Senin, 11 November 2013

PEMERIKSAAN FESES

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Pemeriksaan feses (tinja) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. 
Hal yang melatar belakangi penulis menyusun sebuah makalah dengan judul “pemeriksaan laboratorium pada feses sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit”. Agar para tenaga teknis laboratorium patologi klinik serta para mahasiswa dari berbagai program studi kesehatan. dapat meningkatkan kemampuan dan mengerti bermacam-macam penyakit yang memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses secara benar. mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan pada akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.
1.2     Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini antara lain:
a.       Bagaimana pemeriksaan Laboratorium pada feses
b.      Bagaimana analisa makroskopis pada feses
c.       Bagaimana analisa mikroskopis pada feses
d.      Bagaimana analisa keberadaan darah pada feses

1.3      Tujuan Masalah
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
a.       Mengetahui cara pemeriksaan laboratorium pada feses
b.      Mengetahui analisa makroskopis pada feses
c.       Mengetahui analisa mikroskopis pada fese
d.      Mengetahui analisa keberadaan darah pada feses


BAB II
PEMBAHASAN


2.1  FESES
Untuk pemeriksaan feses sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan jika pemeriksaan sangat di perlukan,boleh juga sempel feses di ambil dengan jari bersarung dari rectum. Untuk pemeriksaan bisa dipakai feses sewaktu,jarang di perlukan feses 24 jam untuk pemeriksaan tertentu.
Feses hendaknya di periksa dalam keadaan segar, kalau di biarkan mungkin sekali unsur-unsur dalam feses itu menjadi rusak.bahan ini selalu harus di anggap bahan yang mungkin mendatangkan inpeksi, berhati-hati lah bekerja.
Untuk mengirim feses wadah yang sebaiknya ialah yang terbuat dari kaca atau dari bahan lain yang tidak dapat di tembus seperti plastik. Kalau konsistensi tinja keras,dos korton brlapis parafin juga boleh di pakai. Wadah harus bermulut lebar. Pemeriksaan penting dalam feses ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama pentingnya dalam keadaan tertentu adalah test terhadap darah samar.
Jika akan memeriksa feses, pilihlah selalu sebagian dari feses itu yang memberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan, umpamanya: bagian yang bercampur darah atau lendir, dan sebagainya.oleh karna unsur-unsur patologi biasanya tidak terdapat merata, maka hasil peeriksaan mikroskopi tidak dapat di nilai derajat kepositifannya dengan tepat,cukup di beri tanda – (negatif), +, + + atau + + + saja.

Nilai Normal Pemeriksaan Tinja
No.
Jenis pemeriksaan
Nilai normal
Keterangan
A.
1.
Makroskopis
Warna

Kuning kehijauan

Tergantung makanan /obat yang dikonsumsi
2.
Bau
Bau indol,scatol dan asam butirat
Bau busuk, asam, dan tengik menunjukan adanya proses pembusukan makanan atau gangguan pencernaan.
3.
Konsistensi
Agak lunak dan berbentuk

4.
Volume
100-300 gr/hari,70% air dan 30% sisa makanan

5.
Lendir
Tidak ada
Lendir banyak ada rangsangan.
Lendir dibagian luar tinja: iritasi usus besar
Lendir bercampur tinja: iritasi pada usus halus
Lendir tanpa tinja: disentri, intususepsi atau ileokolitis.
6.
Darah
Tidak ada

B.
1.
Mikroskopis
Sel epitel

Ditemukan sedikit

2.
Lekosit dan makrophag
Ditemukan sedikit
Ditemukan banyak : peradangan
3.
Darah(tesben sidin)
Negative

4.
Telur dan jentik cacing
Negative

5.
Protozoa
Negative

6.
Bilirubin
Negative
+ : diare atau gangguan flora usus
7.
Urobilin
Positif
-      : obstruksi empedu


2.2  MAKROSKOPIS
Analisa makroskopis tinja
No.
Makroskopis Tinja
Kemungkinan penyabab
1.
Berbutir kecil,keras,warna tua
Kostipsi
2.
Volume besar,berbau,mengembang
Malabsorpsi lemak atau protein karena penyebab dari usus pancreas atau empedu
3.
Rapuh dengan lendir tanpa darah
Sindroma pada usus besar
4.
Rapuh dengan darah dan lendir (darah,lebih terlihat daripada lendir)
Radang usus besar,tipoid,amubiasis,tumor ganas pada usus
5.
Hitam,mudah melekat seperti ter,volume besar,cair ada sisa padat sedikit
Kholero,E.coli keracunan
6.
Rapuh, ada nanah dan jaringan nekrotik,agak lunak berwarna sedikit putih abu-abu
Devertikulitis,abses pada usus,tumor usus,parasit,obstruksi saluran

1.    Warna
Warna feses yang di biarkan pada udara menjadi lebih tua karna terbentuknya lebih banyak urobilin dari urobilinogen yang diexkresikan lewat usus. Urobilinogen tidak berwarna sedangkan urobilin berwarna coklat tua.selain urobilin yang normal ada, warna feses di pengaruhi oleh jenis makanan, oleh kelainan dalam saluran usus dan oleh obat-obat yang di berikan.
Warna kuning bertalian dengan susu, jagung, obat santonin atau bilirubin yang belum berubah. Hijau biasanya oleh makanan yang mengandung banyak sayur mayur jarang oleh biliverdin yang belum berubah. Warna abu-abu mungkin di sebabkan oleh karena tidak ada urobilin dalam saluran makanan dan hal itu didapat pada ikterus obstroktip (tinja acholik ) dan juga setelah di pakai garam barium pada pemeriksaan radiologik. Warna abu-abu itupun mungkin terjadi kalau makanan mengandung banyak lemak yang tidak di cernakan karna depisiensi enzim pancreas. Merah muda biasanya oleh perdarahan yang segar dibagian distal: mungkin pula makanan seperti bit. Warna coklat di pertalikan dengan perdarahan proximal atau dengan makanan coklat, kopi dan seterusnya. Warna hitam oleh carbo medicinalis, oleh obat-obatan mengandung besi dan mungkin juga oleh melena.
Analisa tinja berdasarkan warnanya
No.
Warna tinja
Penyebab patoligis
Penyebab tak patologis
1.
Coklat tua agak kuning
Tak ada
-warna pigmen empedu
-banyak makan daging
2.
Hitam
Perdarahan saluran empedu
Banyak makan Fe (saren) atau bismuth
3.
Abu-abu muda
Obstruksi saluran empedu
Banyak makan coklat atau kokoa
4.
Hijau atau kuning kehijauan
Tidak ada
Bnyak makan sayuran
5.
Merah
Perdarahan saluran usus bagian distal
Terlalu banyak makanan lobak merah atau biet

2.    Baunya
Bau normal feses di sebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat. Bau itu menjadi bau busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isinya, yaitu protein yang tidak dicernakan dan di rombak oleh kuman-kuman. Reaksi feses menjadi lindi pembusukan semacam itu. Ada kemungkinan juga feses berbau asam : keadaan itu disebabkan oleh peragian (fermentesai) zat-zat gula yang tidak di cerna karna umpamanya diare. Reaksi feses dalam hal itu menjadi asam. Bau tengik dalam feses di sebabkan oleh perombakan zat lemak pelepasan asam-asam lemak.
3.    Konsistensi
       Feses normal agak lunak dengan mempunyai bentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya pada konstipasi di daat feses keras peragian karbon hidrat dalam usus menghasilkan feses yang lunak dan bercampur gas (CO2).
4.    Lendir
       Adanya lendir berarti rangsangan atau radang ding-ding usus. Kalau lendir itu hanya di dapat di bagian luar feses, lokalisasi iritasi itu mungkin usus besar : kalau bercampur baur dengan feses mungkin sekali usus kecil. Pada dysenteri, intususepsi dan ileocilitis mungkin di dapat lendir saja tanpa feses. Kalau lendir berisi banyak leukosit terjadi nanah.
5.    Darah
       Perhatikanlah  apa darah itu segar (merah muda), coklat atau hitam dan apakah bercampu baur atau hanya di bagian luar feses saja. Makin proximal terjadinya pendarahan, makin bercampurlah darah dengan feses dan makin hitamlah warnanya. Jumlah darah yang besar mungkin disebabkan oleh ulcus, varices dalam oesophagus atau hemorhoid.
Analisa keberadaan darah pada tinja
No.
Keadaan darah pada tinja/perdarahan
Kemungkinan penyabab
1.
Samar-samar sampai kuat di sertai rasa nyeri perut
Ulkus peptikum (lambung dan duodenum)
2.
Ringan,kadang-kadang menjadi berat
Gastritis erosive
3.
Perdarahan berat dan sekonyong-konyong
Pecahnya varices oesophagus atau Hipertensi portal pada serosis hepatis
4.
Perdarahan ringan tetapi tanpa nyeri terus menerus
-   peminum alcohol
-   sindroma mallori weiss
-   hernia hiatus
5.
Perdaraha sedang,tinja warna merah atau sawp matang
-   Devertikulum
-   Ulkus peptikum
6.
Perdarahan ringan berselang-seling kadang-kadang disertai diare dan lendir
Polip usus
7.
Perdarahan ringan sampai berat,disertai diare,nyeri perut, berat badan turun
-    Amubiasis
-    infeksi shigelia
-    infeksi usus besar (kolisis)
8.
Perdarahan ringan dan berselubung
Devertikulitis
9.
Perdarahan berat,terselubung dan pada orng tua
Karsinoma usus distal
10.
Perdarahan ringan warna merah muda,konstipasi dan dengan atau tanpa nyeri pada orang dewasa atau tua
Hemoroid

6.    Parasit
Cacing ascaris, ancylostoma, dan lain-lain mungkin terlihat.

2.3  Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis tinja
No
Jenis pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan
1.
Pemeriksaan parasit (diambil tinja segar pada bagian yang ada darah atau lendir)
Untuk melihat keberadaan parasit (telur) dari cacing dan amuba
2.
Sisa makanan
-    melihat proses pencernaan
-    gangguan proteolisis (kberadaan serat otot atau bergaris )
-    gangguan malabsorpsi (missal:lemak,protein,dll)
3
Seluler
-      Sel epithel: iritasi mukosa
-      Loekosit:proses inflamasi usus
-      Eritrosit:perdarahan usus

Pemeriksaan mikroskpis secara langsung
Pemeriksaan sederhana dan paling sering dilakukan. Infeksi parasit dapat dilihat dengan pemeriksaan langsung. Untuk pemeriksaan secara mikroskopis, sejumlah kecil feses atau bahan yang akan diperiksa diletakan diatas objek glass, bila feses sangat padat dapat ditambahkan sedikit air selanjutnya ditutup dengan deck glass, buat dua atau lebih sediaan.
Pada pemeriksaan mikroskopis usaha mencari protozoa dan telur cacing merupakan maksud terpenting. Untuk mencari protozoa sering dipakai larutan eosin 1-2% sebagai bahan pengencer feses atau juga larutan Lugol 1-2%. Selain itu larutan asam acetat 10% dipakai untuk melihat leukosit lebih jelas, sedangkan untuk melihat unsur-unsur lain larutan garam 0,9% yang sebaiknya dipakai untuk pemeriksaan rutin.
Sediaan hendaknya tipis, agar unsur-unsur jelas terlihat dan dapat dikenal; meskipun begitu selalu akan dijumpai unsur-unsur yang telah ruksak sehingga identifikasi tidak mungkin lagi.


A.  Sel epitel
       Beberapa sel epitel, yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat ditemukan dalam keadaan normal. Kalau sel epitel berasal dari bagian yang lebih proximal, sel-sel itu sebagian atau seluruhnya ruksak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus itu.
B.   Makrofag
            Sel-sel besar berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam plasmanya sering dilihat sel-sel lain (leukosi, eritrosit) atau benda-benda lain. Dalam preparat natif sel-sel itu menyerupai ameba; perbedaanya ialah sel ini tidak dapat bergerak.
C.   Leukosit
            Lebih jelas terlihat kalau feses dicampur dengan beberapa tetes larutan asam acetat 10%. Kalau hanya dilihat beberapa dalam seluruh sediaan, tidak ada artinya. Pada dysentri basiler, colitis ulcerosa dan peradangan lain-lain, jumlahnya menjadi besar.
D.  Eritrosit
            Hanya dilihat kalau lesi mempunyai lokalisasi colon, rectum, atau anus. Pendapat ini selalu abnormal.
E.   Kristal-kristal
            Pada umumnya tidak banyak artinya. Apapun dalam feses normal mungkin terlihat kristal-kristal tripelfosfat, celciumoxalat dan asam lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal chacot-leyden adan kristal hematoidin.
F.    Sisa makanan
            Hampir seluruh dapat ditemukan juga; bukanlah adanya, melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dipertalikan dengan sesuatu hal yang abnormal.sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serat otot, serat elestik, dan lain-lain.
Untuk isentifikasi lebih lanjut emulsi tunja dicampur dengan larutan lugol: pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Larutan jenuh sudan III atau sudan IV dalam alkohol 70% juga dipakai: lemak netral menjadi tetes-tetes merah atau jingga
G.  Sel ragi
            Khusus glastocystis hominis tidak jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya jangan kista ameba.
H.  Telur dan jentik cacing
            Ascaris lumbricoides. Necator americanus enterobius permicularis. Trichiusus trichiura, estrongyloides strcoralis, dan seagainya; juga yang termasuk genus cestodas dan trematodas mungkin di dapat

2.4  Darah Samar
     Tes terhadap darh samar penting sekali untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yahng tidak dapat dinyatakan secara makroskopi atau mikroskopi. Banyak prosedur tes yang dipakai semuanya mempunyai keterbatasan ada yang sangat sensiitif ada yang kurang sensitif dan selalu nonspesifik. Yang paling sering dipakai addalah tes guaiac, yang mempunyai reasksi palsu kecil. Stetes kecil feses diapus di atas kertas-kertas saring selanjutnya di tambaahkan 1 tetes larutan guaiac, 1 tetes asam aselat glasial dan 1 tetes hidrogen peroksida, tes positif bila dalam waktu 30 detik timbul warna biru atau hijau gelap, bila timbul warna lain atau timbul setelah 30 detik reaksi dinyatakan negatif.
A.  Cara dengan benzidine basa
1.    Buatlah emulise tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10ml dan panasilah hingga mendidih.
2.    Saringlah emulise yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingain kembali.
3.    Kedalam tabung reaksi lain dimasukan benzidine basa sebnayak sepicuk pisau.
4.    Tambahkan 3ml asam acetat glacial,kocoklah sampai benzidine itu larut dengan meninggalkan beberapa kristal
5.    Bubuhilah 2ml fitrat emulsi tinja, campur.
6.    Berilah 1ml larutan hidrogen peroxida 3%,campur.
7.    Hasil di baca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama)
Catatan
Hasil dinilai dengan cara seperti telah diterangkan dulu:
Negatif – tidak perubahan warna atau warna yang samar-samar hijau
Positif + hijau
Positif 2 + biru bercampurr hijau
Positif 3 + biru
Positif 4 + biru tua

       Pesien yang tinjanya akan diperiksa terhadap darah samar janganlah dikenakan hukuman seperti peraturan “ tidak boleh menyikat gigi selama beberapa hari sebelum pemeriksaan “, biasanya tidak perlu untuk melarang makanan daging. Bahwa tinja seorang normal biasanya bereaksi negatif dengan tes ini agaknya mengusangkan peraturan itu, apalagi tes ini hendaknya jangan hanya di lakukan sekali saja untuk mendapat hasil yang bermakna.
B.   Cara dengan benzidine dihidrochlorida
Jika hendak memakai benzidine dihidrochorida sebagai pengganti benzidine basa dengan maksud supaya tes menjadi kurang peka dan kurang menghasilkan yang positif palsu, maka caranya sama juga seperti diterangkan diatas.
Catatan
Lihat juga apa yang sudah diterangkan mengenai pemakaian benzidine dlam laboratorium.
C.   Cara dengan guajac
1.    Buatlah emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambahlah 1 ml asam acetat glaseal: campur
2.    Dalam tabung reaksi reaksi lain dimasukan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml alkohol 95%: campur
3.    Tuanglah berhati-hati isi tabung kedua kedalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
4.    Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu. Derajat kepositipan dinilai dari warna itu
D.    Urolobin
Cara
1.    Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan mercurichlorida 10% yang volumenya kira-kira sama banyak dengan tinja itu.
2.    Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
3.    Tuanglah bahan itu kedalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6 sampai 24 jam
4.    Adanya urobilin nyata oleh timbul warna merah
Catatan
       Dalam tinja normal selalu ada urobilin, hasil tes ini yang merah berarti fositip, jumlah urobil berkurang pada ikterus obsruktif, jika obstruksi total, hasil tes menjadi negatif.
       Tes terhadap urobilin ini sangat inferiur jika dibandingkan dengan penetapan kuantitatif urobilin nogen dalam tinja. Penetapan kuantitatif itu dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinnogen yang diekresikan per 24 jam sehingga permakna dalam keadaan seperti anemia himolitik, ikterus obstruktif dan ikterus hepatoseluler.




BAB III
KESIMPULAN
       Feses untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan; jika pemeriksaan sangat diperlukan, boleh juga sample fese diambil dengan jari bersarung dari rectum. Untuk pemeriksaan biasa dipakai feses sewaktu, jarang diperlukan feses 24 jam untuk pemeriksaan tertentu.
       Bahan-bahan untuk pemeriksaan feses harus melalui salurab yang bersih tanpa bercampur dengan urin. Diperlukan dalam jumlah kecil kecuali beberapa keadaan. Ditampung dalam wadah sekali pakai, harus dilakukan pemeriksaan dalam beberapa jam setelah pengambilan, untuk pemeriksaan amuba specimen harus segar.
       Jumlah material feses sangat tergantung dari diet individu biasanya antara 100-250 mg/hari atau 100-250 ml dalam bentuk cairan. Konsistensi lunak warna cokelat tua yang disebabkan oleh pigmen empedu, perubahan warna dapat disebabkan olehjenis makanan, obat-obatan dan hal ini dapat dibedakan dari kondisi patolog. Putih keabu-abuan atau warna pucat khas untuk gambaran penyumbatan saluran empedu. Perdarahan pada saluran cerna bagian atas feses akan berwarna hitam pekat seperti cairan kopi yang sangat karakteristik. Warna cokelat gelap bahkan kemerah-merahan tergantung luas dan lamanya perdarahan disaluran cerna yang mengalami proses digesti atau denaturasi. Bercak merah pada feses disebabkan lesi pada rectum atau anus. Mucus yang berlebihan dapat dilihat dengan mudah. Sejumlah pus (nanah) dapat terlihat tanpa harus dikonfirmasikan dengan pemeriksaan mikroskopis.
       Sejumlah kecil sel epitel dapat ditemukan pada feses adanya kenaikan jumlah sel epitel menggambarkan berbagai peradangan. Adanya sel-sel pus mendukung adanya proses peradangan saluran cerna. Memperhatikan sel dengan menambahkan setetes 10% asam asetat atau metilen blue. Sejumlah Kristal dapat ditemukan biasanya tidak mempunyai korelasi klinik.


 DAFTAR PUSTAKA

R. Ganda Soebrata. (1970). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat
Catatan Kuliah Patologi Klinik I. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung
Sutedjo, AY. (2007). Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta: Amara Books
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM190904081601401




Tidak ada komentar: