KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada allah swt, atas berkah dan rahmatnya kami telah
berhasil menyusun makalah tentang sistem endokrin.
Semoga
hasil karya ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan
ilmunya. Penyusunan makalah ini memerlukan waktu, pikiran dan tenaga. Makalah
ini membahas tentang bagaimana reproduksi manusia di capai,dengan
memperkenalkan fungsi endokrinologi yang menjelaskan tipe hormon, bagaimana,
dan di mana di produksi, serta cara kerjanya.
Kami
menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal, makalah ini
masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun
dalam penyusunannya. Oleh karna itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
sarannya.
Kami
mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak yang membantu proses penyusunan
makalah ini.
Subang, oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
1.2
Masalah
1.3
Tujuan
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Sistem Endokrin
2.2
Hormon
2.3
Mekanisme Kerja Hormon
2.4
Kelenjar Hipofisis
2.5
Kelenjar Tiroid
2.6
Kelenjar Paratiroid
2.7
Kelenjar Timus
2.8
Kelenjar Suprarenalis/Arenal
2.9
Kelenjar pienalis (epifise)
2.10
Kelenjar Pancreas
2.11
Kelenjar Kelamin
2.12
Kelenjar Endokrin Sistem Reprodusi
2.13
Kelenjar Mamae
BABIII
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembahasan ini merupakan
pembahasan ringkas mengenai endokrinologi dan mengkaji peran hormone dalam
pengaturan fisiologi manusia. Dalam pembahasan ini, keterkaitan dengan
fisiologi refroduktif akan di tekankan dan di uraikan pada pembahasan lain
dalam makalah ini sehingga interaksi relevan akan di jelaskan secara lebih
rinci.
Sistem endokrin, bersama dengan
sistem saraf, mengoordinasi, mengatur, dan menyesuaikan fisiologi internal
sebagai respons terhadap perubahan di lingkungan eksternal. Sistem saraf cenderung
bereaksi dalam situasi ketika di
perlukan respon segera, sedangkan sistem endokrin berperan dalam memperthankan
fungsi tubuh untuk periode yang lama. Sebagai contoh, menggigil di picu oleh
aktifitas neuromuskulus untuk melawan penurunan suhu lingkungan, sedangkan
banyak daur di tubuh misalnya daur haid,hampir seluruhnya di atur oleh sistem
hormon. Namun, kedua berinteraksi satu sama lain sehingga sebagaian respons
cepat memiliki komponen hormonal.sebagai contoh,pelepasan adrenalin dan
refleks.serta pengeluaran hormon sering di atur oleh jaras neuron melalui
hipotalamus.
1.2 Masalah
Sehubungan dengan tema makalah
ini, peulis akan menjabarkan beberapa masalah berhubungan dengan anatomi sistem
endokrin, yaitu:
a.
Apakah
pengertian sistem endokrin ?
b.
Apa
itu hormone?
c.
Bagaimana
mekanisme keja hormone
d.
Kelenjar
hipotalamus
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah
ini, yaitu:
1.
Mengetahui
dan memahami tentang sistem endokrin
2.
Mengetahui
tentang apa yang dimaksud dengan anatomi sistem pernafasan
3.
Mengetahui
dan memahami tentang mekanisme kerja hormone
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SISTEM
ENDOKRIN
Sistem endokrin adalah sistem
yang bekerja dengan perantaraan zat-zat kimia (hormone) yang di hasilkan oleh
kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar buntu (sekresi interna)
yang mengirim hasil sekresinya langsung kedalam darah dan cairan limpe. Hasil
sekresinya beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati saluran (Dukus).
Permukaan sel kelenjar menempel pada dinding setenoid / kapiler darah. Hasil
sekresi dari kelenjar endokrin di sebut hormon .
Sistem endokrin terdiri atas
kelenjar-kelenjar endokrin yang bekerja sama dengan sistem saraf yang mempunyai
peranan penting dalam pengendalian kegiatan organ-organ tubuh.
Kelenjar endokrin merupakan kelompok
sel yang terdiri atas deretan sel berbentuk lempengan atau gumpalan yang di
sokong oleh jaringan ikat harus yang banyak mengandung pembuluh kapiler
sinusoid yang berasal dari embrional. Sel endokrin berintegrasi untuk mengatur
dirinya dalam berbagai macam cara yang rumit dengan melibatkan sistem saraf.
|
Sistem saraf
|
Sistem endokrin
|
Sumber sinyal
|
Otak
|
Kelenjar endokrin
|
Sinyal
|
Neurotransmiter da
potensial aksi
|
Hormone
|
Rute biasa
|
Saraf eferen
|
Darah
|
Kecepatan respons
|
Cepat
|
Lambet
|
Spesifisitas
|
Spesifik
|
Difus
|
Target
|
Tunggal
|
Ganda
|
Jenis efek
|
Efek segera
|
Pengendalian dan
integrasi jangka panjang
|
2.2
HORMON
Hormon adalah penghantar
(transmitter) kimiawi yang di lepasdari sel-sel khusus ke dalam aliran darah
dan selanjutnya di bawa oleh sel-sel tanggap (responsive cells) tempat
terjadinya khasiat tersebut (menurut starling).
Struktur kimiawi hormon dapat di
golongkan menjadi bagian-bagian seperti berikut.
1.
Derivat
asam amino. Di keluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal dari jaringan
nervus medulla supraren dan neuro hipofisis, yang termasuk dalam hormone ini
adalah epinefrin dan noorepinefrin hasil modifikasi dari asam
aminotyrosin.
2.
Peptida/derivate
peptide. Derivate peptide di buat oleh kelenjar buntu yang berasal dari
jaringan alat pencernaan yaitu hipofisis bagaian depan (adenohipofisis),
tiroid, para tiroid dan pancreas. Peptide bersikulasi bebas dalam plasma kurang
lebih 5-10 menit.
3.
Steroid
Hormon steroid mempunyai inti
cyclo-pentano perhidro phenantren, di buat oleh kelenjar buntu yang berasal
dari mesotelium testis, ovarika, dan korteks supraren, lalu bersipulasi dalam
plasma dan terikat pada transpor protein kira-kira 60-100 menit.
4.
Asam
lemak.
Hormone prostaglandin
satu-satunya hormon yang masuk kategori ini yang merupakan biosintesis dari dua
asam lemak yaitu asam lemak arachidonic dan di-homo-gama-linolenik.
5.
Hormon
perkembangan
Hormon yang memegang peranan
dalam perkembangan dan pertumbuhan serta dalam biologi reproduksi, mulai dari
kandungan sampai usia remaja. Hormone ini di hasilkan oleh kelenjar gonad.
6.
Hormon
metabolisme
Proses homeostasis gula (glukosa)
dalam tubuh diatur oleh bermacam-macam hormone diantaranya glucocorticoid,
glucagon, dan katekolamin.
7.
Hormon
Trofik
Hormone yang di hasilkan struktur
khusus dalam pengaturan fungsi kelenjar endokrin yaitu kelanjar hifofisis yang
dikategorikan sebagai hormone perangsang pertumbuhan yaitu Folikel Stimulating
Hormon (FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis hormon penguning (Lutein
Hormon).
8.
Hormon
Pengatur metabolisme air dan mineral
Klasitonin dihasilkan oleh
kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium fosfor dalam darah sehingga
terjadi peningkatan eksresi kalsium, posfat, natrium, kalium, dan magnesium
melalui ginjal.
9.
Hormon
pengatur sistem kardiovaskular
Epinefrin (epinephrine)
dihasilkan oleh kelenjar adrenal bagian medula. Efek dari hormon itu tergantung
dari reseptor setiap organ tujuan, sebagai contoh pada jantung mengakibatkan
peningkatan konduksi dan kontraksi jantung
2.3 MEKANISME KERJA HORMON
Kelenjar hifopisis adalah
interaksi hormone dengan makro molekul spesifik di sebut reseptor hormon yang terdapat dalam sel jaringan. Reseptor hormone
bisa berada di permukaan sel (cell surface reseptor) dan bisa dalam sitoplasma sel
(interselular reseptor). Reseptor tersebut membentuk suatu komplek hormone
reseptor yang akan mempengaruhi sel.
Kelenjar
endokrin terdiri atas kelnjar-kelenjar berikut ini.
1.
Kelenjar
hipofisis
2.
Kelenjar
tiroid
3.
Kelenjar
paratiroid
4.
Kelenjar
timus
5.
Kelenjar
supra rental
6.
Kelenjar
pientalis
7.
Kelenjar
pankreatika
8.
Kelenjar
kelamin
a.
Kelenjar
testika
b.
Kelenjar
ovarika
2.4 KELENJAR HIPOFISIS
Kelenjar
hipofisis adalah suatu kelenjar endokrin yang terletak di dasar tenggorokan
(sela ptursika), fossa pituitariaos sphenoid,
besarnya kira-kira 10x13x6 mm dan beratnya sekitar 0.5 gram. Kelenjar ini
memegang peranan penting dalam mengatur sekresi hormone dari semua organ
endokrin, kegiatan hormone yang lain, dan mempengaruhi pekerjaaan keenjar yang
lain. Fungsi hipofisis dapat diatur oleh susunan saraf pusat melalui
hipotalamus yang dilakukan oleh sejumlah hormone yang dihasilkan hipotalamus
akibat rangsangan susunan saraf pusat. Hormone-hormon yang mengatur fungsi
hipofisis disebut hypophysiotropic hormone yang dihasilkan oleh sel-sel neuro
sekretoris yang terdapat dalam hipotalamus. Kelenjar hipofisis mempunyai 3
lobus yaitu lobus anterior, lobus intermedia, dan lobus posterior.
Lobus Anterior (Adenohipofisis)
Berasal dari kantong rathke (2
tulang rawan) yang menempel pada jaringan otak lobus posterior menghasilkan
sejumlah hormone yang bekerja sebagai pengendali produksi dari semua organ
endoktrin yang lain.
Somatotropik hormone (Growth hormone)
Hormon somatotropik adalah
hormone pertumbuhan yang berfungsi merangsang pertumbuhan tulang. Jaringan
lemak dan visera penting pada individu yang masih muda untuk pertumbuhan. Efek
tidak langsung merangsang hati untuk membentuk somatomedin (sekelompok peptida)
untuk meningkatkan pertumbuhan tulang rawan dan kerangka serta meningkatkan
sintesis protein, dan meningkatkan proliperasi sell.
Factor-faktor yang meningkatkan
sekresi GH adalah sebagai berikut :
a.
Keadaan
yang memerlukan energy (menurunkan glukosa darah).
b.
Keadaan
yang meningkatkan asam amino tertentu dalam darah.
c.
Rangsangan
stres.
d.
Tidur.
Hormon tirotropik (thyroid Stimulating Hormon/TSH)
Hormon tirotropik (TSH)
mengendalikan kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormone tiroksin. Sel-selnya
besar berbentuk polyhedral dan mengandung granula kecil yang berdiameter 50-100
nm. Fungsinya merangsang pembesaran tiroid, menambah ambilan (uptake) yodium
dan menambah sintesis tiroglobulin.
Hormone adrenokortikotropik (ACTH)
Mengendalikan kelenjar
suprarental dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar
suprarental. Selnya mengandung secretory granules berdiameter 375-550 nm,
merupakan sel terbesar yang dapat ditemukan dalam sel-sel hipofisis. Sel ini menyintesis
hormone ACTH dan betaliprotein, diproduksi dan disimpan dalam sel basopil
hipofisis anterior, dan mempunyai efek terhadap suprarental dan ekstra adrenal.
Homon gonadothropin
Menghasilkan
hormone-hormon berikut ini :
1.
Follicle stimulating
hormone (FSH)
Sel-selnya
berbentuk angular terdapat di seluruh hipofisis, mengandung sekretory granula
diameter 275-375. FSH merangsang perkembangan folikel de grap dalam ovarium
pembentukan spermatozoa pada testis merangsang gametogenesis laki-laki.
2.
Luteinizing hormone
(LH)
Mengendalikan
sekresi estrogen dan progesterone dalam ovarium, memengaruhi luteinisasi pada
wanita. Hormone ini pada laki-laki disebut sebagai interstisial cell
stimulating hormone (ICSH) yang memengaruhi produksi testosterone dalam testis.
Prolaktin atau Luteotropic hormone (LTH)
Hormon ini memulai dan
mempertahankan laktasi dengan mempengaruhi langsung kelenjar-kelenjar susu di
mamae. Prolaktin dihasilkan oleh sel-sel
laktotrof di hipofisis bagian
depan dengan bantuan hormone lain.
Hormone ini mempunyai kemampuan untuk merangsang pertumbuhan payudara dan
merangsang produksi air susu.
Akibat
pengaruh hormone estrogen, kadar prolaktin pada perempuan akan meningkat lebih
tingggi sesudah menjadi perempuan dewasa (pubertas). Selama kehamiilan kadar
prolaktin akan terus meningkat sejak dini sampai mendekati kelahiran. Setelah
lahir kadar prolaktin akan mulai menurun. Sekresi prolaktin diatur dan diawasi
hipotalamus.
Melanocyte Stimulating Hormone (MSH)
MSH dihasilkan oleh hipofisis
pars intermedius dan didapati pada manusia dalam fase kehidupan fetus. Peran MSH dan proses fisologinya berperan pada kulit.
Lobus posterior (Neurohipofisi)
Berasal dari evaginasi atau
penonjolan dasar dari vetrikel otak. Ketiga lobus ini menghasilkan hormone vasopressin atau
arginen vasopressin.
Vassopresin
atau Arginen Vaso Previn (APV), adalah Anti Diuretik Hormon (ADH) yang
bekerja melaluui reseptor-reseptor tubuli distaldari ginjal untuk menghemat air
dan mengonsentrasi urine dengan menambah aliran osmotic dari lumina-lumina ke
intestinum medular yang membuat kontraksi otot polos. Dengan demikian ADH
memelihara konstannya osmolaris
(konsentrasi larutan) dan volume cairan dalam tubuh.
Pengaturan sekresi vasoperin atau
arginen vaso previn adalah sebagai berikut.
1.
Perubahan
tekanan osmotic efek plasma (osmo reseptor ).
2.
Perubahan
volume cairan (stress reseptor).
3.
Peningkatan
osmolalitas (konsentrasi larutan) plasma dan penuruan volume plasma merangsang
sekresi vasopressin.
4.
Penurunan
osmolalitas dan peningkatan volume plasma menghambat sekresi vasopressin.
5.
Osmoreseptor
(konsentrasi natrium) terdapat di hipotalamus dan stress reseptor sistem
kardiovaskular bertekanan rendah dan tinggi.
6.
Rangsangan
angiotensin II (senyawa peptidase), adrenalin, kortisol, estrogen dan
progesterone, susunan saraf pusat, dan peningkatan suhu tubuh.
Lobus Intermedia
Bagian ini terpisah dari lobus
anterior oleh sisa kantong ratkhe yang
disebut celah ratkhe. Pada manusia
sel lobus intermediatidak bergranula dan terkadang ditemukan juga koloid yang
fungsinya tidak diketehui.
1.
Pars
distalis
Bagian ini
meliputi 75% dari kelenjar hipofisis yang hampir seluruhnya terbungkus dalam
suatu kapsul fibrosa yang padat.
2.
Pars
intermedia
Sebuah lapisan
tipis sel-sel dan vesikel-vesikel yang mengandung koloid (lengketan partikel),
berbentuk polygonal, kecil, berwarna pucat, dan bergranula.
3.
Pars
tuberalis
Bagian ini
membentuk suatu lapisan yang berhubungan erat dengan banyak pembuluh darah dan tersusun
memanjang dalam kelompok korda yang pendek, membentuk kubodi, serta
sitoplasmanya mengandung granula halus dan sejumlah glikogen.
4. Kromofil
Kromofil
mudah terwarnai dan mudah dikenali pada sajian biasa. Pada sel ini, sitoplasma
yang lebih besar dipenuhi oleh granula
spesifik, sedangkan yang kecil dipakiai untuk membedakan dua tipe asidofil.
a.
Asidofil
alfa (orangeofil)
b.
Basofil
(sel beta)
c.
Basofil
delta
Neurohiofisis
Neurohipofisis menghasilkan dua
macam hormone yaitu:
1.
Hormone oksitosin: dilepas dari ujung
saraf, menyebabkan otot polos uterus berkontraksi dalam stadium akhir
kehamilan, dan juga kontraksi sel mioepitel pada alveoli dan saluran keluar
klenjar mamae.
2.
Hormone vasopressin: memengaruhi ginjal
untuk memproduksi urine pekat. Dengan demikian hormone ini menahan air dengan
meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentis ginjal. Air
meninggalkan tubulus dan duktus sehingga terjadi pemekatan urine.
2.5 KELENJAR TIROID
Tiroid merupakan kelenjar yang terletak di dalam leher bagian
bawah, melekat pada tulang laring,
sebelah kanan depan trakea, dan melekat pada dinding laring. Kelenjar ini terdiri
atas dua lobbus (lobus dekstra dan lobus sinistra) yang saling berhubungan,
masing-masing lobus tebalnya 2cm, panjang 4cm, dan lebar 2,5cm.
Kelanjar
tiroid menghasilkan hormone tiroksin. Pembentukan hormone tiroid tergantung dari
jumlah yodium eksogen yang masuk ke dalam tubuh. Sumber utama untuk memelihara
keseimbangan yodium adalam yoium dalam makanan dan minum.
Struktur Mikroskopis
Kelenjar ini terdiri atas folikel
seperti kelenjar asiner berbanding
selapis sel. Bila sedang aktif sel ini berbentuk kuboid yang tinggi, sedangkan
bila sedang istirahat sel ini berbentuk pipih dan bagian tengah asinternya
terisi koloid senyawa triglobulin, tirosin, dan hormone kelenjar tiroid.
Sekresi Hormon Tiroid
Hormone tiroid dari sel kelenjar
memerlukan bantuan TSH untukendositosis koloid oleh mikrofil. Enzim proteolitik
berfungsi untuk memecahkan ikatan hormone Triiodothyronine
(T3) dan Tetrauodothyronine (T4) dari
trigobulin kemudian melepas T3 dan T4 ke peredaran darah. Saat didistribusikan
melalui plasma akan terikat pada protein plasma Protein Bound Iodine (PBI). Sebagian besar PBI T4 dan sebagian
kecil PBI T3 akan terikat pada protein jaringan yang bebas dalam keadaan
seimbang.
Reaksi yang diperlukan untuk
seintesis dan sekresi hormone tiroid.
1.
Transpor
aktif dari plasma ke dalam tiroid dan lumen dari folikel-folikel dibantu oleh Thyrotrop Stimulating Hormone (TSH).
2.
Dalam
kelenjar tiroid, iodida dioksidasi sehingga menjadi iodine yang aktif dan
dibantu oleh TSH.
3.
Idiotrosin
mengalami perubahan kondensasi oksidaktif dengan bantuan peroksidase. Reaksi
ini terjadi dalam molekul triglobulin dan membentuk iodothyronine di antara T4 dan T3 yang terikat pada tirosin dalam
kelenjar tiroid dan didapat dalam bentuk tirosin.
4.
Tahap
terakhir pelepasan iodothyronine yang bebas ke dalam darah, setelah trigobulin
dipecah (hidrolisis) oleh suatu protesi, T4 dan T3 bebas dalam kelenjar tiroid
dapat lepas dalam darah.
2.6 KELENJAR PARATIROID
Kelenjar paratiroid terletak
diatas selaput yang membungkus kelenjar tiroid. Kelenjar paratiroid terdiri
atas dua pasang (4 buah) yang terletak dibelakang tiap lobus dari kelenjar
tiroid, masing0masing dua disebelah kiri dan dua disebelah kanan, besarnya
setiap kelenjar kira-kira 5x5x3 mm dengan berat antara 25-30 mg. berat
keseluruhan dari kelenjar paratiroid kurang lebih 120mg.
Kelenjar
paratiroid menghasilkan hormone
paratiroksin yang merupakan suatu peptide yang terdiri atas 84 asam amino.
Hormone paratiroksin adalah suatu kesatuan hormone yang diperlukan untuk
menaikkan kalsium serum sebanyak 1 mg% dalam waktu 16-18 jam. Osteoblas dan
fibroblast mempunyai reseptor utuk hormone paratiroid dilaksanakan secara tidak
lansung.
Setiap
kelenjar paratiroid diliputi oleh sebuah simpati tipis yang memisahkanny dari
kelenjar tiroid. Septa halus menjulur ke dalam kapsula membawa pembuluh darah
dan saraf ke dalam kelenjar. Jaringan ikat simpai dan septa (sekat pemisah)
mengandung sel lemak yang jumlahnya bertambah dengan bertambahnya usia. Folikel
koloid terlihat kecil dan lebih banyak dijumpai pada usia tua.
Kelenjar
paratiroid menghasilkan parathormon,
suatu protein yang terdir atas sebuah rantai polipeptida tunggal penting dalam
pengatiran metabolisme kalsium. Pnurunan konsentrasi kalsium plasma akan diikuti
peningkatan pengeluaran hormone dan akan menarik kalsium dari tulang. Kerja
hormone ini disebabkan kemampuannya merangsang perubahan selosteogenik menjadi osteoklas,
sedangkan peningkatan konsentrasi
kalsium aka menurunkan kadar ion fosfat. Hilangnya aktivitas kelenjar
paratiroid mengakibatkan peningkatan kadar fosfat dalam darah.
2.7 KELNJAR TIMUS
Kelenjar terletak dalam rongga
mediastinum di belakang os sternum di dalam rongga toraks kira-kira setinggi
bifurkasi (struktur pemisah) trakea, warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas
dua lobus. Pada bayi baru lahir, bentuknya sangat kecil, dan beratnya kira-kira
gram. Ukurannya bertambah setelah masa remaja antara 30-40 gram dan setelah
dewasa akan mengerut. Perkembangan timus bervariasi sesuai dengan umur
seseorang, perkembangannya mencapai maksimum pada masa pubertas kemudian
berangsur menyusut.timus memiliki dua lobus yang saling berhubungan secara erat
dan bersatu dalam jaringan ikat. Sebuah lobus terdiri atas ribuan lobules yang
masing-masing ada koteks dan medula . kelenjar timusmerupakan suber
suatu factor yang dibawa darah untuk menginduksi diferensiasi sel induk
limfosit yang mampu berpartisipasi dalam reaksi kekebalan.
Di
antara bukti tentang adanya aktifitas ednokrin pada timus ialah kenyataan bahwa
timus peka terhadap hormone tiroid. Ukuran timus akan mengecilnya sementara
kedewasaan kelamin bertambah. Hal ini disebabkan hambatan yang diberikan oleh steroid gonad. Steroid adrenal juga
menghambat timus, pengaruh ini dipakai sebagai parameter untuk kortiksteroid.
Perkembangan Timus
Pertumbuhan timus pada mulanya
mempunyai lumen sempit. Segera setelah menutup, terjadi proliferasi sel epitel
dan berdiferensiasi. Sebagian dari sel tersebut berubah menjadi sel reticular
epitel pada akhir bulan kedua kehamilan.
Timosit
atau limfosit dari sel mesenkim yang masuk ke dalam timusyang sedang
barkembang. Limfosit berproliferasi cepat dan epitel berbah menjadi massa sel
reticular. Pada saat terbentuk, lobules dan jaringan ikat akan membentuk septa
(ikat pemisah) dan trabekula (jaringan penyambung).
2.8 KELENJAR SUPRARENALIS/ARENAL
Kelenjar suprarenalis berbentuk
ceper dan terdapat pada bagian atas dari ginjal. Beratnya sekitar 5-9 gram dan
berjumlah dua buah sesuai dengan jumlah ginjal. Kelenjar ini terdiri atas dua
bagian yaitu bagian luar (korteks) yang berasal dari sel-sel mesodermal dan
bagian sebelah dalam disebut medulla yang berasal dari sel-sel ektodermal.
Berdasarkan
perbedaan dari zat yang dihasilkan, fungsi dan peranan dalam mengatur kehidupan
sel dalam tubuh juga berbeda. Bagian korteks menghasilkan hormone-hormon yang
dikatergorikan sebagai hormone steroid,
sedangkan bagian medulla menghasilkan katekolamin.
Korteks Adrenal
Bagian luar korteks adrenal
kekuning-kuningan dan menghasilkan kortisol.
Bagian luar disebut korteks karena atas sel-sel epitel besar yang berisi lipoid
disebut foam cells dan terdiri atas zona glomeruloa (lapisan luar), zona fasikulata (lapisan tengah yang
paling besar), dan zona retikularis
(lapisan dalam langsung mengelilingi medulla). Pemeliharaan struktur tubuh dan
aktivitas sekresi dari korteks suprarenal dipengaruhi oleh ACTH dari lobus anterior hipofisis.
Korteks adrenal menghasilkan hormone kortikostoroid dan hormone kelamin.
Kortikosteroid (Kortikoid)
Mengandung struktur dasar nucleus cyclopentano perhidropenantrane.
Fungsi dari kortikosteroid adalah memproduksi sekitar 30 jenis kortikosteroid,
tetapi hanya beberapa yang mempunyai aktivitas biologic yang jelas. Pengaturan
sekresi glukokortikoid dirangsang oleh ATCH dari adenohipofisis. Melalui
pengaruh trofiknya, ACTH mempertahankan struktur dan perdarahan korteks adrenal
terutama pada zona fasikula dan zona retikularis.
Sekresi ATCH diatur
oleh mekanisme umpan balik negative kortisol sedangkan kortikosteron langsung
pada produksi ACTH di adenohipofisis melalui hipotalamus. Pada pagi hari sekresi ACTH akan naik dan menurun pada
malam hari. Selain itu, stress meningkatkan sekresi ACTH dan sekresi kortisol.
Pengaturan mineralokortikoid
adalah sebagai berikut.
1.
Rennin-angiotensin. Apabila volue darah
atau tekanan darah ke ginjal menurun, sel junkta glomeralis ginjal akan
merangsang untuk masuk ke dalam rongga
pengasingan yang ada di dalam.selama menjadi angitensin I dengan bantuan suatu
jenis enzim diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II tersebut akan
merangsang sel-sel zone gromerolus pada korteks adrenal untuk melepaskan
aldosteron. Aldosteron akan meningkatkan retensi Na, Cl, dan air sehingga
volume darah akan kembali normal.
2.
Kadar ion Na dan ion K
plasma.
Apabila ion Na plasma turun dan ion K plasma naik maka sekresi aldosteron akan
meningkat.
3.
ACTH. Ada dalam dosis yang
kecil dan perannya sangat kecil sekali. Dalam konsentrasi tinggi, ACTH dapat
merangsang pelepasan aldosteron.
Kelainan minerlokortikoid antara
lain:
1.
Insufisiensi adrenal. Pada infusiensi
adrenal, Na banyak terbuang, sedangkan K diretensi sehingga kadar ion K plasma
meningkat. Bila tidak segera di tanggulangi, kadar Na plasma akan menjadi
sangat rendah, sama halnya dengan volume plasma sehingga tekanan darah akan
turun dan mengganggu sirkulasi yang akhirnya aan terjadi syok.
2.
Hiperaldosteron.
a. Primer:
terjadi
karena tumor sel zona glomerulosa yang menghasilkan aldosteron secara
berlebihan disebut sindrom conn, yang
ditandai dengan hipernatremia, hipertensi tanpa udema, hipokalemia, otot rangka
lemah, dan artimia jantung.
b. Skunder: peningkatan kadar
rennin angiotensin karena dehidrasi yang diakibatkan oleh perdarahan, kegagalan
jantung, dan sirosis hepatis.
Hormone Kelamin Korteks Adrenal
Mempunyai efek kortikosteroid,
hormone androgenic, atau protein anabolic yang mempunyai struktur dan aktifitas
yang menyerupai hormone seks. Andogren yang diekskresi oleh suprarenal adalah dehidroepiandosteron (DHEA) dan aldostero stenedion. Hormone ini
menyebabkan retensi dari nitrogen, fosfor, kalium, natrium dan klorida dalam
jumlah yang besar pada wanita. Sekresi dari hormone ini diatur oleh ACTH.
Efek hormone kelamin adalah
sebagai berikut.
1.
Androgen: terutama 17
ketosteroid dehidroepiandrostreon di samping testosterone, pada keadaan
fisiologik tidak mempunyai efek maskuliniasi yang berarti meningkatkan anabolisme
protein dan merangsang pertumbuhan.
2.
Estrogen: pada keadaan
fisiologis tidak mempunyai efek feminisasi yang berarti.
Kelainan fungsi korteks Adrenal
dapat berupa hipofungsi dan hiperfungsi.
Hipofungsi: penyakit Addison (kerusakan seluruh zona)dengan
tanda-tanda gabbungan yang disebabkan oleh kekurangan kortisol, aldosteron, dan
androgen, disertai kelebihan ACTH.
Hiperfungsi: meliputi tiga
sindroma yaitu sindroma Cushing,
hiperaldosteronisme, dan sindrom androgenital dengan gejala maskulinisasi pada
wanita dan feminisasi pada laki-laki.
Medula
Sel medulla berbentuk lonjong,
tersusun dalam kelompok korda pendek dan saling beranastomosis, sel ini
mempunyai inti besar, sitoplasmanya mengandung granula halus, dan mengandung
sedikit ganglion autonom. Medulla terdiri atas sel-sel yang menghasilkan
hormone epineferin dan norepineferin yang mengandung sel-sel ganglion simpatis
dan kelenjar medulla adrenal. Kelenjar medulla adrenal dapat membentuk dan
melepaskan adrenalin disamping noradrenalin. Dalam medulla adrenal norepinefrin
akan diubah oleh enzim yang dirangsang oleh kortisol.
Pembentukan, Penyimpanan, dan Pelepasan Katekolamin
Pada dasarnya katekolamin
(adrenalin dan noradrenalin) terbentuk melalui suatu hidrolisasi dan dekarboksilasi
asam amino fenilanin dan tiroksin. Tiroksin ditranspor ke dalam sel yang
menyekresi katekolamin di tonsil.
Pengaturan Sekresi Katekolamin
Perangsang sistem saraf simpatis
dapat melepaskan noradrenalin dari ujung saraf simpatis dan melepaskan
noradrenalin serta adrenalin dari kelenjar adrenal. Pada keadaan tertentu dapat
merngsang pelepasan katekolamin dari medulla adrenal (keadaan darurat) dengan
gejala-gejala sebagai berikut:
·
Marah
dingin dan raa takut,
·
Keadaan
glukosa plasma rendah (hipoglikemia),
·
Tekanan
darah rendah (hipotensi),
·
Anoksia
otak (kekurangan oksigen di otak),
·
Asfiksia
(kekurangan oksgen),
·
Menningkatkan
kadar angiotensin.
Efek Katekolamin
Penggiatan reseptor beta
meningkatkan sintesa siklik AMP yang menimbulkan pengaruh inhibisi pada sel
yang bersangkutan kecuali pada otot jantung erjadi sebaliknya yang dipengaruhi
oleh reseptor alfa yang meningkatkan
denyut jantung dan tekanan darah (pengaruh vasokonstruksi dari noradrenalin),
meningkatkan glikogeneis (meningkatkan gula darah), meningkatkan metabolisme
oksidatif glukosa di dalam sel, dan meningkatkan pembentukan energy dan panas.
2.9 KELENJAR PIENALIS (EPIFISE)
Kelenjar pienalis terdapat di
ventrikel otak, berbentuk kecil dengan
warna merah seperti sebuah cemara. Kelenjar ini menonjol dari
mesensefalon ke atas dan kebelakang kolikus superior. Fungsi kelenjar ini belum
diketahui dengan jelas. Kelenjar ini menghasilkan sekresi interna dalam
membantu pancreas dan kelenjar kelamin berperan penting dalam mengatur
aktivitas seksual reproduksi manusia. Kelenjar pienalis merupakan badan kecil
berbentuk kerucut di hubungkan melalui suatu tangkai dengan atap ventikel III dan
membentuk suatu simpai tipis yang mempunyai septa ke dalam organ dan membagi
secara lengkap ke dalam lobules yang terdiri atas sel epiteloid disebut pinealosit.sel neurogila berperan
sebagai unsure penyokong.
Glandula
pienalis diatur oleh rangsangan saraf yang ditimbulkan oleh cahaya yang
terlihat oleh mata, menyekresi melatonin, dan zat-zat lain yang serupa lalu
melewati aliran darah atau cairan ventrikel III ke glandula hipofisis anterior
menghambat sekresi hormone gonadotropin dan gonad lalu berinvolusi.
Pienalis
menyekresi melatonin untuk memodifikasi fungsi kelenjar kelamin yang
berhubungan dengan pengaturan waktu haid dan memberikan pengaruh pada
perkembangan kelenjar kelamin untuk kematangan seksual.
2.10 KELENJAR PANKREAS
Pancreas adalah suatu alat tubuh
yang berbentuk agak panjang terletak retroperitoneal dalam abdomen bagian atas,
di depan vertebrata lumbalis I dan II. Kepala pancreas terletak dekat dengan
kepala duodenum, sedangkan ekornya sampai ke limpa. Penkreas mendapat darh dari
arteri lienalis dan arteri mesenterika superior. Duktus pankreatikus bersatu
dengan duktus koledukus dan masuk ke duodenum. Pancreas menghasilkan dua
kelanjar yaitu kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin.
Pancreas
menghasilkan kelenjar endokrin yang terdiri atas kleompok sel yang membentuk pulau-pulau
langerhans. Pulau-pulau langerhans berbentuk oval dan tersebar di seluruh
pancreas. Dalam tubuh manusia terdapat 1-2 juta pulau-pulau langerhans yang
dibedakan atas granulasi dan pewarnaan, setengah dari sel ini menyekesi hormone
insulin.
Pulau-pulau
menghasilkan 4 jenis sel.
a.
Sel-sel A (alfa). Sekitar 20-40%
memproduksi glucagon menjadi factor hiperglikemik yang diranggsang oleh kadar
gula yang rendah, mempunyai anti insulin like
aktif, dan mengandung gelembung sekretorik dengan granula homogen kepadatan
rendah. Glucagon melepaskan glukosa dengan glikogenesis sehingga dapat menaikan
gula darah dan melepaskan peptide aktif termasuk hormone ATCH.
b.
Sel-sel B (beta). Sekitar 60-80%
fungsinya membuat insulin. Sel ini banyak mengandung granula. Cirri khasnya
dari sel ini adalahb terdapat kristaloid
rhomboid yang merupakan pengghasil insulin. Selain itu, sel ini bekerja
terhadap membrane sel untuk memudahkan transopr glukosa ke dalam sel sehinggga
kadar gula darah menurun.
c.
Sel-sel C. sekitar 5-15% membuat
somatostatin, tidak bergranula, dan berbentuk polygonal tak teratur. Inti sel
ini berbentuk bundar dan terletak di tengah mitokondria, sedangkan yang
berbentuk batang terletak dalam granula.
d.
Sel-sel D. sekitar 1%
mengandung dan menyekresi pankreatik polipeptida. Sel ini berjumlah lebih
sedikit dan terletak berdekatan dengan sel A. selain itu, sel tersebut berisi
gelembung kecil dalam pulau langerhans di daerah kepala pancreas dan melepaskan
somatostain yang dapat menghambat sekresi insulin dan glukosa.
Insulin
Merupakan protein kecil yang
terdiri atas dua rantai asam amino yang satu sama lainnya dihubungkan oleh
ikatan disulfide, sebelum dapat berfungsi ia harus berikatan dengan protein
reseptor yang besar dalam membrane sel.
Pengaturan Sekresi Insulin
Sekresi insulin dikendalikan oleh
kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang berlebihan akan merangsang sekresi insulin dan bila kada glukosa
normal atau rendah maka sekresi insulin akan berkurang.glukosa masuk ke dalam
darah tanpa dipengaruhioleh adanya insulin langsung dapat merangsang sekresi
insulin, fruktosa merangsang insulin dalam derat sedang.
2.11 KELENJAR KELAMIN
Kelenjar Gonad
Kelenjar gonad adalah testis pada
pria dan ovarium pada wanita. Kelenjar ini mempunyai fungsi endokrin dan
reproduksi. Sebagai kelenjar endokrin, testis menghasilkan hormone seks yaitu
androgen dan sperma, sedangkan ovarium menghasilkan estrogen dan progesterone
untuk memproduksi sel telur.
Gonad
dan kelenjar-kelenjar asesoris pada waktu lahir mempunyai ukuran yang lebih
kecil dan tidak berfungsi. Pada masa pubertas, kelenjar gonad menjadi aktif dan
sifat kelaminsekunder ulai Nampak. Selain itu, juga terjadi peningkatan sekresi
gonadotropin (FSH dan LH) yang merangsang perkembangan dan produksi kelenjar
gonad. Peningkatan sekresi FSH dan LH disebabkan oleh kepekaan hipotalamus
terhadap inhibisi (hambatan) steroid menurun.
Sistem Hormon Reproduksi Pria
Fungsi reproduksi pria dapat
dibagi menjadi tiga golongan yaitu: 1) spermatogenesis untuk pembentukan
sperma; 2) pelaksanaan kerja seksual, pengaturan fungsi seksula pria oleh
berbagai hormone (fungsi endokrin) yang berhubungan dengan fungsi reproduksi
adalah efek hormone seks pria pada organ seks tambahan: 3) metabolisme sel dan
fungsi tubuh lain.
Testis
menghasilkan beberapa hormone seks pria yang dinamakan androgen. Salah satu
diantaranya testosterone lebih banyak dan lebih kuat dari yang lain.
Testosterone bertanggung jawab akan efek hormone pria. Testosterone dibentuk
oleh sel interstisial leydig yang terletak pada intertisial antara tubulus
seminalis ferus, sekresi androgen (hormone seks pria). Misalnya kelenjar
adrenal menyekresi androgen dalam keadaan normal tidak menyebabkan sifat
maskulinisasi yang bermakna.
Pengaturan Spermatogenesis
FSH merangsang spermatogenesis,
sedangkan LH merangsang sekresi testosterone dan memmpertahankan
spermatogenesis. Kerja FSH dan testosterone terlaksana dengan jalan merangsang sel sertoli untuk membentuk senyawa yang
diperlukan untuk maturasi sperma. Sekresi FSH diatur melalui mekanisme
umpan balik negative yaitu peningkatan
sekresi dari sel sertoli.
Efek Testosteron
1.
Pada janin: merangsang
diferensiasi dan perkembangan alat genital kea rah pria, pengatur pola jantan
(pria), dan pengontrolan hipotalamus terhadap sekresi gonadotropin setelah
pubertas.
2.
Padapubertas: memengaruhi sifat
kelamin sekunder yaitu perkembangan bentuk tubuh, perkembangan alat genital,
distribusi rambut, pembesaran laring, dan sifat agresif.
Sistem Hormon Reproduksi Wanita
Funsi seksual dan reproduksi wanita dibagi dalam
dua fase yaitu persiapan tubuh untuk konsepsi dan kehamilan (periode
kehamilan).
Sitem Hormone wanita
1.
Luteinizing
hormone-releasing hormone
(LHRH) / hormone releasing hipotalamus.
Hormone dari hypothalamus dihasilkan di perikarion neuron hipotaamus, terikat
oleh reseptor gonadotrofin untuk merangsang produksi hormone luteinizing dan merangsang follicle stimulating hormone dan
penurunan produksi pelepasan gonadotrofin.
2. Hormone
hipofisis anterior
yaitu FSH dan LH yang disekresi akibat respon terhadap releasing hormone di
hypothalamus berfungsi untuk memicu seintesis steroid di ovarium.
Pembentukan reseptor LH: hormone
disekresi akibat respon terhadap releasing
hormone di hipotalamus untuk memicu sintesis
steroid di ovarium. Pembentukan reseptor LH di lapisan granulose mulai
terjadi apabila terdapat peningkatan konsentrasi gonadotrofin praovulasi meskipun belum terdapat ovulasi Lh yang
dapat dijumpai dalam jumlah besar dalm sel-sel granulose dan zalir folikel,
meletakkan dasar kerj korpus luteum
selama fase luteal.
Selama
proses ovulasi, di dalam sel granulosa terjadi perubahan sintesis steroid dari
estrogen menjadi progesterone. Pada proses pecahnya folikel sampai terjadinya
ovulasi, vaskularisasi pada lapisan granulose akan meningkat sehingga jumlah
progesterone juga akan meningkat dalam serum.
Hormone Ovarium (Estrogen dan Progesteron)
Disekresi oleh ovarium akibat
respon terhadap dua hormone dari kelenjar hipofisis. Korpus luteum membuat
steroid estrogen maupun progesterone merangsang pertumbuhan dan diferensiasi
saluran reproduksi wanita serta struktur yang terpengaruh dengan bermacam-macam
sistemik.
Estrogen
alami ynag menonjol adalah estradiol.
Ovarium hanya membuat estradiol yang merupakan produk degradasi steroid-steroid
pada wanita yang tidak hamil. Selama kehamilan estradiol diproduksi oleh
plasenta. Estrogen beredar terikat pada protein plasma dan proses
peningkatannya terdjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam
metabolisme estrogen. Urine wanita hamil banyak mengandung estrogen yang
dihasilkan oleh plasenta. Mekanisme aksi estrogen berfungsi untuk mengatur
ekresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran.
Khasiat Umum
Estradiol
adalah sebagai perangsang DNA melalui RNA sehingga terjadi peningkatan sintesis
protein.
Khasiat
Khusus Estradiol
1.
Pada serviks: produksi estradiol
meningkatkan fase folikuler sekresi getah servik dalam mengubah konsentrasi
getah pada saat ovulasi menjadi encer dan bening memperlama perjalanan
spermatozoa.
2.
Pada vagina: estradiol
memyebabkan perubahan selaput vagina, meningkatkan produksi getah dan kadar
glikogen sehingga meningkatkan produksi asam laktat. Akibatnya nilai pH
akan menjadi rendah sehingga memperkecil terjadinya infeksi dan mempersiapkan
spermatozoa dalam genitalia wanita gar dapa menembus selubung ovum.
3.
Progesterone: senyawa-senyawa ini
mempunyai aksi yang berfariasi terhadap organ reproduksi wanita dan dibawh
kondisi psikologik sering bekerja secara sinergis dan estrogen. Akan tetapi
terkadang juga bekerja saling menghambat (antagonistik). Steroid ini sangat
penting dalam mempersiapkan uterus untuk implantasi blastositdalam memelihara
kehamilan dan mengatur organ asesori selama siklus reproduksi. Met6abolisme
progesterone yang utama di dalam urine ialah pregnandiol dan pregnantiol,
senyawa ini dibuang sebagi gukorunid.
Khasiat Umum Progesteron: mempersiapkan tubuh
untuk menerima kehamilan dan merupakan syarat mutlak untuk konsepsi dan
implantasi, terjadi karena pengaruh estradiol menyintesis reseptor untuk
progesterone.
Khasiat Khusus Progesteron
1.
Pada endometrium: perubahan sekretorik
mencapai puncaknya pada hari ke-22 siklus haid normal. Apabila progesterone
terlalu lama memengaruhi endometrium maka akan terjadi degenerasi sehingga tidak
cocok menerima nidasi.
2.
Pada serviks: pengaruh
progesterone mengurangi getah serviks dan melekul besar menjadi tebal sehingga
porsio dan serviks menjadi sangat sempit dan getah serviks menjadi kental.
3.
Pada miometrium: menurunkan tonus
miometrium sehingga kontraksi berjalan lambat. Pada kehamilan khasiat ini
bermanfaat karena membuat uterus menjadi tenang.
4.
Relaksin: merupakan hormone
larutan dalam air yang terdapat pada ovarium. Plasenta dan uterus memiliki
aktifitas relaksin yang telah diisolasi dari ekstrak air ovarium yang
dimurnikan sebagian ditemukan pada waktu bersamaan dengan adanya steroid
ovarium.
Endokrinologi Kehamilan
Pada kehamilan, korpus luteum
akan dipertahankan oleh Hormon Chorionic
Gnadotropin (HCG) sampai 2 bulan kehamilan, selanjutnya fungsi korpus
luteum akan diambil alih oleh plasenta.
1.
Estrogen: kadarnya meningkat
dan dibentuk oleh sel-sel tropoblas plasenta. Plasenta tidak mempunyai enzim
hidroksilase yang mengubah progesterone menjadi endro stenedion sehingga diperlukan DHEA yang dibentuk oleh janin
dan diaromatisasikan menjadi estrogen. Fungsi estrogen pada kehamilan adalah
untuk meningkatkan aliran darah utero-plasenta.
2.
Progesterone: dihasilkan oleh
korpus luteum kehamilan kemudian dihasilkan olehbsel-sel tropoblas plasenta.
Fungsi progesterone adalah menjaga miometrium dalam keadaan istirahat dan
mencegah reaksi imunologik terhadap antigen asing.
3.
Hormone Chorionic
Gonadotropin (HCG):
konsentrasi mencapai puncak pada minggu ke-10 dan menurun paling rendah pada
minggu ke-19-20 kehamilan. Fungsi hormone ini adalah mengatur produksi endrogen
pada janin dan membentuk korpus luteum menstruasi menjadi korpus luteum
kehamilan.
2.12 KELENJAR ENDOKRIN SISTEM REPRODUKSI
Hormone Wanita
1. Hormone
estrogen
Disekresi
oleh sel-sel Trache intrafolikel
ovarium, korpus luteum, dan plasenta. Sebagian kecil oleh korteks adrenal,
estrogen mempermudah pertumbuhan folike ovarium dan meningkatkan tuba uterus,
jumlah otot uterus, dan kadar protein kontraktik uterus.
Estrogen
memengaruhi organ endokrindengan menurunkan sekresi FSH. Dalam beberapa
keadaan, estrogen menghambat sekresi LH dan pada keadaan lain akan meningkatkan
LH. Estrogen meningkatkan pertumbuhan duktus-duktus yang terdapat pada kelenjar
mamae dan merupakan hormone feminisme
wanita terutama disebabkan hormone androgen. Kerja estrogen pada uterus,
vagina, dan beberapa jaringan lainnya berhubungan dengan interaksi dan reseptor
protein dalam sitolasma sel.
Pengaruh
terhadap organ seksual antara lain pembesaran ukuran tuba falopii, uterus,
vagina, pengendapan lemak pada mons
veneris, pubis, dan labia, serta mengawali ertumbuhan mamae. Selain itu,
pengaruh lainnya adalah kelenjar mamae bekembang dan menghasilkan susu, tubuh
berkembang dengan cepat, tumbuh rambut pada pubis dan aksila, serta kulit
menjadi lembut.
2. Hormone
progesterone
Dihasilkan
oleh korpus luteum dan plasenta. Hormone ini bertanggung jawabatas perubahan
endometrium dan perubahan siklik dalam serviks dan vagina. Progesterone juga
berpengaruh anti esterogenik pada sel-sel miometrium, menurunkan kepekaan
otottersebut dan sensitivitas miometrium terhadap oksitosin dan aktivitas
listrik spontan, miometrium sementara meningkatkan potensial membrane, serta
bertangung jawab meningkatkan suhu basal tubuh pada saat ovulasi. Efek progesterone
terhadap tuba falopii meningkatkan sekresi dan mukosa sedangkan pada kelenjar
mamae meningkatkan perkembangan lobules dan alveolus kelenjar mamae,
keseimbangan elektrolit, dan peningkatan sekresi air dan natrium.
3. Follicle
Stimulating Hormone (FSH)
Mulai
ditemukan pada gadis umur 11 tahun dan jumlahnya terus-menerus bertambah sampai
dewasa. FSH dibentuk oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Pembentukan FSH
ini akan berkurang pada pembentukan / pemberian estogrn dalam jumlah yang cukup
dalam suatu keadaan yang terjadi pada kehamilan.
4. Luteinizing
Hormone (LH)
LH bekerja
sama denga FSH menyebabkan terjadinnya sekresi estrogen dari folike de graaf. Lh juga menyebabkan penimbunan
subtansi dari progesterone dalam sel granulosa. Apabila estrogen dibentuk dalam
jumlah yang cukup besar akan menyebabkan pengurangan produksi FSH sedangkan
produksi LH bertambah hingga trcapai suatu rasio. Produsi FSH dan LH dapat
merangsang terjadinya ovulasi.
5. Prolaktin
Ditemukan
pada wanita yang mengalami menstruasi dan banyak ditemukan pada urine wanita
hamil, masa lataksi, dan menopause. Hormone ini dibentuk oleh sel alfa
(asidophil)dari lobus anterior kelenjar hipofisis. Fungsi hormone ini adalah
untuk memulai mempertahankan produsi progesterone dari korpus luteum. Kelenjar
hipofisis dirangsang dan diatur oleh pusat yang lebih tinggi yaitu hipotalamus
untuk menghasilakan Gonadotrophin
Releazing Factor Hormone (GRFH).
Siklus Seksual pada Pubertas
Bila lonjakan Lh praovulasi tidak
cukup besar maka ovulasi tidak berlangsung.peristiwa ini disebut sebagai Anovulatorik. Variasi siklus seksual
terus berlanjut tetapi mengalami perubahan dengan cara: tidak adanya ovulasi
menyebabkan korpus luteum gagal berkembang akibatnya hampir tidak ada sekresi
progesterone selama akhir dari siklus. Siklus akan memendek beberapa hari
tetapi ritmenya terus berlanjut sehingga progesterone tidak dibutuhkan untuk
mempertahankan siklus itu sendiri walaupun dapat mengubah ritmenya. Siklus
anovulaktorik biasanya terjadi selama beberapa siklus pertama sesudah pubertas
atau beberapa bulan bahkan tahunan sebelum menopause. Hal ini mungkin karena
lonjakan hormone LH tidak cukup kuat untuk merangsang terjadinya ovulasi.
2.13 KELENJAR MAMAE
Kelenjar mamae pada wanita mulai
berkembang pada permulaan masa pubertas (adolescens)
pada umur 11-12 tahun. Kelenjar mamae tumbuh menjadi besar pada sebelah lateral
linea aksilaris anterior/media, sebelah cranial ruang interkostalis III, dan
sebelah kaudal ruang interkostalis VII-VIII.
Struktur
Kelenjar Mamae
Terdapat diatas bagian luar fasia
torakalis supervisialis di daerah jaringan lemak subkutis.
1.
Ke
arah lateral sampai ke line aksilaris media.
2.
Medial
melawati linea mencapai kelenjar mamae sisi yang lain.
3.
Ke
arah bawah mencapai daerah aksila (lipatan ketiak)
Kelenjar mamae
menyebar di sekita areola mamae dan
mempunyai lobus sekitar 15-20 lobus. Tiap lobus berbentuk pyramid dengan puncak
mengarah ke areola mamae. Masing-masing lobus dibatasi oleh septum yang terdiri
atas jaringan fibros ayang padat. Serta jaringan ikat fibrosa terbentang dari
kulit ke fasia pektoralis dan menyebar di antara jaringan kelenjar.
Tiap lobus kelenjar
mamae mempunyai saluran keluar yang disebut duktus laktiverus yang bermuara ke
papilla mamae. Pada daerah areola mamae duktus laktiverus melebar disebut sinus
laktiverus. Pada daerah terminalis lumen sinus ini mengecil dan
bercabang-cabang ke alveoli. Diantara
jaringan kelenjar dan jaringan fibrosa ruangannya diisi oleh jaringan
lemak yang membentuk postur dari mamae sehingga permukaan mamae terlihat rata.
Bagian dalam kelenjar mamae dapat dipisahkan dengan mudah dari fasia dan
kedudukan mamae mudah bergeser.
Pembuluh
Darah Mamae
Berasal dari arteri mamaria interna dan arteri torakalis
lateralis. Vena superfisialis mamae mempunyai banyak anastomosis dan bermuara
ke vena mamaria interna dan vena torakalis interna/epigastrika, sebagian besar
bermuara ke vena torakalis lateralis.
Pembuluh
Limfe Mamae
1.
Aliran
limfe superfisialis 75% mengalir ke saluran toraklais lateralis berjalan
bersama arteri dan vena dipinggir lateral muskulus pektoralis mayor kemudian
bermuara di nl. Aksilaris dan nl. Supra klavikularis.
2.
Aliran
limfe profunda mengalir kedinding torak menembus muskulus pektoralis mayor
bermuara ke nl. Pektoralis sepanjang arteri dan vena mamaria interna.
3.
Bagian
medial aliran limfe subkutan berhubungan antara kedua mamae dan bermuara ke nl.
Supra lklavikularis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin semula tampakn
sebagai sistem sederhana yang terdiri atas kelenjar yang mengeluarkan perantara
kimiawi (cemical messenger), atau
hormone, ke dalam darah tempat hormone akan diangkut ke sel sasaran spesifik di
tempat jauh dan memacu timbulnya reaksi. Namun, sekarang jelas bahwa produsi
hormone relative lebih rumit. Sebagian organ yang memiliki fungsi lain juga
menghasilkan hormone. Sebagai contoh, jantung menghasilkan peptida natriuretik
atrium (atrial natriuretic peptide,
ANP), yang memengaruhi reabsorpsi natrium ginjal sehingga memengaruhi tekanan
darah. Sebagian hormone dihasilkan oleh beberapa kelenjar berbeda, misalnya somatostatin,
yang diproduksi oleh hipotalanus, pancreas, dan usus. Walaupun trofoblas adalah
tempat utama pembentukan hCG, hormone ini juga dapat dihasilkan oleh jaringan
lain, walupun dalam kosentrasi yang sangat rendah (Iles & Chard, 1991).
Plasenta tampaknya mampu membentuk beragam hormone dan releasing factors yang berinteraksi dengan fisiologi ibid an janin.
Sebagian zat, misalnya noradrenalin, dapat berfungsi baik sebagai hormone
maupun neurotransmitter, bergantung pada modus pengeluaran dan apakah zat ini
dikeluarkan oleh kelenjar atu saraf. Hipotalamus menghasilkan neurohormon yang
penting dalam interaksi antara sistem endokrin dan sistem saraf.
Secara keseluruhan, sitem
endokrin bekerja sama dengan sistem saraf:
·
Mengordinasikan
keseimbangan homestatik
·
Mengatur
berbagai sistem fisiologis, misalnya sistem pencernaan dan sistem reproduksi
·
Mempermudah
diferensiasi jenis kelamin dalam stadium embriogenik dan manifestasi
karakteristik seks sekunder pada masa pubertas
·
Memodifikasi
dan menginduksi perubahan prilaku individu yang bersangkutan.
3.2 Saran
Selama kehamilan, di luar
pertumbuhan janin, terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan jaringan di
tubuh ibu yang dikendalikan oleh kerja hormone di dalam sistem ibu dan
interaksi dengan hormone yang dihasilkan oleh kompleks. Sepanjang periode
antenatal, perinatal, dan pascanatal, bidan harus mampu mengamati perubahan
fisiologis ini dan memanfaatkan perubahan tersebut untuk membuat penilaian
kemajuan dan kesejahteraan wanita hamil dan janinnya. Perlu diingat bahwa semua
perubahan terjadi melalui kerja hormone di semua tingkat.
DAFTAR PUSTAKA
Syaifudin. (2009). Anatomi Tubuh
Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba medika.
Jane Coad, Melvyn Dunstall.
(2007). Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta: EGC