KATA
PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penyusunan makalah ini merupakan tugas dari
mata kuliah KDK II pada AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI NUGRAHA SUBANG TINGKAT I B
kami
menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun sendiri dan seluruh pembaca.
Subang,
Maret 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
1.1 Latar
Belakang ................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah ...........................................................................
1.3 Tujuan
Masalah ...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
2.1 Feses
................................................................................................
2.2 Makroskopis
....................................................................................
2.3 Mikroskopis
.....................................................................................
2.4
Darah Samar ..................................................................................
BAB III KESIMPULAN
....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeriksaan
feses (tinja) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama
dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun
saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam
beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh
pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan
pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan
interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh
klinisi.
Hal yang melatar belakangi penulis menyusun sebuah
makalah dengan judul “pemeriksaan laboratorium pada feses sebagai pemeriksaan
penunjang dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit”. Agar para tenaga teknis
laboratorium patologi klinik serta para mahasiswa dari berbagai program studi
kesehatan. dapat meningkatkan
kemampuan dan mengerti bermacam-macam penyakit yang memerlukan sampel feses,
memahami cara pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses secara benar. mampu
melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan pada akhirnya mampu
membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini
antara lain:
a. Bagaimana pemeriksaan Laboratorium pada feses
b. Bagaimana analisa makroskopis pada feses
c. Bagaimana analisa mikroskopis pada feses
d. Bagaimana analisa keberadaan darah pada feses
1.3
Tujuan Masalah
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
a. Mengetahui cara pemeriksaan laboratorium pada feses
b. Mengetahui analisa makroskopis pada feses
c. Mengetahui analisa mikroskopis pada fese
d. Mengetahui analisa keberadaan darah pada feses
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 FESES
Untuk
pemeriksaan feses sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan jika pemeriksaan
sangat di perlukan,boleh juga sempel feses di ambil dengan jari bersarung dari
rectum. Untuk
pemeriksaan bisa dipakai feses
sewaktu,jarang di perlukan feses
24 jam untuk pemeriksaan tertentu.
Feses
hendaknya di periksa dalam keadaan segar,
kalau
di biarkan mungkin sekali unsur-unsur dalam feses itu menjadi rusak.bahan ini
selalu harus di anggap bahan yang mungkin mendatangkan inpeksi, berhati-hati lah bekerja.
Untuk
mengirim feses
wadah yang sebaiknya ialah yang terbuat dari kaca atau dari bahan lain yang
tidak dapat di tembus seperti plastik. Kalau konsistensi tinja keras,dos korton brlapis
parafin juga boleh di pakai.
Wadah
harus bermulut lebar. Pemeriksaan
penting dalam feses
ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama pentingnya dalam keadaan
tertentu adalah test terhadap darah samar.
Jika
akan memeriksa feses, pilihlah selalu sebagian dari feses itu yang memberi kemungkinan
sebesar-besarnya untuk menemui kelainan,
umpamanya:
bagian yang bercampur darah atau lendir,
dan
sebagainya.oleh karna unsur-unsur patologi biasanya tidak terdapat merata, maka hasil peeriksaan mikroskopi
tidak dapat di nilai derajat kepositifannya dengan tepat,cukup di beri tanda –
(negatif), +, + + atau + + + saja.
Nilai Normal Pemeriksaan Tinja
No.
|
Jenis pemeriksaan
|
Nilai normal
|
Keterangan
|
A.
1.
|
Makroskopis
Warna
|
Kuning kehijauan
|
Tergantung makanan /obat yang dikonsumsi
|
2.
|
Bau
|
Bau indol,scatol dan asam butirat
|
Bau busuk, asam, dan tengik menunjukan adanya proses pembusukan
makanan atau gangguan pencernaan.
|
3.
|
Konsistensi
|
Agak lunak dan berbentuk
|
|
4.
|
Volume
|
100-300 gr/hari,70% air dan 30% sisa makanan
|
|
5.
|
Lendir
|
Tidak ada
|
Lendir banyak ada rangsangan.
Lendir dibagian luar tinja: iritasi usus besar
Lendir bercampur tinja: iritasi pada usus halus
Lendir tanpa tinja: disentri, intususepsi atau ileokolitis.
|
6.
|
Darah
|
Tidak ada
|
|
B.
1.
|
Mikroskopis
Sel epitel
|
Ditemukan sedikit
|
|
2.
|
Lekosit dan makrophag
|
Ditemukan sedikit
|
Ditemukan banyak : peradangan
|
3.
|
Darah(tesben sidin)
|
Negative
|
|
4.
|
Telur dan jentik cacing
|
Negative
|
|
5.
|
Protozoa
|
Negative
|
|
6.
|
Bilirubin
|
Negative
|
+ : diare atau gangguan flora usus
|
7.
|
Urobilin
|
Positif
|
-
: obstruksi empedu
|
2.2 MAKROSKOPIS
Analisa makroskopis tinja
No.
|
Makroskopis Tinja
|
Kemungkinan penyabab
|
1.
|
Berbutir kecil,keras,warna tua
|
Kostipsi
|
2.
|
Volume besar,berbau,mengembang
|
Malabsorpsi lemak atau protein karena penyebab dari usus pancreas atau
empedu
|
3.
|
Rapuh dengan lendir tanpa darah
|
Sindroma pada usus besar
|
4.
|
Rapuh dengan darah dan lendir (darah,lebih terlihat daripada lendir)
|
Radang usus besar,tipoid,amubiasis,tumor ganas pada
usus
|
5.
|
Hitam,mudah melekat seperti ter,volume besar,cair ada sisa padat
sedikit
|
Kholero,E.coli keracunan
|
6.
|
Rapuh, ada nanah dan jaringan nekrotik,agak lunak berwarna sedikit
putih abu-abu
|
Devertikulitis,abses pada usus,tumor usus,parasit,obstruksi saluran
|
1. Warna
Warna feses
yang di biarkan pada udara menjadi lebih tua karna terbentuknya lebih banyak
urobilin dari urobilinogen yang diexkresikan lewat usus. Urobilinogen tidak berwarna
sedangkan urobilin berwarna coklat tua.selain urobilin yang normal ada, warna feses di pengaruhi oleh jenis
makanan, oleh kelainan dalam saluran usus
dan oleh obat-obat yang di berikan.
Warna kuning bertalian dengan susu, jagung, obat santonin atau bilirubin yang
belum berubah. Hijau
biasanya oleh makanan yang mengandung banyak sayur mayur jarang oleh biliverdin
yang belum berubah. Warna
abu-abu mungkin di sebabkan oleh karena tidak ada urobilin dalam saluran
makanan dan hal itu didapat pada ikterus obstroktip (tinja acholik ) dan juga
setelah di pakai garam barium pada pemeriksaan radiologik. Warna abu-abu itupun mungkin terjadi
kalau makanan mengandung banyak lemak yang tidak di cernakan karna depisiensi
enzim pancreas. Merah
muda biasanya oleh perdarahan yang segar dibagian distal: mungkin pula makanan
seperti bit. Warna
coklat di pertalikan dengan perdarahan proximal atau dengan makanan coklat, kopi dan seterusnya. Warna hitam oleh carbo medicinalis,
oleh obat-obatan mengandung besi dan mungkin juga oleh melena.
Analisa tinja berdasarkan warnanya
No.
|
Warna tinja
|
Penyebab patoligis
|
Penyebab tak patologis
|
1.
|
Coklat tua agak kuning
|
Tak ada
|
-warna pigmen empedu
-banyak makan daging
|
2.
|
Hitam
|
Perdarahan saluran empedu
|
Banyak makan Fe (saren) atau bismuth
|
3.
|
Abu-abu muda
|
Obstruksi saluran empedu
|
Banyak makan coklat atau kokoa
|
4.
|
Hijau atau kuning kehijauan
|
Tidak ada
|
Bnyak makan sayuran
|
5.
|
Merah
|
Perdarahan saluran usus bagian distal
|
Terlalu banyak makanan lobak merah atau biet
|
2. Baunya
Bau normal feses
di sebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat. Bau itu menjadi bau busuk jika
dalam usus terjadi pembusukan isinya, yaitu protein yang tidak dicernakan dan
di rombak oleh kuman-kuman. Reaksi feses menjadi lindi pembusukan semacam itu.
Ada kemungkinan juga feses
berbau asam : keadaan itu disebabkan oleh peragian (fermentesai) zat-zat gula
yang tidak di cerna karna umpamanya diare. Reaksi feses dalam hal itu menjadi asam.
Bau tengik dalam feses
di sebabkan oleh perombakan zat lemak pelepasan asam-asam lemak.
3. Konsistensi
Feses normal agak lunak
dengan mempunyai bentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair,
sedangkan sebaliknya pada konstipasi di daat feses keras peragian karbon hidrat
dalam usus menghasilkan feses
yang lunak dan bercampur gas (CO2).
4. Lendir
Adanya
lendir berarti rangsangan atau radang ding-ding usus. Kalau lendir itu hanya
di dapat di bagian luar feses, lokalisasi iritasi itu mungkin usus
besar : kalau bercampur baur dengan feses
mungkin sekali usus kecil. Pada dysenteri, intususepsi dan ileocilitis mungkin
di dapat lendir saja tanpa feses.
Kalau lendir berisi banyak leukosit terjadi nanah.
5. Darah
Perhatikanlah
apa darah itu segar (merah muda), coklat
atau hitam dan apakah bercampu baur atau hanya di bagian luar feses saja. Makin proximal
terjadinya pendarahan, makin bercampurlah darah dengan feses dan makin hitamlah warnanya.
Jumlah darah yang besar
mungkin disebabkan oleh ulcus, varices dalam oesophagus atau hemorhoid.
Analisa keberadaan darah pada tinja
No.
|
Keadaan darah
pada tinja/perdarahan
|
Kemungkinan penyabab
|
1.
|
Samar-samar sampai kuat di sertai rasa nyeri perut
|
Ulkus peptikum (lambung dan duodenum)
|
2.
|
Ringan,kadang-kadang menjadi berat
|
Gastritis erosive
|
3.
|
Perdarahan berat dan sekonyong-konyong
|
Pecahnya varices oesophagus atau Hipertensi portal
pada serosis hepatis
|
4.
|
Perdarahan ringan tetapi tanpa nyeri terus menerus
|
-
peminum alcohol
-
sindroma mallori weiss
-
hernia hiatus
|
5.
|
Perdaraha sedang,tinja warna merah atau sawp matang
|
-
Devertikulum
-
Ulkus peptikum
|
6.
|
Perdarahan ringan berselang-seling kadang-kadang
disertai diare dan lendir
|
Polip usus
|
7.
|
Perdarahan ringan sampai berat,disertai diare,nyeri
perut, berat badan turun
|
-
Amubiasis
-
infeksi shigelia
-
infeksi usus besar (kolisis)
|
8.
|
Perdarahan ringan dan berselubung
|
Devertikulitis
|
9.
|
Perdarahan berat,terselubung dan pada orng tua
|
Karsinoma usus distal
|
10.
|
Perdarahan ringan warna merah muda,konstipasi dan
dengan atau tanpa nyeri pada orang dewasa atau tua
|
Hemoroid
|
6. Parasit
Cacing
ascaris, ancylostoma, dan lain-lain mungkin terlihat.
2.3 Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis
tinja
No
|
Jenis pemeriksaan
|
Tujuan pemeriksaan
|
1.
|
Pemeriksaan parasit (diambil tinja segar pada bagian yang ada darah
atau lendir)
|
Untuk melihat keberadaan parasit (telur) dari cacing dan amuba
|
2.
|
Sisa makanan
|
-
melihat proses pencernaan
-
gangguan proteolisis (kberadaan serat otot atau bergaris )
-
gangguan malabsorpsi (missal:lemak,protein,dll)
|
3
|
Seluler
|
-
Sel epithel: iritasi mukosa
-
Loekosit:proses inflamasi usus
-
Eritrosit:perdarahan usus
|
Pemeriksaan
mikroskpis secara langsung
Pemeriksaan
sederhana dan paling sering dilakukan. Infeksi parasit dapat dilihat dengan
pemeriksaan langsung.
Untuk
pemeriksaan secara mikroskopis, sejumlah kecil feses atau bahan yang akan diperiksa
diletakan diatas objek glass, bila feses sangat padat dapat ditambahkan sedikit
air selanjutnya ditutup dengan deck glass, buat dua atau lebih sediaan.
Pada
pemeriksaan mikroskopis usaha mencari protozoa dan telur cacing merupakan
maksud terpenting. Untuk
mencari protozoa sering dipakai larutan eosin 1-2% sebagai bahan pengencer feses atau juga larutan Lugol 1-2%. Selain
itu larutan asam acetat 10% dipakai untuk melihat leukosit lebih jelas,
sedangkan untuk melihat unsur-unsur
lain larutan garam 0,9% yang sebaiknya dipakai untuk pemeriksaan rutin.
Sediaan
hendaknya tipis, agar unsur-unsur jelas terlihat dan dapat dikenal; meskipun begitu selalu akan dijumpai
unsur-unsur yang telah ruksak sehingga identifikasi tidak mungkin lagi.
A. Sel
epitel
Beberapa
sel epitel, yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat ditemukan
dalam keadaan normal. Kalau sel epitel berasal dari bagian yang lebih proximal,
sel-sel itu sebagian atau seluruhnya ruksak. Jumlah sel epitel bertambah banyak
kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus itu.
B. Makrofag
Sel-sel
besar berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam plasmanya sering dilihat
sel-sel lain (leukosi, eritrosit) atau benda-benda lain. Dalam preparat natif
sel-sel itu menyerupai ameba; perbedaanya ialah sel ini tidak dapat bergerak.
C. Leukosit
Lebih
jelas terlihat kalau feses
dicampur dengan beberapa tetes larutan asam acetat 10%. Kalau hanya dilihat
beberapa dalam seluruh sediaan, tidak ada artinya. Pada dysentri basiler,
colitis ulcerosa dan peradangan lain-lain, jumlahnya menjadi besar.
D. Eritrosit
Hanya
dilihat kalau lesi
mempunyai lokalisasi colon, rectum, atau anus. Pendapat ini selalu abnormal.
E. Kristal-kristal
Pada
umumnya tidak banyak artinya. Apapun dalam feses normal mungkin terlihat
kristal-kristal tripelfosfat, celciumoxalat dan asam lemak. Sebagai kelainan
mungkin dijumpai kristal chacot-leyden adan kristal hematoidin.
F. Sisa
makanan
Hampir
seluruh dapat ditemukan juga; bukanlah adanya, melainkan jumlahnya yang dalam
keadaan tertentu dipertalikan dengan sesuatu hal yang abnormal.sisa makanan itu
sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal
dari hewan, seperti serat otot, serat elestik, dan lain-lain.
Untuk
isentifikasi lebih lanjut emulsi tunja dicampur dengan larutan lugol: pati
(amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau
merah. Larutan jenuh sudan III atau sudan IV dalam alkohol 70% juga dipakai:
lemak netral menjadi tetes-tetes merah atau jingga
G. Sel
ragi
Khusus
glastocystis hominis tidak jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya
ialah supaya jangan kista ameba.
H. Telur
dan jentik cacing
Ascaris
lumbricoides. Necator americanus enterobius permicularis. Trichiusus trichiura,
estrongyloides strcoralis, dan seagainya; juga yang termasuk genus cestodas dan
trematodas mungkin di dapat
2.4 Darah
Samar
Tes terhadap darh samar penting sekali
untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yahng tidak dapat dinyatakan secara
makroskopi atau mikroskopi.
Banyak
prosedur tes yang dipakai semuanya mempunyai keterbatasan ada yang sangat
sensiitif ada yang kurang sensitif dan selalu nonspesifik. Yang paling sering dipakai addalah
tes guaiac, yang mempunyai reasksi palsu kecil. Stetes kecil feses diapus di
atas kertas-kertas saring selanjutnya di tambaahkan 1 tetes larutan guaiac, 1
tetes asam aselat glasial dan 1 tetes hidrogen peroksida, tes positif bila
dalam waktu 30 detik timbul warna biru atau hijau gelap, bila timbul warna lain
atau timbul setelah 30 detik reaksi dinyatakan negatif.
A. Cara
dengan benzidine basa
1. Buatlah
emulise tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10ml dan panasilah
hingga mendidih.
2. Saringlah
emulise yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingain
kembali.
3. Kedalam
tabung reaksi lain dimasukan benzidine basa sebnayak sepicuk pisau.
4. Tambahkan
3ml asam acetat glacial,kocoklah sampai benzidine itu larut dengan meninggalkan
beberapa kristal
5. Bubuhilah
2ml fitrat emulsi tinja, campur.
6. Berilah
1ml larutan hidrogen peroxida 3%,campur.
7. Hasil
di baca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama)
Catatan
Hasil
dinilai dengan cara seperti telah diterangkan dulu:
Negatif
– tidak perubahan warna atau warna yang samar-samar hijau
Positif
+ hijau
Positif
2 + biru bercampurr hijau
Positif
3 + biru
Positif
4 + biru tua
Pesien yang tinjanya akan diperiksa
terhadap darah samar janganlah dikenakan hukuman seperti peraturan “ tidak
boleh menyikat gigi selama beberapa hari sebelum pemeriksaan “, biasanya tidak
perlu untuk melarang makanan daging. Bahwa tinja seorang normal biasanya
bereaksi negatif dengan tes ini agaknya mengusangkan peraturan itu, apalagi tes
ini hendaknya jangan hanya di lakukan sekali saja untuk mendapat hasil yang
bermakna.
B. Cara
dengan benzidine dihidrochlorida
Jika hendak memakai
benzidine dihidrochorida sebagai pengganti benzidine basa dengan maksud supaya
tes menjadi kurang peka dan kurang menghasilkan yang positif palsu, maka
caranya sama juga seperti diterangkan diatas.
Catatan
Lihat
juga apa yang sudah diterangkan mengenai pemakaian benzidine dlam laboratorium.
C. Cara
dengan guajac
1. Buatlah
emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambahlah 1 ml asam acetat
glaseal: campur
2. Dalam
tabung reaksi reaksi lain dimasukan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml alkohol
95%: campur
3. Tuanglah
berhati-hati isi tabung kedua kedalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga
kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
4. Hasil
positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu.
Derajat kepositipan dinilai dari warna itu
D. Urolobin
Cara
1. Taruhlah
beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan mercurichlorida
10% yang volumenya kira-kira sama banyak dengan tinja itu.
2. Campurlah
baik-baik dengan memakai alunya
3. Tuanglah
bahan itu kedalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6
sampai 24 jam
4. Adanya
urobilin nyata oleh timbul warna merah
Catatan
Dalam
tinja normal selalu ada urobilin, hasil tes ini yang merah berarti fositip,
jumlah urobil berkurang pada ikterus obsruktif, jika obstruksi total, hasil tes
menjadi negatif.
Tes
terhadap urobilin ini sangat inferiur jika dibandingkan dengan penetapan
kuantitatif urobilin nogen dalam tinja. Penetapan kuantitatif itu dapat
menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinnogen yang diekresikan per 24
jam sehingga permakna dalam keadaan seperti anemia himolitik, ikterus
obstruktif dan ikterus hepatoseluler.
BAB III
KESIMPULAN
Feses untuk pemeriksaan sebaiknya yang
berasal dari defekasi spontan; jika pemeriksaan sangat diperlukan, boleh juga
sample fese diambil dengan jari bersarung dari rectum. Untuk pemeriksaan biasa
dipakai feses sewaktu, jarang diperlukan feses 24 jam untuk pemeriksaan
tertentu.
Bahan-bahan untuk pemeriksaan feses harus
melalui salurab yang bersih tanpa bercampur dengan urin. Diperlukan dalam
jumlah kecil kecuali beberapa keadaan. Ditampung dalam wadah sekali pakai,
harus dilakukan pemeriksaan dalam beberapa jam setelah pengambilan, untuk
pemeriksaan amuba specimen harus segar.
Jumlah material feses sangat tergantung
dari diet individu biasanya antara 100-250 mg/hari atau 100-250 ml dalam bentuk
cairan. Konsistensi lunak warna cokelat tua yang disebabkan oleh pigmen empedu,
perubahan warna dapat disebabkan olehjenis makanan, obat-obatan dan hal ini
dapat dibedakan dari kondisi patolog. Putih keabu-abuan atau warna pucat khas
untuk gambaran penyumbatan saluran empedu. Perdarahan pada saluran cerna bagian
atas feses akan berwarna hitam pekat seperti cairan kopi yang sangat
karakteristik. Warna cokelat gelap bahkan kemerah-merahan tergantung luas dan
lamanya perdarahan disaluran cerna yang mengalami proses digesti atau
denaturasi. Bercak merah pada feses disebabkan lesi pada rectum atau anus.
Mucus yang berlebihan dapat dilihat dengan mudah. Sejumlah pus (nanah) dapat
terlihat tanpa harus dikonfirmasikan dengan pemeriksaan mikroskopis.
Sejumlah kecil sel epitel dapat ditemukan
pada feses adanya kenaikan jumlah sel epitel menggambarkan berbagai peradangan.
Adanya sel-sel pus mendukung adanya proses peradangan saluran cerna.
Memperhatikan sel dengan menambahkan setetes 10% asam asetat atau metilen blue.
Sejumlah Kristal dapat ditemukan biasanya tidak mempunyai korelasi klinik.
DAFTAR PUSTAKA
R.
Ganda Soebrata. (1970). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat
Catatan
Kuliah Patologi Klinik I. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar
Lampung
Sutedjo,
AY. (2007). Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Yogyakarta: Amara Books
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM190904081601401
Tidak ada komentar:
Posting Komentar