Sabtu, 02 November 2013

Kesehatan Bayi dan Balita di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia (kompas 2006). Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat di kembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (kompas 2006).
Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi, dan angka harapan hidup waktu lahir.
Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak (WHO, 2002) karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah tertinggi di negara ASEAN. Sedangkan angka kesakitan bayi menjadi indikator ke dua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita.
2.      Rumusan Masalah
A.    Apa itu angka kesakitan dan kematian bayi serta berapa angka kesakitan dan kematian bayi di Indonesia?
B.     Apa itu angka kesakitan dan kematian balita serta berapa angka kesakitan dan kematian balita di Indonesia?
C.     Apa penyebab Kematian dan Kesakitan bayi dan balita di Indonesia?
D.    Sebutkan 10 Penyakit terbesar yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian bayi dan balita di Indonesia!
E.     Sebutkan dan Jelaskan bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi atau menurunkan angka ksakitan dan angka kematian bayi dan balita di Indonesia!
3.      Tujuan
A.    Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian angka kematian dan angka kesakitan bayi di Indonesia serta juga mampu menyebutkan berapa angka kematian dan kesakitan bayi di Indonesia.
B.     Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian angka kematian dan angka kesakitan balita di Indonesia serta juga mampu menyebutkan berapa angka kematian dan kesakitan balita di Indonesia.
C.     Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan penyebab apa saja yang mengakibatkan angka kematian dan kesakitan bayi dan balita di Indonesia.
D.    Mahasiswa dapat menyebutkan 10 penyakit terbesar yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian bayi dan balita di indonesia
E.     Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan upaya-upaya pemerintah dalam mengatasi masalah ini.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Angka Kesakitan dan Kematian Bayi
1.      Angka Kesakitan Bayi
Angka kesakitan bayi (Morbiditas) adalah perbandingan antara jumlah penduduk karena penyakit tertentu dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun, dan dinyatakan dalam per 1000 penduduk. Kegunaan dari mengetahui          angka kesakitan ini adalah sebagai indikator yang digunakan untuk menggambarkan pola penyakit tertentu yang terjadi di masyarakat. Angka kesakitan bayi adalah perbandingan antara jumlah penyakit tertentu yang ditemukan di suatu wilayah tertentu pada kurun waktu satu tahun dengan jumlah kasus penyakit bayi tertentu yang ditemukan di suatu wilayah pada kurun waktu yang sama dikali seratus persen.
2.      Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian (Mortalitas) digunakan untuk menggambarkan pola penyakit yang terjadi di masyarakat. Kegunaan dari mengetahui angka kematian ini adalah sebagai indikator yang digunakan sebagai ukuran derajat kesehatan untuk melihat status kesehatann penduduk dan keberhasilan pelayanan kesehatan dan upaya pengobatan yang dilakukan. Sementara itu, yang dimaksud dengan angka kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Jadi, Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia di bawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Secara garis besar, adapula yang membagi kematian bayi menjadi dua, berdasarkan penyebabnya yaitu :
                                i.            Kematian Neonatal atau disebut juga kematian bayi endogen adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan. Kematian bayi neonatal atau bayi baru lahir ini umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
                              ii.            Kematian post-natal atau disebut dengan kematian bayi endogen adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia 1 tshun ysng disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan.
Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR) di Indonesia masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan banyak Negara lain. Tercatat pada tahun 1994 IMR di Indonesia yang mencapai 57 kematian per 1.000 kelahiran hidup turun menjadi 46 kematian per 1.000 kelahiran hidup di tahun 1997, dan kemudian turun lagi menjadi 35 kematian per 1.000 kelahiran di tahun 2002. Data tahun 2007, dari 1.000 kelahiran hidup, 34 bayi meninggal sebelum usia 1 tahun.
Departemen Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 tahun. Data bersumber dari survei terakhir pemerintah, yaitu dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI). Selaras dengan target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), Depkes telah mematok target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015. Berdasarkan SDKI telah terjadi penurunan AKB secara signifikan selama 4 tahun survei dari 66 per 100 kelahiran hidup pada tahun 1994 menjadi 39 per 100 kelahiran hidup pada tahun 2007. Provinsi Jawa Barat tercatat sebagai daerah paling tinggi angka kematian bayi dan balita setelah NTT (Nusa Tenggara Timur) dan Papua.
Di bawah merupakan tabel survey menurt SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia)
Provinsi
1994
1997
2002-2003
2007
DKI Jakarta
30
26
35
28
Jawa Barat
89
61
44
39
Jawa Tengah
51
45
36
26
D.I Yogyakarta
30
23
20
19
Jawa Timur
62
36
43
35
Banten
Tidak ada
Tidak ada
36
46

B.     Angka Kesakitan dan Kematian Balita
1.      Angka Kesakitan Balita
Angka kesakitan balita berkaitan dengan kesakitan oleh karena adanya penyakit akut, penyakit kronik, atau kecacatan pada masa balita. Angka kesakitan balita adalah perbandingan antara jumlah kasus penyakit balita tertentu yang ditemukan di suatu wilayah pada kurun waktu 1 tahun dengan jumlah kasus penyakit tertentu yang ditemukan di suatu wilayah pada kurun waktu yang sama dikalikan seratus persen.
2.      Angka Kematian Balita
Angka kematian balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun. Jadi, Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama 1 tahun tertentu per 1000 anak pada umur yang sama pada pertengahan tahun tersebut (termasuk kematian bayi).
C.    Penyebab Morbiditas dan Mortalitas Pada Bayi dan Balita
Angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah tertinggi di negara ASEAN. Tiap tahun 12,9 juta anak meninggal, 28% kematian di sebabkan karna pneumania, 23% karna penyakit diarre, dan 16% karna penyakit tidak memeperoleh vaksinasi. Penyebab angka kesakitan dan kematian anak terbanyak saat ini masih diakibatkan oleh pneumonia dan diarre. Pencegahan sederhana dan dapat di peroleh seperti vaksin, antibiotik, terapi rehidrasi oral, kontrasepsi, dapat mencegah 25-90% kematian karna penyebab spesifik. Secara keseluruhan 65% kematian anak bisa di cegah dengan biaya murah.
D.    Faktor-Faktor yang menyebabkan Morbiditas dan Mortalitas Pada Bayi dan Balita
1.      Faktor kesehatan
Faktor kesehatan ini merupakan faktor utama yang dapat menentukan status kesehtan anak secara umum. Faktor inin ditentukan olehb status kesehatan anak itu sendiri, status gizi dan kondisi sanitasi.
2.      Faktor Sosial Ekonomi
Pengaruh sosial ekonomi sangat terasa bagi masyarakat Indonesia, karena tingkat kemiskinan di Indonesia masih tinggi, sehingga pemberian gizi atau makanan yang layak kepada bayi dan balita masih dianggap kurang di Indonesia.
3.      Faktor kebudayaan
Pengaruh kebudayaan juga sangat menentukan status kesehatan anak, dimana terdapat keterkaitan secara langsung antara budaya dan pengetahuan.budaya di masyarakat dapat menimbulakan penurunan kesehatan anak, misalnya terdapat beberapa budaya di masyarakat yang dianggap baik oelh masyarakat padahal budaya tersebut justru menurunkan kesehtan anak. Sebagai contoh, anak badannta panas akan di bawa ke dukun dengan kenyakinan terjadi kesurupan, anak paska oprasi dilarang memakan daging sysm karena daging ayam menambah nyeri pada luka. Berbagai contoh budaya yang ada di masyarakat tersebut sangat besar mempengaruhi kesehatan anak, mengingat anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang tentunya membutuhkan perbaikan gizi atau nutrisi yang cukup.
4.      Faktor keluarga
Faktor keluarga dapat menentukan keberhasilan perbaikan status kesehatan anak pengaruh keluarga pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sangat besar melalui pola hubungan anak dan keluarga serta nilai-nilai yang di tanamkan peningkatan status kesehatan anak juga berkaitan langsung dengan peran dan fungsi keluarga terhadap anaknya serta membesarkan anak,memberikan dan menyediakan makanan melindungi kesehatan mempersiapkan pendidikan anak,dll.
E.     10 Penyakit Terbesar yang Menyebabkan Morbiditas dan Mortalitas Pada Bayi dan Balita di Indonesia
1.      ISPA dan Pneumonia
ISPA yang merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah suatu kelompok penyakit yang menyerang saluran pernafasan. Secara anatomis, ISPA dibagi menjadi dua bagian yaitu :
                                i.         ISPA Atas (Acute Upper Respiratory Infections)
ISPA Atas yang perlu diwaspadai adalah radang saluran tenggorokan atau pharingitis dan radang telinga tengah atau otitis. Pharingitis yang disebabkan kuman tertentu (streptococcus hemolyticus) dapat berkomplikasi dengan penyakit jantung (endokarditis). Sedangkan radang telinga tengah yang tidak diobati dapat berakibat terjadinya ketulian.
                              ii.         ISPA Bawah (Acute Lower Respiratory Infections)
Salah satu ISPA Bawah yang berbahaya adalah Pneumonia.
Pneumonia adalah penyakit yang menyerang paru-paru dan ditandai dengan batuk dan kesukaran benafas. Balita yang terserang pneumonia dan tidak segera diobati dengan tepat sangat mudah meninggal.
Di Indonesia, angka kejadian pneumonia pada balita adalah sekitar 10-20% per tahun. Angka kematian pneumonia pada balita di Indonesia adalah 6 per 1000 balita. Ini berarti dari setiap 1000 balita setiap tahun ada 6 orang diantaranya yang meninggal akibat pneumonia. Jika dihitung, jumlah balita yang meninggal akibat pneumonia di indonesia dapat mencapai 150.000 orang per tahun, 12.500 per bulan, 416 per hari, 17 orang per jam atau 1 orang balita tiap menit. Usia yang rawan adalah usia bayi (dibawah 1 tahun), karena sekitar 60-80% kematian pneumonia terjadi pada bayi.
Secara umum, ada 3 faktor resiko ISPA, yaitu keadaan sosial ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak, keadaan gizi dan cara pemberian makan, serta kebiasaan merokok dan pencemaran udara. Pencegahan ISPA dan Pneumonia yaitu dengan cara pemberian imunisasi campak dan pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak yang efektif, sekitar 11% kematian pneumonia balita dapat dicegah dan dengan imunisasi DPT, 6% kematian pneumonia dapat dicegah. Secara umum dapat dikatakan bahwa pencegahan ISPA adalah dengan hidup sehat, cukup gizi, menghindari polusi udara dan pemberian imunisasi lengkap.
2.      Diare
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, kadang-kadang disertai oleh darah atau lendir.
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang, termasuk indonesia. Di Indonesia, penyakit diare adalah salah satu penyebab kematian utama setelah infeksi saluran pernafasan. Angka kematian akibat diare di Indonesia masih sekitar 7,4%. Sedangkan angka kematian akibat diare persisten lebih tinggi yaitu 45% (solaiman, EJ, 2001). Sementara itu, pada survey morbiditas yang dilakukan oleh depkes tahun 2001, menemukan angka kejadian diare di indonesia adalah berkisar 200-374 per 1000 penduduk. Sedangkan menurut SKRT 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan angka kematian akibat diare pada balita adalah 75 per 100.000 balita.
Insiden penyakit diare yang berkisar antara 200-374 dalam 1000 penduduk, dimana 60-70% diantaranya anak-anak usia dibawah 5 tahun. Penyakit diare ini adalah penyakit yang multi faktoral, dimana dapat muncul karena akibat tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang kurang serta akibat kebiasaan atau budaya masyarakat yang salah. Oleh karena itu, keberhasilan menurunkan serangan diare sangat tergantung dari sikap setiap anggota masyarakat, terutama membudayakan pemakaian larutan oralit dan cairan rumah tanggapada anak yang menderita diare.
Saat ini sedang digalakkan dan dikembangkan pada masyarakat luas untuk menanggulangi diare dengan upaya rehidrasi oral (oralit) dan ternyata dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan karena diare.
3.      Berat Badan Rendah (BBLR) sebesar 29%
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena premature dan BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR karena IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemi, malaria dan menderita penyakit menular  seksual(PMS) sebelum konsepsi atau saat kehamilan.
4.      Afiksia (Kesulitan Bernafas saat Lahir) sebesar 27%
Afiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara sepontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Pernafasan spotan BBL terganntung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan dan pertukaran gas tau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian.
5.      Masalah nutrisi dan infeksi sebesar 10%
Infeksi neonatus sering dijumpai sebagai gangguan neonatus dimana di Indonesia merupakan masalah yang gawat. Infeksi neonatus adalah penyakit pada bayi baru lahir dengan umur kurang dari 1 bulan, bayi-bayi yang terkena infeksi menunjukan dengan kriteria-kriteria diagnosis. Infeksi neonatus merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi-bayi baru lahir. Infeksi pada neonatus merupakan salah satu penyebab tertinggi terhadap terjadinya morbiditas  dan mortalitas selama periode ini. Lebh kurang 2% janin dapat terinfeksi in utero dan 10% bayi baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan pertama kehidupan.
6.      DHF
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan Arbovirus  melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Gejala klinis DHF (dengue hemoragic fever) dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu derajat I ditandai adanya panas 2-7 hari dengan gejala umumnya tidak khas, tetapi uji tourniquet positif; derajat II sama seperti derajat I, tetapi sudah ada tanda-tanda perdarahan spontan, seperti petekie, ekimosa, epitaksis, hematemesis, melena, perdarahan gusi, telinga, dan lain-lain; derajat III ditandai adanya kegagalan dalam peredaran darah, seperti adanya nadi lemah dan cepat serta tekanan darah menurun; dan derajat IV ditandai adanya nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, akral dingin, berkeringat, dan adanya sianosis. Kadang-kadang dijumpai gejala seperti pembesaran hati, adanya nyeri, asites, dan tanda-taanda ensefalopati, seperti kejang, gelisah, sopor, dan koma.
7.      Bronkitis
Bronkitis adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung dan tenggorokan. Bronkus merupakan suatu pipa sempit yang berawal pada trakea, yang menghubungkan saluran pernafasan atas, hidung, tenggorokan, dan sinus ke paru. Gejala bronkitis umumnya diawali dengan batuk pilek, akan tetapi jika infeksi ini telah menyebar ke bronkus, maka batuknya akan bertambah parah dan bertambah sifatnya.
8.      Kejang demam
Mmerupakan bangkitan kejang yang dapat terjadi karena peningkatan suhu akibat proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antara usia 6 bulan – 4 tahun, lamanya kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam. Pada kejang demam, wajah anak akan menjadi biru, matanya berputar-putar, dan anggota badannya akan brgetar dengan hebat.
Kejang demam sering terjadi pada anak di bawah usia satu tahun samai awal kelompok usia dua sampai lima tahun, karena pada usia ini otak anak sangat rentan terhadap peningkatan mendadak suhu badan. Sekita sepuluh persen anak mengalami sekurang-kurangnya 1 kali kejang. P[ada usia lima tahun, sebagian besar anak telah dapat mengatasi kerentanannya terhadap kejang demam
9.      Hiperbilirubinemia
Merupakan suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus, yang dikenal dengan ikterus neonatorum patologis. Hiperbilirubinemia yang merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskular, sehingga konjungtiva, kulit, dan mukosa akan berwarna kuning. Keadaan tersebut juga berpotensi besar terjadi ikterus, yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Bayi yang mengalami bilirubinemia memiliki ciri sebagai berikut: adanya ikterus tejadi pada 24 jam pertama, peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10 mg% atau lebih setiap 24 jam, konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonatus yang cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonatus yang kurang bulan, ikterus disertai dengan proses hemolisis kemudian ikterus yang disertai dengan keadaan berat badan lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernapasan dan lain-lain.
10.  Tetanus neonatorum
Merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi melalui tali pusat. Penyakit ini disebabkan oleh Clostridium tetani yang bersifat anaerob, dimana kuman tersebut berkembang pada keadaan tanpa oksigen. Tetanus pada bayi dapat disebabkan karena tindakan pemotongan tali pusat yang kurang steril. Masa inkubasi penyakit ini antara 5-14 hari.
F.     Upaya Pemerintah Dalam Menurunkan Angka Kematian dan Kesakitan Bayi dan Balita
Pemerintah telah membuat berbagai kebijakan untuk mengatasi persoalan kesehatan anak, khususnya untuk menurunkan angka kematian anak, diantaranya sebagai berikut:
1.      Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pemerintah pelayanan kesehatan.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan serta pemerintahan pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat telah di lakukan berbagai upaya, salah satunya adalah dengan meletakkan dasar pelayanan kesehatan pada sektor pelayanan dasar. Pelayanan dasar dapat dilakukan di perpustakaaan  induk, perpustakaan pembantu,posyandu,serta unit-unit yang berkaitan di masyarakat. Bentuk pelayanan tersebut dilakukan ndalam rangka jangkauan pemerataan pelayanan kesehatan. Upaya pemerataan tersebut dapat dilakukan dengan penyabaran bidan desa, perawat komuniksi,fasilitas balai kesehatan,pos kesehatan, desa, dan puskesmas keliling.
2.      Meningkatkan status gizi masyarakat
Peningkatkan status gizi masyarakat merupakan merupakan bagian dari upaya untik mendorong terciptanya perbaikan status kesehatan. Dengan pemerintah gizi yang baik diharapkan pertumbuhan dan perkembangan anak akan baik pula, disamping dapat memperbaiki status kesehatan anak. Upaya tersebut dapat dilakukan malalui berbagai kegiatan,di antaranya upaya perbaikan gizi keluarga atau dikenal dengan nama UPKG. Kegiatan UPKG tersebut didorong dan diarahkan pada peningkatan status gizi, khususnya pada masyarakat yang rawan atau memiliki resiko tinggi terhadap kematian atau kesakitan. Kelompok resiko tinggi terdiri anak balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia yang golongan ekonominya rendah. Melalui upaya tersebut. Peningkatan kesehatan akan tercakup pada semua lapisan masyarakat khususnya pada kelompok resiko tinggi.
3.      Meningkatkan peran serta masyarakat
Peningktan oeran serta masyarakat dalam membantu ststus kesehatan  inin penting, sebab upaya pemerintah dalam rangka menurunkan kematian bayi dan anak tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah, melainkan peran serta masyarakat dengan keterlibatan atau partisipasi secara langsung. Upaya masyarakat tersebut sangat menentukan keberhasilan proram pemerintah sehingga mampu  mangatasi berbagai masalah kesehatan. Melalui peran serta masyarakat diharapkan mampu pula nbersifat efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan. Upaya atau program kesehtan antara lain pelayanan imunisasi, penyedian air bersih, sanitasi lingkungan, perbaikan gizi dan lain-lain. Upaya tersebut akan memudahkan pelaksanaan program kesehatan yang tepat pada sasaran yang ada.
4.      Meningkatkan manajemen kesehatan 
Upaya meningkatan program pelayanan keshatan anak dapat berjalan dan berhasil dengan baik bila didukung dengan perbaikan dalam pengelolaan pelayanan kesahatan. Dalam hal ini adalah meningkatan manajemen pelayanan malalui pendayagunaan tenaga kesehatan profesonal yang mampu secara langsung mengatasi masalah kesehatan anak. Tenaga kesehatan yang dimaksud antara lain tenaga perawat, bidan,dokter yang berada diperpustakaan yuang secara langsung berperan dalam pemberian pelayanan kesehatan.




BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat di kembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (kompas 2006). Angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi jika di bandingkan dengan negara lain di ASEAN.
Penyakit terbesar yang mengakibatkan angka kematian dan kesakitan bayi dan balita di Indonesia cukup tinggi adalah penyakit diare, ISPA dan pneumonia, bayi dengan berat badan lahir rendah, afiksia, dan infeksi. Salah satu faktor penyebab itu terjadi adalah status sosial ekonomi, budaya, kurangnya perhatian dari masyarakat ataupun dari pemerintah, faktor kesehatan. Akan tetapi pemerintah juga mempunyai upaya-upaya dalam mengatasi masalah ini yaitu dengan cara meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pemerintah pelayanan kesehatan, meningkatkan status gizi masyarakat, meningkatkan peran serta masyarakat, Meningkatkan manajemen kesehatan.
2.      Saran

Di Indonesia masih banyak bayi yang mengalami kesakitan dan kematian karena salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah sosial ekonomi dan di indonesia masih banyak orang indonesia yang menderita kemiskinan apalagi yang terletak di bagian terpencil, oleh karena itu untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pada bayi dan balita seharusnya dilakukan penambahan lapangan kerja sehingga masyarakat di indonesia mudah dalam mencari lapangan pekerjaan, dan apabila lapangan pekerjaan sudah dapat maka status ekonomi mereka pun akan naik sehingga jumlah kemiskinan yang ada di Indonesia akan berkurang. Dengan demikian mereka akan mampu membiayai kehidupan mereka dan mereka akan mampu memberi gizi yang baik kepada anggota keluarga mereka atau pada bayi dan balita sehingga bayi dan balita di Indonesia yang mengalami morbiditas dan mortalitas akan berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

1.       Hidayat, A. Aziz Alimul. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta; Salemba Mesika. Hal : 2-5
2.       Maryunani, Anik. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta; Trans Info Media. Hal : 1-33
3.       Anonim. Kesehatan Bayi dan balita di Indonesia. http://scribd.com (29 Agustus 2013 pukul 21.00 WIB)

4.       Anonim. Info Penduduk Kematian Bayi. http://bps.go.id (29 Agustus 2013 pukul 20.30 WIB)

Tidak ada komentar: