Senin, 11 November 2013

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TENTANG IMUNISASI YANG DIANJURKAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi.Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan.Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas.Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat.Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya.Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
1.2. Rumusan Masalah
1.      Apa konsep dasar imunisasi?
2.      Apa saja imunisasi yang dianjurkan?
3.      Bagaimana cara penyimpanan Vaksin yang baik untuk imunisasi?
4.      Apa saja kejadian ikutan pasca imunisasi
1.3.Tujuan
1.      Mahasisiwa mampu menjelaskan dan mengetahui konsep dasar imunisasi
2.      Mahasiswa mengetahui apa saja imunisasi yang dianjurkan
3.      Mahasiswa mengetahui bagaimana cara penyimpanan vaksin yang baik untuk imunisasi
4.      Mahasiswa mengetahui kejadian ikutan apa saja yang terjadi pasca imunisasi





















BAB II
PEMBAHASAN
2.1        KONSEP DASAR IMUNISASI
A.    Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan yang telah berhasil menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan angka mortalitas (angka kematia) penyakit infeksi pada bayi mamupun anak. Agar bidan dapat memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi dan balita, salah satunya adalah memahami hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi, termasuk pengertian-pengertian imunisasi berikut ini:
1.      Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi terhadap penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. ( anonym, 2008 )
2.      Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan perlindungan ( kekebalan ) di dalam tubuh bayi dan anak.
3.      Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena terpapar pada antigen yang serupa, maka tidak akan terjadi penyakit ( matondang CS, dkk, 2005 ).
4.      Imunisai adalah pemberian imunitas ( kekebalan ) tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi manusia.
5.      Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat system pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme ( bakteri dan virus ) yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kecepatan untuk menyerang tubuh. Dengan imunisasi tubuh akan terlindung dari infeksi, begitu pula orang lain karena tidak tertular dari seseorang. Oleh karena itu, imunisasi harus dilakukan oleh semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir, agar pada akhirnya nanti infeksi dapat musnah dari muka bumi.
6.      Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang di pakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang di masukan kedalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio.
7.      Imunisasi adalah upaya untuk merangsang kekebalan tubuh dari serangan penyakit menular tertentu melalui ppemberian vaksin.
8.      Istilah vaksinasi dan imunisasi seringkali diartikan sama. Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibody secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pembarian vaksin ( antigen ) yang dapat merangsang pembentukan imunitas ( antibody ) dari system imun dalam tubuh. ( IGN ranuh, 2005 ).
9.      Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga kelak bila ia terpajan pada antigen serupa tidak terjadi penyakit ( imunisasi di Indonesia, 2001 )
B.     Tujuan Imunisasi
Imunisasi mempunyai tujuan, manfaat, dan kegunaan tersendiri bagi bayi dan anak, antara lain sebagai berikut:
1.      Tujuan dan manfaat imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di dunia.
2.      Tujuan dan kegunaan imunisasi adalah untuk melindungi dan mencegah penyakit – penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.
3.      Tujuan memberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbilitas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan atau penyakit tertentu.
4.      Tujuan atau manfaat imunisasi adalah untuk enurunkan morbilitas, mortalitas, dan cacat serta bila mungkin di dapat eradikasi sesuatu penyakit dari sesuatu daerah atau negeri.
5.      Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti : campak, polio, difteri, tetanus, batu rejan, hepatitis B, gondongan, cacar air, TBC, dll.
6.      Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat ( populasi ) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti imunisasi cacar.
C.     Macam-macam Imunisasi
Imunisasi atau kekebalan berdasarkan asalnya dibagi menjdi dua hal, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi dikatakan aktif ialah apabila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya immunitas, sedangkan imunisasi dapat dikatakan pasif apabila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya menerimanya. Tetapi baik pasif maupun aktif dapat berlangsung alami, biasanya bawaan ( congenital ) atau didapat (acquired).
1.      Imunisasi Aktif
a.       Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibody sendiri. Contohnya imunisasi polio dan campak.
b.      Imunisasi aktif adalah zat anti yang dibentuk tubuh itu sendiri dan akan bertahan selama bertahun-tahun.
c.       Imunisasi aktif adalah pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologik spesifik yang akan menghasilkan respon selular dan humoral serta dihasilkan sel memori, sehingga apabila benar – benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon.
d.      Imunisasi aktif dibentuk untuk pencegahan penyakit dilakukan dengan memberikan vaksin terhadap beberapa penyakit infeksi.
Imunisasi aktif dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a.       Didapat secara alami ( Naturally Acquired )
Contohnya adalah difteria di negeri yang sedang berkembang tanpa imunisasi yang teratur dan menyeluruh.Anak – anak secara alami sampai umur belasan tahun mendapat infeksi berbentuk silent abortive yang menyebabkan sebagian anak mendapatkan sakit yang ringan kemudian sembuh dengan sendirinya dan imun.Hanya anak yang dalam keadaan tertentu menjadi sakit berat.silent abortive infection ini dapat dibuktikan dengan uji schick yang frekuensi hasil negatifnya menjadi lebih besar pada umur lebih tua. Contoh lain adalah poliomyelitis, dimana 98% anak berumur 7 tahun telah mempunyai zat anti terhadap penyakit ini, sehingga dinegara yang sedang berkembang poliomyelitis terutama menyerang anak berumur kurang dari 7 tahun. Imunitas alami merupakan imunitas yang terkuat, tetapi perlu diperhitungkan beberapa anak yang oleh infeksi alami itu meninggal atau sembuh dengan cacat seumur hidup. Oleh karena itu, imunisasi secara sengaja ( Artificially Induced ) perlu dilaksanakan sebanyak – banyaknya, mencakup semua anak.
b.      Sengaja dibuat ( Artificially Induced )
Cara pemberian imunitas terdiri dari 3 macam antigen, yaitu:
a)      Live Attenuated Bacteria Or Virus
Yang dipakai ialah kuman yang masih hidup namun telah dijinakan (attenuated), sehingga tidak dapat menyebabkan penyakit, melainkan masih dapat mengakibatkan imunitas, misalnya Smallpox, Barcillus Calmette Guerin (BCG), polio sabin, campak, dan pada waktu ini diluar negeri juga telah ada vaksin untuk ensevalitis, trakoma, dll.
b)      Killed Bacteria Or Virus
Misalnya kolera, tifus abdominalis, paratipus, polio salk.
c)      Toksoid
Yang dipakai ialah toksin yang telah diolah sedemikian rupa. Misalnya dengan formol dan kemudian diabsorpsi dengan alumunium sehingga biasanya dinamakan formol toxoid alum precipitated. Arti absorpsi dengan alumunium ialah agar dapat merupakan depot dijaringan tubuh sehingga pengeluaran dari depot berlangsung sedikit demisedikit dalam jangka waktu lama.Oleh karena itu, lebih efektif dan menghasilkan kuantitas zat anti yang lebih besar.
Reaksi tubuh terhadap antigen lambat sehingga waktu untuk mendapatkan zat anti akan lama pula. Cara yang lazim dipakai sekarang ialah dengan melaksanakan terlebih dahulu imunisasi dasar yang terdiri dari tiga imunisasi berturut – turut dengan jarak antara 4 – 8 minggu. Yang menyimpang dari cara diatas ialah imunisasi cacar (smallpox) dan BCG yang hanya dikerjakan sekali namun imunisasi ulangan ( booster) harus dilakukan pula.
Imunisasi aktif ini dilakukan dengan vaksin yang mengandung :
1.      Kuman – kuman mati ( misalnya : vaksin cholera – typhoid / typus abdominalis – paratyphus ABC, vaksinpertusis batuk rejan )
2.      Kuman – kuman hidup di perlemah ( misalnya : vaksin BCG terhadap tuberculosis )
3.      Virus – virus hidup di perlemah ( misalnya : bibit cacar, vaksin poliomyelitis )
4.      Toxoid ( toksin = racun dari pada kuman yang dinetralisasi : toxoid difetri, toxoid tetanus )
Vaksin diberikan dengan cara disuntikan atau per-oral / melalui mulut terhadap pemberian vaksin tersebut, maka tubuh membuat zat – zat anti terhadap penyakit bersangkutan ( oleh karena itu, dinamakan imunisasi aktif, kadar zat – zat dapat diukur dengan pemeriksaan darah ) dan oleh sebab itu menjadi imuns ( kebal ) terhadap penyakit tersebut.Pemberian vaksin dengan cara menyuntikan kuman atau antigen murni akan menyebabkan benar – benar menjadi sakit. Oleh karena itu, dibutuhkan dalam bentukvaksin, yaitu kuman telah dilemahkan. Pemberian vaksin akan merangsang bentuk untuk membentuk antibody.
Untuk itu dalam imunisasi aktif terdapat 4 macam kandungan yang terdapat dalam setiap vaksinnya antara lain :
1.      Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi semacam zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan, yang dapat berupa polisakarida, toxoid, atau virus yang dilemahkan atau bakteri yang dimatikan.
2.      Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan
3.      Preservative, stabilizer, dan antidiotica yang berguna untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi anti gen.
4.      Adjuvant yang terdiri dari garam alumunium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas anti gen.
Sementara untuk keperluan aktif tersedia antara lain :
1.      Vaksin BCG ( bacillus calmette – Guerin untuk tuberculosis )
2.      Vaksin DPT ( Dipteri Pertusis Tetanus )
3.      Vaksin polimielitis
4.      Vaksin campak
5.      Vaksin typa ( typus abdominalis )
6.      Toxoid tetanus
Namun, pemerintah tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi tersebut harus dilakukan semua. Hanya ada 5 jenis imunisasi pada anak dibawah 5 tahun yang harus dilakukan antara lain :
1.      BCG bacillus calmette – Guerin )
2.      DPT ( difteri Pertusis Tetanus )
3.      Polio
4.      Campak
5.      Hepatitis B
2.      Imunisasi Pasif
a.       Imunisasi pasif adalah zat anti yang didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntikan bahan atau serum yang mengandung zat anti atau zat anti dari ibunya selama dalam kandungan. Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak bertahan lama.
b.      Imunisasi pasif adalah pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
c.       Imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibody sehingga kadar antibody dalam tubuh meningkat.
d.      Pemberian antibody dengan tujuan untuk memberikan pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi. Transfer imun yang dibentuk bersifat sementara selama antibody masih aktif. Transfer imun juga dapat terjadi pada BBL, misalnya imunoglobin G yang disalurkan dari ibu ke bayi secara transplasental.
Macam-macam imunisasi pasif:
1.      Imunisasi pasif bawaan
Imunisasi pasif bawaan merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya berasal dari ibunya selama dalam kandungan.Misalnya terdapat pada bayi baru lahir (neonatus) sampai bayi berumur 5 bulan.Neonates mendapatkan imunisasi tersebut dari ibu sewaktu dalam kandungan, yaitu berupa zat antibody yang melalui jalan darah menembus plasenta. Zat anti tersebut berupa globulingama yang mengandung imunitas, seperti yang juga dimiliki oleh ibu. Dengan demikian, sampai umur 5 bulan bayi dapat terhindar dari beberapa penyakit infeksi seperti campak ( measles), difteri, dsb.
Imunitas terhadap difteria dapat dibuktikan dengan uji schick, yaitu dengan menyuntikan toksin difteri intrakutan (IC). Bila bayi masih mempunyai zat anti difteri maka hasil reaksi akan negative.
Terhadap campak bayi masih dapat dikatakan mempunyai kekebalan pasif bawaan sampai umur 7 bulan.Kekebalan seperti ini juga ada terhadap tetanus, pertussis, kokus, dan tifus abdominalis.Namun, sedikit sekali sehingga bayi tidak dapat terhindar dari infeksi – infeksi tersebut.

2.      Imunisasi pasif didapat
Imunisasi pasif didapat merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya berasal dari luar tubuh.Misalnya dengan suntik bahan atau serum yang mengandung zat anti.Zat anti ini didapat oleh anak dari luar dan hanya berlangsung pendek, yaitu 2 – 3 minggu karena zat anti seperti ini akan dikeluarkan kembali dari tubuh anak. Bahan zat anti demikian dapat berupa globulin gama murni yang didapat dari darah orang yang pernah mendapat penyakit, misalnya campak. Sebenarnya tidak hanya globulin gama murni yang dapat digunakan tetapi darah atau serumnya dapat pula dipakai untuk disuntikan (Intramuscular), tetapi tentunya dalam hal yang terakhir ini di perlukan jumlah yang lebih banyak. Contoh lain adalah serum pemberian anti tetanus terhadap penyakit tetanus. Dengan mendapat luka terutama yang dalam dan kotor, atau karena jatuh ditanah atau tertusuk oleh bambu atau paku yang berkarat yang sudah lama berada di tanah, dsb.Maka untuk mencegah terjadinya tetanus, dapat diberikan profilaksis dengan serum anti tetanus.Serum tetanus ini biasanya di dapat dari darah seekor kuda yang lebih dulu di imunisasi terhadap tetanus dan oleh karena itu mengandung zat – zat anti terhadap tetanus.Dengan penyuntikan serum anti tetanus, maka anak menerima zat – zat anti secara pasif untuk menghadapi penyakit tetanus.Tubuhnya tidak membuat zat – zat anti tersebut seperti dalam hal penyuntikan toxoid tetanus.
Berlainan dengan imunisasi aktif yang menghasilkan kekebalan untuk waktu lama, maka imunisasi pasif melindungi anak selama 2 – 3 minggu. Selain dari pada itu, oleh karena serum anti tetanus kuda merupakan protein asing bagi manusia, maka sebelum penyuntikan perlu dilakukan test kulit ( skin test ) terlebih dahulu untuk mengetahui anak cocok atau tidak terhadap serum kuda untuk menghindarkan dari reaksi – reaksi anafilatik.



2.2        IMUNISASI YANG DIANJURKAN
Disamping lima imunisasi dasar yang wajib ( BCG, DPT, hepatitis B, polio dan campak ) diperoleh bayi sebelum usia setahun maka berikut ini terdapat beberapa jenis imunisasi yang tidak wajib akan tetapi di anjurkan, antara lain sebagai berikut:
1.      Imunisasi MMR ( Measles, Mumps, Dan Rubella )
Imunisasi MMR (Measles, Mumps, Dan Rubella) adalah imunisasi yamg diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit campak (Measles), parotis epidemika (Mumps atauGondongan) dan campak jerman (Rubella).
Waktu pemberian: Usia 15 bulan, dan diulang saat anak berusia 6 tahun.
Catatan khusus: Bisa diberikan pada umur 12 bulan, jika belum mendapat campak di usia 9 bulan.
a.       Penyakit Campak
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak yang penyebaran infeksinya terjadi dengan perantara droplet dengan masa inkubasi 10 – 14 hari, ditandai dengan ruam campak, demam, batuk.Komplikasi berat akibat akibat campak umumnya terjadi pada masyarakat golongan social ekonomi lemah atau rendah yang tidak mampu memanfaatkan pelayanan rumah sakit.Ada hubungan yang erat antara campak dengan kwashiorkor, marasmus dan xeroftalmia. Hampir tiap anak yang telah melalui usia satu tahun pernah menderita penyakit ini. Kematian diakibatkan berkisar antara 3 – 5% tetapi kadang – kadang dalam keadaan epidemi dapat mencapai 10 – 15%. Efektifitas vaksin dapat dilihat dari angka konfersi serum, yaitu kira – kira 85% pada usia 8 – 12 bulan, lebih dari 90% pada usia 12 – 15 bulan dan 100% pada usia diatas 15 bulan. Daya perlindungan pada waktu terjadinya wabah ialah 95,5% pada anak yang diimunisasi pada usia 12 bulan dan 74,5% pada anak yang diimunisasi kurang dari 11 bulan.
b.      Parotis Epidemika (Mums atau gondongan)
Penyakit parotis atau gondongan adalah penyakit yang di sebabkan oleh infeksi paramixovirus dan penyebarannya melalui droplet, dengan masa inkubasi 12 – 25 hari, dengan gejala tidak khas seperti anoreksia, myalgia, malaise, nyeri kepala, dan demam ringan yang kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis unilateral atau bilateral. Penyakit ini terutama terjadi pada anak usia 5 – 9 tahun.
c.       Rubella (campak jerman)
Penyakit rubella merupakan penyakit infeksi yang ringan dengan penyebaran infeksi melalui udara atau droplet, dengan gejala klinis yang mencolok adalah timbulnya ruam makulopapular yang bersifat sementara, limfadenopati kelenjar, kadang disertai atritis dan arthralgia.
2.      Imunisasi Typhoid (Tifus Abdominalis) Dan Paratifus A, B, C
Imunisasi typhoid adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit typhoid atau tifus abdominalis.Penyakit demam typhoid adalah penyakit yang disebabkan oleh salmonella typhi, yang menyebabkan infeksi dan ditandai dengan demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi atau diare, dengan masa inkubasi biasanya 7 – 14 hari.Bakteri dapat masuk ke dalam tubuh manusia karena manusia tersebut memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut.Transmisinya melalui fecal oral (diperantarai makanan dan feses yang terkontaminasi).Bakteri ini termasuk gram negative dan dapat bergerak lincah dan mempunyai flagella atau cambuk di tumbuhnya.
Untuk mencegah penyakit ini digunakan vaksin yang setiap militernya mengandung 1 milyar kuman S. thypi, ½ milyar kuman S. parathypi A, ½ milyar kuman S. parathypi B, ½ milyar kuman S. parathypi C yang masing – masing telah dibunuh. Imunisasi dasar cukup dibelikan 3 kali, masing – masing 0,25 ml untuk anak usia 5 tahun. Jarak antara tiap suntikan 12 minggu (3 bulan). Untuk memperkuat imunisasi dasar tersebut, perlu dilakukan imunisasi ulangan pada usia 5 tahun – masuk sekolah dasar dan pada usia 10 tahun – tamat sekolah dasar, atau bila diperkirakan terjadi kontak dengan penyakit ini, Vaksin diberikan melalui suntikan subkutan (SC). Tetapi tidak ada satupun vaksin yang membri proteksi 100% pada penyakit typhoid ini.
Namun demikian seandainya anak sudah diimunisasi typhoid infeksinya tidak akan seberat anak yang diimunisasi. Dipihak lain, tidak sedikit anak yang dianggap sakit biasa dan kemudian diberi antibiotika yang kuat untuk beberapa hari. Padahal kita baru menyadari terjadinya typhoid jika anak terlihat sakit berat dan kesadaran sudah mulai menurundan demam berlangsung lebih dari 5 hari. Tetapi itupun harus dibuktikan oleh pemeriksaan darah, khususnya kultur / biakan empedudan bukan pemeriksaan widal.
Penyakit ini sering dijumpai di Negara berkembang terutama di Asia, Afrika, Dan Amerika Latin. Bahkan diindonesia merupakan daerah yang endemis typhoid artinya cukup tinggi angka kesakitan akibat infeksi ini.Manfaat secara besar – besaran terbukti di Yugoslavia pada tahun 1954 – 1958, dimana dari 11.503 orang yang mendapat imunisasi pada tahun 1954 hanya 13 orang yang terkena penyakit ini. Pada tahun 1958, sedangkan dari 11.998 orang sebagai control terdapat 50 orang yang terkena penyakit ini.
Alasan Anak Diberi Imunisasi Typhoid
Kuman typhoid atau tifus, yakni salmonella typhosa,masuk ke tubuh melalui makanan dan minuman yang tercemar. Itu sebabnya kenapa penyakit tifus menyerang anak usia sekolah dasar ( SD ) karena mereka sudah sering terpapar makanan yang terpapar homemade.bayi dan batita jarang tifus karena relative belum terpapar makanan jenis itu. Namun, diusia 2 tahun anak sudah mulai bersekolah dan ruang lingkup semakin berkembang.
Anak tidak boleh diimunisasi typhoid saat dia mengalami sakit berat.Tetapi kondisi ringan harian bukanhalangan untuk imunisasi, seperti batuk pilek, demam ringan, atau diare ringan.
3.      Imunisasi HIB ( Haemophilus Influenza Tipe B )
Imunisasi HiB adalah imunisasi yang diberikan untuk melindungi tubuh dari Haemophilus Influenza Tipe B yang dapat menyebabkan pneumonia, penyakit radang selaput otak atau meningitis, dan epiglottitis (infeksi pada katup pitasuara dan tabung suara.Waktu pemberian pada umur 2, 4, 6, 15 bulan.Sementara untuk cacatan khusus bisa secara terpisah atau kombinasi.
4.      Imunisasi Hepatitis A
Imunisasi hepatitis A adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis A,yang menyebabkan penyakit hati.
Waktu pemberian: Pada umur di atas 2 tahun, dua kali dengan interval 6 - 12 bulan.
5.      Imunisasi Varicella (Cacar Air)
Imunisasi varicella yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit varisella (cacar air).Sebelum perang dunia ke II timbul epidemic cacar di Indonesia, yaitu pada tahun 1924. Sejak itu itu,berkat pencacaran yang baik dan teratur menurut system Terburhg, endemic pun tidak pernah terjadi. Pada setiap kecamatan disediakan mantra cacar untuk yang bertugas melakukan pencacaran pada semua anak dan orang dewasa yang secara primer dalam 6 bulan pertama, kemudian pencacaran ulang bagi penduduk yang harus mendapatkannya.Di Indonesia telah dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun 1978 sehingga selanjutnya vaksinasi terhadap penyakit ini tidak dianjurkan lagi. Oleh WHO, dunia juga telah dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun 1981.
Waktu pemberian: Pada umur di atas 5 tahun.
Efek Samping
1.         Vaksin generalisata, yaitu timbul erupsi yang menyeluruh sehingga anak dapat meninggal. Kelainan ini jarang sekali terjadi dan pada tahun-tahun terakhir ini terbukti bahwa pada kasus tersebut terdapat kelainan dasar berupa hipogamaglobulinemia.
2.         Vaksin tambahan, yaitu timbul erupsi ditempat lain karena anak dengan jarinya memindahkan virus ketempat lain.
3.         Ekzema vaksinotum yaitu akibat virus dipindahkan oleh jari anak ketempat yang mengalami ekzema. Oleh karena itu, kulit yang tidak bersih seluruhnya merupakan kontra pencacaran.
4.         Ensepalitis pasca vaksinasi. Tidak terdapat di indonesia, tetapi dilaporkan terjadi dinegeri barat, yaitu bila pencacaran lebih dari 1 tahun. Sebabnya belum diketahui benar.
6.      HPV (Humanpapilloma Virus)
Manfaat: Melindungi tubuh dari Humanpapilloma Virus yang menyebabkan kanker mulut rahim.
Waktu pemberian: Pada anak umur di atas 10 tahun, diberikan 3 kali dengan jadwal 0, 1-2 bulan kemudian, serta 6 bulan kemudian
7.      Rotavirus
Rotavirus merupakan imunisasi terbaru untukmencegah diare yang disebabkan oleh rotavirus. Di Australia, pemberian vaksin rotavirus merupakan imunisasi wajib. Vaksin ini diberikan tiga kali saat bayi dengan pemberian oral drop.
8.      Pneumokokus (PCV)
Manfaat: Melindungi tubuh dari bakteri pnemukokus yang bisa menyebabkan meningitis, pneumonia, dan infeksi telinga.
Waktu pemberian: Umur 2, 4, 6 bulan, serta antara 12 - 15 bulan.
Catatan khusus: Kalau mama belum memberikannya hingga usia anak di atas 1 tahun, PCV hanya diberikan dua kali dengan interval 2 bulan. Jika usia anak sudah 2 - 5 tahun, PCV hanya diberikan 1 kali.
9.      Influenza
Manfaat: Melindungi tubuh dari beberapa jenis virus influenza.
Waktu pemberian: Setahun sekali sejak usia 6 bulan. Bisa terus diberikan hingga dewasa.
Catatan khusus: Untuk usia di atas 2 tahun, vaksin bisa diberikan dalam bentuk semprotan pada saluran pernapasan.
2.3        PENYIMPANAN VAKSIN
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat kuman, komponen kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan tubuh seseorang. Bila vaksin diberikan pada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu sebagai produk biologis, vaksin memiliki karakteristik tertentu dan memerlukan penanganan yang khusus sejak diproduksi di pabrik hingga dipakai di unit pelayanan. Suhu yang baik untuk semua jenis vaksin adalah +20C sampai dengan +80C.
Agar kualitas vaksinasi sesuai dengan standar yang di tetapkan guna menumbuhkan imunitas yang optimal bagi sasaran imunisasi maka dibutuhkan suatu cara penyimpanan vaksin yang baik, yang disebut rantai dingin ( Cold Chain ). Rantai dingin adalah suatu prosedur dan peralatan yang digunakan dalam penyampaian vaksin dari pabrik pembuat vaksin sampai dilakukan penyempitan. Rantai dingin adalahcara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam keadaan baik atau tidak rusak sehingga mempunyai kemampuan atau efek kekebalan terhadap penerimanya, akan tetapi apabila vaksin diluar temperature yang dianjurkan maka akan mengurangi potensi kekebalannya. Tujuan rantai dingin adalah untuk memperkecil kesalahan selama pelayanan terhadap vaksin dan dapat diyakinkan bahwa vaksin yang digunakan masih mempunyai potensi yang menimbulkan kekebalan. Vaksin yang tidak potensi lagi bila tetap digunakan / diberikan akan mengakibatkan kerugian antara lain :
a.                   Hilangnya kepercayaan masyarakat
b.                   Harga vaksin yang mahal tidak dapat mencapai sasarannya
c.                   Biaya operasional yang besar
Unsur – Unsur Rantai Dingin
a.                   Kamar dingin ( cold room / storage )
b.                   Lemari es ( absorbsi dan kompresi )
c.                   Cold box yang berisi cold pack
d.                  Termos es
Penyimpanan vaksin yang tidak baik atau menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, dapat mengakibatkan kerusakan vaksin sehinggamenurunkan atau menghilangkan potensinya. Bahkan bila deberikan kepada sasaran dapat menimbulkan Kejadian Ikutan Pasca Imuniasasi ( KIPI ) yang tidak diinginkan. Kerusakan vaksin dapat mengakibatkan kerusakan sumber daya yang tidak sedikit, baik dalam bentuk biaya vaksin maupun biaya – biaya lain yang terpaksa dikeluarkan untuk menanggulangani masalah Kejadian Ikutan Pasca Imuniasasi ( KIPI ) atau Kejadian Luar Biasa ( KLB ).
Telah disebutkan sebelumnya bahwa suhu yang baik untuk semua jenis vaksin adalah +20C sampai dengan +80C. Maka semua vaksin akan rusak bila terpapar panas atau terkena sinar matahari langsung. Tetapi beberapa vaksin juga tidak tahan terhadap pembekuan, bahkan dapat rusak secara permanen dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan bila vaksin terpapar panas. Jadi, anggapan bahwa bila sudah ada pendingin(kulkas) maka vaksin baik merupakan anggapan yang tidak tepat dan perlu diluruskan campak.
Maka bidan terutama yang bertugas dalam pemberian imunisasi perlu mengetahui penggplongan vaksin berdasarkan sensitivitas terhadap suhu berikut ini agar dapat melakukan penyimpanan vaksin dengan tepat. Penggolongan vaksin berdasarkan sensitivitas terhadap suhu sebagai berikut:
1.         Vaksin sensitif beku(freeze sensitive/FS)
a.    Merupakan golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dibawa     00C (beku)
b.   Vaksin tersebut adalah vaksin Hepatitis B, DPT, DPT-HB, DT, TT.
2.         Vaksin sensitive panas ( Heart sensitive / HS )
a.    Merupakan golongan vaksin yang akan rusak terhadap paparan panas yang berlebihan.
b.   Vaksinnya yaitu: vaksin BCG, POLIO, dan campak.
Ditingkat puskesmas semua vaksin disimpan dalam suhu lebih dari 2oC sampai dengan 8oC, sedangkan freeze hanya diperuntukan bagi pembuatan cold pack(es batu). Untuk pendistribusian vaksin kelapangan seperti ke posyandu,sebaiknya menggunakan cold pack, karena tempat yang panas atau yang jauh,sebaiknya vaksin diatur sesuai sensitivitasnya terhadap suhu dan diberi pelapis atau jenis vaksin yang berbeda.
2.4        KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
Jenis Imunisasi
Efek Samping
Penangaan
HiB ( Haemophilus Influenza tipe B )
Reaksi luka ringan seperti eritema, nyeri, dan demam ringan.

Measles ( campak )
Anoreksia, malaise, ruam dan demam sampai 10 hari

Mumps
Secara essensial tidak ada efek samping

Rubella
Demam, limfadenopati, ruam ringan, ( berakhir 1 – 2 hari setelah imunisasi ), artalgia, artritis, serta parestesia tangan dan jari

Varicella
Nyeri tekan, kemerahan, dan makopopular.

Typhoid


Hepatitis A





           










BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Imunisasi bertujuan untuk merangsang system imunologi tubuh untuk membentuk antibody spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit. (Supartini,2004). Walaupun cakupan imunisasi tidak sama dengan 100% tetapi sudah mencapai 70% maka anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi pun akan terlindungi oleh adanya suatu “herd immunity”.
Vaksin sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek samping yang tidak diperkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama reaksinya antara penerima yang satu dengan penerima lainnya. Efek samping imunisasi yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following Immunization (AEFI) adalah suatu kejadian sakit yang terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga berhubungan dengan imunisasi.Penyebab kejadian ikutan pasca imunisasi terbagi atas empat macam, yaitu kesalahan program/tehnik pelaksanaan imunisasi, induksi vaksin, faktor kebetulan dan penyebab tidak diketahui.Gejala klinis KIPI dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala lokal dan sistemik.Gejala lokal seperti nyeri, kemerahan, nodelle/ pembengkakan dan indurasi pada lokasi suntikan. Gejala sistemik antara lain panas, gejala gangguan pencernaan, lemas, rewel dan menangis yang berkepanjangan.
3.2. Saran
1.         Tingkat pendidikan ibu tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
2.         Jarak rumah ke Puskesamas tidak mempunyai pengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
3.         Pengetahuan ibu mempunyai pengaruh positip terhadap kelengkapan imunisasi dasar, yang berarti bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi akan berpengaruh meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
4.         Motivasi ibu mempunyai pengaruh positip terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Yang berarti bahwa semakin baik motivasi ibu akan  berpengaruh meningkatkan kelengkapanimunisasi dasar pada bayi.
5.         Tenaga Kesehatan  Berupaya untuk meningkatan pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi dasar bagi bayi sehingga ibu yang mempunyai bayi berusaha meningkatkan kelengkapan imunisasi bayi melalui penyuluhanpenyuluhan di masyarakat.
6.         Berupaya untuk meningkatan motivasi ibu dengan memberikan informasi tentang imunisasi dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan bayi dan meningkatkan kelengkapan imunisasi bayi.
7.         Ibu yang mempunyai bayi Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang manfaat imunisasi bagi anaknya. Agar mempunyai motivasi yang besar dalam meningkatkan kesehatan bayi dan keluarganya
8.         Peneliti selanjutnya Diharapkan dapat menambah jumlah responden, lebih mespesifikkan jenis imunisasi, meneliti dengan variabel bebas yang baru, dsb.
9.         Diharapkan peneliti selanjutnya agar meneliti dengan menggunakan metode eksperimen dalam bentuk penyuluhan kesehatan.
10.     Dapat menjadi informasi dan data sekunder dalam pengembangan penelitian selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Staf pengajar ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran universitas Indonesia.1985. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta : Infomedika Jakarta.
Lia Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonates Bayi Dan Anak Balita.Jakarta : Salemba Medika.
Alimul Hidayat, A.Aziz. 2008. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Gufte, S. 2004. Panduan Perawata Anak. Jakarta : Pustaka Popular Obor.




Tidak ada komentar: