-biaya lain yang terpaksa dikeluarkan untuk menanggulangi masalah kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau kejadain luar biasa.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa suhu yang baik untuk semua jenis vaksin adalah 2-8 0 C, maka semua vaksin akan rusak bila terkena panas atau terkena sinar matahari langsung. Tetapi beberapa vaksin juga tidak tahan terhadap pembekuan, bahkan dapat rusak secara permanen dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan bila vaksin terpapar panas. Jadi, anggapan bahwa bila sudah ada pendingin (kulkas) maka vaksin sudah aman atau makin dingin penyimpanan, vaksin makin baik merupakan anggapan yang tidak tepat dan perlu diluruskan.
Potensi vaksin dalam temperatur :

Vaksin
0-8oC
35-37oC
DPT
3-7 tahun
6 minggu
Pertusis
18-24 bulan
Dibawah 50% dalam 1 minggu
BCG
-       Kristal
-       Cair

1 tahun
Dipakai dala satu kali kerja

Dibawah 20% dalam 3-14 hari
Dipakai dalam satu kali kerja
Campak
-       Kristal
-       Cair

2 tahun
Dipakai dalam satu kali kerja

1 minggu
Dipakai dalam satu kali kerja
Polio
6-12 bulan
1-3 hari




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksudn dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anyi yang dimasukan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). Tujuan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka mordibitas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengn imunisasi.
B.     Saran
Imunisasi sangat penting bagi bayi dan balita di Indonesia karena untuk mencegah dari suatu penyakit tertentu oleh karena itu disarankan bagi ibu-ibu di indonesia yang mempunyai bayi dan balita agar mengimunisasi bayinya supaya terhindar dari suatu penyakit tertentu dan agar mencegah morbiditas dan mortalitas bayi dan balita di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

1.    Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta; Salemba Mesika.  
2.      Maryunani, Anik. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta; Trans Info Media.
3.      Anonim. Imunisasi. http://www.imunisasi.net/ (13 September 2013 pukul 14.00 WIB)
4.      Anonim. Imunisasi Pada Bayi. http://infoimunisasi.com/ (13 September 2013 pukul 14.15 WIB)






Tidak ada komentar: